22-

2K 96 1
                                    

Aku penasaran dengan isi surat dari Nadine, mengapa dia harus mengirimi ku surat seperti ini. Daripada aku penasaran lebih baik aku segera membacanya.

Dear, Jingga

Temui aku malam nanti jam 7 di secret garden.

-Nadine.

Isi pesan surat itu ternyata sebuah ajakan dari Nadine untuk bertemu dengan ku tapi kenapa dia harus menulisnya dalam sepucuk surat ? Ah iya aku ingat mungkin karena hanpdhone ku tidak aktif selama 2 minggu ini.

"Sya, emang si Nadine gak berangkat?". Tanya ku ke Tasya yang sedang bermain handphone.

"Dia ada lomba tari hari ini di candi prambanan tadi berangkat jam 6 dan dia nitip surat ini buat lu." Jelas Tasya.

"Oke kalau gitu makasih ya Sya." Aku pergi meninggalkan Tasya dan kembali ke kelas ku karena sebentar lagi guru akan datang mengajar.

Dikelas para siswa sedang bersantai ternyata pelajaran pertama kosong. Andai hari ini Nadine ada disekolah pasti aku akan menghampirinya tapi sayang dia sedang ada lomba tari antar sekolah se-Jogjakarta yang diadakan di komplek candi prambanan. Selain cantik, pintar dalam bidang akademik Nadine juga pintar dalam menari terutama tari tradisional dia selalu dipilih untuk menjadi perwakilan dari sekolah jika ada lomba bahkan dia juga sering mengisi acara tari lainnya di kota Jogja.

Berhubung tidak ada Nadine yang bisa aku datangi jadi aku hanya berdiam diri di kelas bermain bersama gerombolan ku. Membuat rusuh dan membuat kegaduhan adalah hal yang biasa aku lakukan di kelas.

"Jingga, bosan di kelas aja keluar yuk !". Ajak Dodit kepada ku dan teman lainya.

"Main basket aja yuk." Balas Wirda,

"Eh jangan. Temenin gue aja yuk. Gue mau liat cewek yang gue suka adik kelas si. Ayo lah mau ya". Si Rasyid mengajak ku untuk mau menemaninya melihat gadis pujaannya yang notebene adalah adik kelas kami.

"Boleh-boleh. Sebagai sahabat yang baik kita semua nemenin lu buat liatin cewek yang di sukai sama lu deh !". Jawab ku yang mendapat persetujuan dari semua teman ku.

Akhirnya kami ber-4 pergi ke kelas X IPS 2 di lantai 1. Rasyid sangat antusias dalam hal ini. Si Raysid ingin melihat pujaan hati tapi dia bingung harus melihatnya lewat mana dan aku pun punya ide untuk hal ini.

"Bro, ikut gue !". Aku memasuki kelas X IPS 2 yang letaknya berada di depan kelas X IPS 3. Ku lihat kelas itu juga kosong tidak ada pelajaran jadi aku dan gerombolan ku masuk kesana.

"Hai Kak Jingga kakak tampan. Ada apa kesini? Kangen ya sama Mira." Sapa Mira salah satu penghuni kelas ini yang katanya sangat menyukai ku dan dia selalu berusaha mendekatiku namun aku selalu tidak menggubrisnya.

"Gue pinjem kelas lu ya". Kataku singkat.

Mira cemberut karena perkataannya tidak ku balas melainkan aku berkata topik yang lain. Aku mengambil 4 bangku kemudian aku letakan di belakang kelas berdekatan dengan tembok yang bersebalahan dengan ruangan Anisa gadis pujaan Rasyid. Kami menaiki bangku ini sesuai jatah masing-masing. Terlihat dengan jelas kondisi pembelajaran dan semua siswa yang sedang mengamati pelajaran dari Pak Bowo selaku guru Bahasa Perancis.

Rasyid adalah sahabat ku yang bisa dibilang paling culun diantara sahabat ku lainnya. Dia menyukai seseorang namun dia takut untuk berjuang mendapatkannya tidak seperti ku. Aku berinisiatif untuk membantu Rasyid agar dia bisa melihat Anisa yang sedang fokus pada pelajarannya. Aku mengambil kertas dan menuliskan nama Anisa dengan huruf besar dan ku tulis dengan spidol agar terlihat dengan jelas.

ANISA LIAT SINI ADA RASYID YANG DEMEN SAMA LU !

Begitu lah tulisannya. Aku menunjukan tulisan itu dari lubang  yang lumayan besar yang berada  di atas tembok kelas ini yang terhubung langsung ke kelas Anisa. Lubang ini terdapat 4 lubang sehingga bisa berbagi pada setiap teman-teman ku. Aku melambaikan kertas ini agar Anisa bisa melihat dan di bantu dengan suara siulan dari ketiga teman ku sedangkan Rasyid hanya diam ketakutan jika ketahuan oleh Pak Bowo.

Terlihat Anisa yang sudah melihat diriku dan ke-3 teman ku terutama dia sudah melihat Rasyid. Dia tersenyum kepada Rasyid sehingga dia tidak mengamati pelajaran di depan kelas. Pak Bowo yang sepertinya menyadari bahwa salah satu siswanya tidak menperhatikan pelajarannya menegur Anisa dan itu membuat Anisa kembali melihat ke arah papan tulis.

"Yah, Anisa nya serius belajar lagi Bro" Ungkap Rasyid kecewa karena dia tidak lagi melihat wajah cantik pujaan gadisnya.

"Kita coba panggil lagi." Aku melambaikan lagi kertas yang bertuliskan pesan kepada Anisa dan berharap dia bisa melihatnya lagi.

Tapi sesuatu terjadi pada kertas itu. Kertas itu terlepas dari tangan ku dan terbang menuju kedalam kelas Anisa bahkan dia jatuh tepat di bawah kaki Pak Bowo.

"Wah mampus kita Ngga. Ah lu si gimana bisa lepas gitu." Dodit memukul lengan ku karena aku telah melakukan kesalahan yang bisa dibilang itu fatal.

"Sorry bro, tangan gue licin jadi kertasnya lepas terus terbang deh. " Jawab ku menyengir tanpa dosa.

"Udah-udah jangan pada ribut. Sekrang kita pergi aja daripada ketahuan Pak Bowo". Ajak Rasyid menengahi percecokan antara aku dan Dodit.

Kami pun segera turun dan meninggalkan kelas ini tapi ketika baru sampai di depan pintu kelas kami dihadapkan oleh sosok pria paruh baya yang berwajah menyeramkan berkumis tebal bak Pak Raden berambut hitam klimis dan bertolak pinggan kepada kami.

"Jingga!". Ucapnya garang.

Aku hanya tersenyum dipangglnya.

"Kamu yang bikin ulah tadi kan dasar ya kamu pembuat onar ! Sekarang ikut Bapak ke ruang BK. Kalian semua juga ikut". Pak Bowo menjewer kupingku dan menarik semua teman-teman ku untuk menghadap guru BK.

Sesampainya diruang BK kami semua duduk pada bangku yang sudah disiapkan. Menunggu ceramah terlontarkan dari mulut guru BK.

"Jingga cs. Kenapa si kalian ini suka bikin onar ganggu pejalaran kelas lain aja. Apalagi kamu Jingga baru aja masuk sehari dari hukuman skorsing kamu sekarang udah bikin ulah lagi. " Ceramah dari guru BK pun terdengar merdu di telinga ku.

"Tapi kan Pak ini bukan resmi salah Jingga". Bela Rasyid tapi sayangnya pembelaan itu malah membuat guru BK semakin murka.

"Sekarang hukuman buat kalian adalah membersihkan toilet, setelah selesai kalian berjemur di lapangan. Tidak ada tawar menawar ini semua karena kalian sudah menganggu aktifitas pembelajaran kelas lain." Ucapnya dengan diiring kumis yang bergoyang lemah gemulai di wajahnya.

"Baik Pak." Jawab kami kompak dan kami pun digiring ke toilet untuk mulai membersihkannya.

Kami pun pergi ke toilet pria untuk menjalankan hukuman. Cinta itu memang butuh pengorbanan. Berkorban dalam bentuk apapun, waktu, uang, diri sendiri.

Apa yang aku lakukan barusan semata untuk membantu Rasyid mendapatkan perhatian dari Anisa gadis pujaan hatinya. Meskipun aku sadar kalau aku juga belum bisa mendapatkan Nadine seutuhnya tapi tidak salahkan jika kita membantu seorang sahabat. Dulu aku juga melakukan hal gila hanya untuk mendapatkan perhatian dari Nadine dan sekarang tinggal satu langkah lagi mendapatkanya dan itu akan aku lakukan nanti malam.

SENJA & JINGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang