29-

1.9K 103 1
                                    

Seusai aku membalas pesan singkat dari Doni aku bersiap untuk menemuinya.

GUBRAK !

"Senja. Senja !". Aku mendengar Agatha memanggil-manggil nama ku.

Aku hanya diam.

Agatha sepertinya bingung dengan keadaan ku jadi dia terus menerus memanggil dan menggoyangkan tubuhku agar aku terbangun dari pingsan ku, karena aku yang tak kunjung sadar maka Bu Dira mengambil keputusan untuk menyuruh Agatha membawa ku ke UKS.

Aku merasa ada 2 orang yang menggendong ku ke UKS. Di rebahkan lah tubuhku di atas bed. Agatha masih saja memanggil ku dan dia masih saja mengguncang tubuhku.

"Agatha!". Panggil ku.

Agatha langsung menoleh ke arahku. "Senja lu udah sadar ?".

Aku terbangun dan tertawa melihat raut wajah Agatha yang bingung. "Hahah muka lu kocak banget dah. "

"Ih kok lu malah ketawa si. Jangan-jangan lu pura-pura pingsan ya?".

Aku membuka selimut yang menempel di tubuhku dan merapikan baju juga rambutku. "Tuh pintar ! Gue ada urusan penting banget yang gak bisa ditinggal jadi gue nglakuin ini. Udah lu disini ya gantiin gue. Gue cabut dulu!"

"Senjaaaaaa !!!" Teriak Agatha tak terima. Aku tidak peduli dengan teriakan Agatha.

Aku sengaja pura-pura pingsan agar bisa keluar dari pelajaran Bu Dira. Selagi Kak Jingga tidak dikelas jadi aku bisa berbuat seperti ini. Aku menuju ke gudang belakang sekolah untuk bertemu dengan Doni.

Ku buka pintu gudang tapi tidak ada siapa-siapa disini. Apa mungkin Doni belum datang ? Tapi dia tadi bilang kalau sudah ada sini.

"Apain si gelap tau ! Yang jangan bercanda deh!". Aku merasa gelap karena mataku tertutup oleh kedua tangan seseorang. Aku tahu ini adalah Doni karena aku sangat hafal bau parfumnya.

"Ah kamu mah tahu aja kalau aku." Doni membuka telapak tangannya dan langsung mencium bibirku.

"Gimana aku gak tahu orang aku udah hafal parfum kamu kok. Ada apa kamu nyuruh aku kesini?". Tanya ku.

"Kangen. Lagian kelas aku kosong daripada tidur dikelas mending pacaran sama kamu, ciumin kamu kan enak." Doni memeluk ku erat, tangannya melingkar di pinggang rampingku.

"Dasar mesum!".

Aku menghabiskan waktu pelajaran pertama ku di gudang belakang bersama Doni. Aku dan Doni hanya bercanda dan mengobrol mengenai percakapan aku dan Kak Jingga semalam mengenai kecurigaan Kak Jingga kepadaku, tapi Doni malah menanggapinya santai. Ah dia memang sok santai, menyebalkan sekali. Aku hanya memberitahu hal itu kepada Doni.

"Yang, nanti malam temenin aku lagi ke club, tapi jam 9 si aku baru main".

"Jam 9 ? Aku gak bisa. Ayah pasti gak ngijinin kecuali kalau hari sabtu minggu mah bebas Yang." Balasku.

"Yaudah gak apa-apa. Oya aku tadi liat Jingga lagi berdiri di lapangan kenapa dia?".

"Dia kena hukuman sama Bu Dira gara-gara telat, padahal gak telat banget. Kasihan tapi aku seneng liat dia dihukum hahah". Aku tertawa di atas penderitaan Kak Jingga.

"Dasar adik nakal ya. " Doni mencubit pipi ku.

Aku melepas tangan Doni yang masih saja mencubit pipiku. "Ahhh Sayang sakit tau."

Selepas Doni mencubit ku dia sekarang justru mencium pipiku. Sungguh pacar yang aneh. Kurang lebih aku sudah 1,5 jam disini. Kini saatnya aku untuk kembali ke kelas. Kami pun berpisah karena aku tidak mau Doni terlihat bersama dengan ku kalau Kak Jingga lihat bisa babak belur lagi mereka.

Aku menuju ke UKS. Syukurlah Agatha masih setia berada di sini. Ternyata dia benar-benar menjadi teman yang setia dan baik hati kepadaku. Sebentar lagi pelajaran Bu Dira selesai tapi aku tidak akan kembali ke kelas melainkan ke kantin.

Kantin masih terlihat lengah karena memang bel istirahat belum berbunyi. Aku memesan es lemon tea saja karena aku belum merasa lapar. Dari sebelah kanan aku daoat melihat segerombolan kakak kelas sedang bergosip manja disana bahkan sesekali mereka melirik ke arahku. Entah mengapa aku tidak peduli dengan apa yang mereka bicarakan. Tapi tiba-tiba salah satu dari mereka menghampiriku.

"Boleh gabung?". Tanyanya sopan dengan raut wajah tersenyum manis.

"Boleh kok Kak." Jawab Agatha.

"Lu Senja ya?". Dia menatap ke arah ku. Aku hanya mengangguk.

"Senja pacarnya Doni kan ?". Dia lebih memperjelas ucapannya dan sontak membuat ku tersedak begitu juga Agatha yang langsung membelak kepadaku.

'Ini orang siapa si kok tahu gue pacarnya Doni. Perasaan gak ada yang tahu deh. Ah mampus gue !' Batin Ku geram karena orang ini tahu statusku.

Aku mencoba tenang dengan situasi sekarang.

"Iya gue Senja. Ada perlu apa ya?".

"Bisa ikut gue gak ? Ada yang perlu gue ngomongin sama lu." Ucapnya dengan roman-roman tidak mengenakan sepertinya.

Aku mengangguk dan mengikuti kemaunya. Dia berjalan terlebih dahulu diikuti temannya yang berjumlah 4 orang. Sepertinya mereka 1 genk. Jika benar, aku tidak takut. Agatha sebenarnya ingin ikut tapi dia tidak diperbolehkan oleh cewek ini, aku semakin curiga.

Ku ikuti dia yang ternyata membawa ku ke toilet di pojokan dekat kelas 3 IPS 2. Aku mencium bau-bau busuk dari mereka.

"Senja Modi Tama Hermawan anak kelas 2, saudara kembar dari Jingga Modi Tama Hermawan sang kapten basket sekolah ini. Senja adik dari Jingga yang diam-diam pacaran sama Doni pacar gue !". Cewek ini menangkup wajah ku dengan keras dan ke-2 temannya memengangi tangan ku dengan tak kalah kencang hingga aku merasa seperti dipelintir sedangkan yang lainnya menjaga di pintu keluar toilet.

"Lu tahu gak dia ini siapa?". Ucap salah satu personil dari mereka yang menggenggam tangan ku.

"Mana gue tahu orang dia bukan cewek tenar kok. Lagian gak penting bagi gue buat kenal siapa dia." Jawab ku.

PLAK !!

"Tuh mulut yang sopan kalau ngomong !". Cewek itu menampar diriku dengan kencang.

"Yaudah kenalan pakai cara sopan dong biar gue tahu." Balasku dengan masih santai namun jujur aku merasa sedikit perih di bagian pipi ku karena tamparannya tadi lumayan panas.

Cewek yang menangkup diriku semakin kuat." Kenalin gue Dinda, Adinda Yolandina Naufal. Gue pacarnya Doni. Lu ngapain ngerebut Doni dari gue ? Oh ya gue tahu pasti karena dia tajir punya segalanya kan."

"Pacar ? Setahu gue dan seingat gue lu tuh udah masuk ke list mantannya si Doni deh kok ngaku-ngaku pacarnya. Gue bukan cewek matre NON !", Balasku tertawa memandangnya.

"Kampret lu ya ! Gue gak akan pernah masuk ke list mantanya Doni. Gue tahu kalau bukan lu bukan cewek matre bearti lu cewek pecun yang demen di tidurin sama Doni. Berapa sih tarif lu semalam?". Dinda membuka kancing kemeja ku satu persatu hingga memperlihatkan dalaman ku.

Aku tak tinggal diam. Aku terus memberontak agar tangan ku bisa lepas dari iblis berseragam ini. Akhirnya mereka tidak kuat menggenggam tangan ku dan membuat mereka melepaskannya.
Aku langsung menampar mulut Dinda lebih kencang dari tamparannya barusan.

"KAMPRET ! gue bukan pecunnya Doni. Lu tuh yang pecun!" .Tamparan ku tepat melayang di pipi putihnya. Sepertinya Dinda semakin murka dengan pembalasan ku barusan. Matanya terlihat merah karena emosi yang meluap-luap.

GUBRAK !!

"ADUH." Kataku.

SENJA & JINGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang