Senja terlihat diam. Aku memandang jeli ke dalam sorot matanya seperti dugaan ku pasti Senja menyembunyikan sesuatu kepadaku.
"Baby, tolong kamu liat ada apa di punggung gadis kita." Pinta Ayah dengan tegas.
"Senja gak apa-apa Ayah, Bunda. Beneran Senja gak boong!". Senja mengelak dan berusaha menghindar dari perintah Ayah.
"Senja diam di situ". Kata Ayah.
Bunda menghampiri Senja dan perlahan melihat punggungnya. "Ya ampun Sayang. Kok bisa begini ? Pantas kamu kesakitan."
"Kenapa Bun ?". Tanya ku penasaran.
"Punggung Senja memar, terus ada luka panjang seperti tergores benda tajam." Bunda menjelaskan secara detail kondisi punggung Senja.
"Senja cerita sama Ayah yang sebenarnya!". Desak Ayah.
"Senja gak apa-apa kok Yah tadi cuman jatuh aja di kelas. Udah lah ini luka kecil jangan di besar-besarin. Udah ya Senja istirahat dulu." Jawab Senja lalu dia pergi meninggalkan kami semua di meja makan.
Siapa yang sudah membuat Senja terluka seperti itu kalau Doni apa iya setega itu. Aku tahu dia memang brengsek tapi dia tidak suka kekerasan kepada perempuan. Aku harus mencari tahu sekarang.
"Jingga pergi keluar ya." Aku mengambil kunci motor di nakas, berpamitan kepada kedua orang tua ku untuk pergi keluar sebentar.
"Hati-hati Sayang." Seru Bunda yang melihat berjalan dengan tergesa-gesa.
Aku berpamitan pergi keluar karena aku akan menemui seseorang. Ku ambil handphone di saku celana dan ku dial nomor seseorang. Dia menyetujui untuk bertemu dengan ku. Sesampainya di kafe di tengah kota, aku menunggu dirinya datang."Jingga". Panggilnya.
"Agatha. Sini duduk !". Aku menyuruh Agatha duduk di sampingku. Sengaja aku bertemu dengannya karena ada yang ingin aku tanyakan mengenai Senja.
"Ta, ceritain kenapa Senja bisa luka-luka gitu lu pasti tahu kan?". Desak ku kepada Agatha.
"Gue gak tau Jingga serius!" Jawab Agatha. Aku tahu dia pasti menutupi sesuatu dariku.
"Gini ya Ta, Senja itu punggungnya ada luka lebam dan ada goresan luka panjang. Sudut bibir luka, pipi nya kaya bekas tamparan. Kalau di visum pasti hasilnya karena penganiyayan. Gue penasaran aja kok bisa gitu ya?". Kataku.
Agatha sepertinya terkejut mendengar apa yang aku sampaikan barusan. Mungkin dia juga sebenarnya tidak terlalu tahu seberapa sakit luka yang di rasakan Senja. "Ha segitu parahnya? Gila tuh Dinda diapain tuh Senja bisa begitu."
"Dinda?". Tanya ku.
Agatha langsung menutup mulutnya rapat-rapat dengan kedua telapak tangannya.
"Udah jujur aja sama gue. Dinda siapa Ta?". Aku memaksa Agatha agar mau melepaskan kedua tangan yang menutupi mulutnya.
"Iya-iya gue ceritain tapi lu jangan bilang sama Senja kalau tahu dari gue ya."
"Ya. Buruan cerita!". Balasku.
Akhirnya Agatha menceritakan awal kejadian yang ternyata awal mulanya Dinda mengajak Senja ke toilet di kelas 3 IPS, selepas itu dia menceritakan bagaimana Senja bisa mendapatkan luka di punggungnya itu.
"Kok bisa berantem sama Dinda ? Kan Senja gak terlalu kenal sama dia?". Tanya ku yang masih penasaran kenapa Dinda bisa melakukan hal itu kepada Senja.
"Gue aja gak tahu. Udah ya gue balik". Agatha berdiri bersiap akan pergi meninggalkan ku. Aku membiarkan dia pulang karena sudah mendapat sedikit informasi darinya.
Aku masih belum mengerti ada apa Dinda menyerang Senja, atau ini ada hubungannya dengan Doni karena seingat ku Dinda adalah pacar atau mantan dari Doni. Kalau benar ada sangkutannya dengan Doni aku tidak akan tinggal diam. Setelah mendapat informasi dari Agatha aku segera pulang.
*******
"Jingga berangkat dulu ya !". Aku berpamitan dengan kedua orang tua untuk berangkat ke sekolah.
"Iya Sayang. Jangan bikin ulah ". Seru Bunda.
"Jingga gak janji Bun."
Mulai hari ini aku selalu membawa motor sendiri kadang aku menjemput Nadine kadang juga tidak. Senja tidak dibolehkan masuk sekolah oleh Ayah karena kondisinya belum membaik justru sekarang dia demam. Semalam Senja sudah bercerita semuanya kepada Bunda kalau selain dia mendapat luka di tubuhnya ternyata Senja disiram air seember oleh Dinda dan itu membuat dirinya demam.
Pagi ini aku tidak menjemput Nadine karena dia pagi buta sudah mengirimi ku pesan kalau dia akan berangkat bersama Ayahnya, maklum karena Ayahnya baru pulang jadi ini adalah momen bahagia untuknya.
Aku segera menuju ke kelas Dinda tapi ternyata dia belum masuk padahal bel 5 menit lagi berbunyi.
"Lu ngapain disini ?". Doni menghampiriku yang berdiri di ambang pintu masuk kelas ini.
"Gue nunggu Dinda."
"Ada apa?" Tanya Doni lagi.
"Dia udah bikin tindakan kriminal sama Senja. Kemarin gue dengar Senja dikurung di toilet dan parahnya badan Senja penuh luka apalagi di punggungnya luka lebam sama luka gores." Jelasku. Doni sepertinya tidak tahu kalau Dinda bersikap seperti itu.
"Senja sekarang dimana?"."Gak masuk dia demam." Jawab ku. Aku melihat dari sorot mata Doni seakan dia khawatir akan kondisi Senja dan dia terlihat ingin menghampirinya, tapi kenapa dia khawatir kepada Senja?
"Dinda!". Panggil ku ketika melihat Dinda berjalan akan memasuki kelas ini.
Aku menahan Dinda begitu juga dengan Doni. Ku tatap tajam Dinda dan dia menundukan wajahnya karena tahu dia akan ku introgasi.
"Lu apain Senja kemarin sampai dia luka-luka gitu ? Apa salah dia sama lu?" Ku tekankan setiap kalimat pertanyaan yang ku ajukan kepada Dinda, tapi dia tetap saja menunduk.
"JAWAB DINDA !". Bentak ku. Emosi sungguh tidak stabil pagi ini. Semua ini gara-gara seseorang yang sudah menyakiti saudara kembarku.
"Gue gak suka sama Senja. Dia udah brengsek sama gue. " Jawab Dinda lantang.
"Brengsek lu bilang ? Sekarang gue tanya sama lu siapa yang lebih brengsek Senja apa lu yang udah ngurung dia di toilet, lu buka seragam dia lu guyur dia pakai air dan lu dorong badan Senja ke tembok." Kata ku lantang.
"Karena dia pantas dapetin itu." Balas Dinda tertawa dihadapan ku.
Ingin ku balas ucapanya lagi tapi sayang Dinda ditarik kedalam kelas oleh Doni. Aku tidak tahu mengapa dia melakukan itu. Kemudian Doni keluar dari kelas menemui ku. "Udah biar Dinda gue yang urus. Sekarang lu balik bentar lagi pelajaran pertama dimulai."
"Tapi ini urusan gue, karena dia udah celakain Senja. Gue gak bisa tinggal diam kalau Senja digituin sama dia!". Aku memaksa masuk ke dalam kelas Doni.
"Ya gue tahu. Gue juga gak bisa tinggal diam kalau Senja digituin sama mantan gue si Dinda, Jingga !." Doni melarangku masuk.
"Apa hak lu ngurusin Senja ? Dia bukan siapa-siapa lu Don". Aku heran dengan perkatan Doni barusan.
"Ya hak gue dong karena Senja itu kan..." Tiba-tiba ucapan Doni terpotong karena Pak Wahab menegur keberadaan ku yang masih ada disini. Pak Wahab menyuruhku untuk pergi ke kelasku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA & JINGGA
Teen FictionIni adalah kisah sederhana dari dua orang yang hidup bersama. Mereka saling melengkapi dan saling menyayangi satu sama lain. Mereka selalu bersama tapi tiba-tiba ada sesuatu yang membuat mereka berselisih. Kira-kira apa yang membuat mereka berseli...