11-

2.4K 136 4
                                    

Aku panik selama diperjalanan menuju rumah sakit. Di dalam taksi aku terus menggoyang-goyangkan tubuh Senja berharap dia segera bangun namun apa daya dia tidak kunjung bangun. Aku menelfon Bunda memberi kabar mengenai kejadian ini dan memintanya agar segera menemuiku di rumah sakit.

Akhirnya aku sudah sampai di rumah sakit dan langsung menuju ke ruang IGD. Para Dokter dan tim medis lainnya menangani Senja dengan sigap. Aku menunggu di luar menunggu pemeriksaan selesai dan kedatangan Bunda.

"Jingga. Senja kenapa ?" Bunda menghampiriku yang sedang duduk bersandar di tembok.

"Jingga gak tau Bun. Tadi waktu istirahat aku dipanggil sama Wisnu bilang kalau Senja jatuh tapi dia jelasin kenapa. Jingga samperin Senja udah pingsan, kepalanya berdarah." Jelasku kepada Bunda.

Kami menunggu Dokter keluar dengan perasaan gugup. Akhirnya Dokter pun keluar menghampiriku dan Bunda.

"Bagaimana Dok keadaan anak saya?". Tanya Bunda panik.

"Anak ibu mengalami luka di bagian kepalanya, tidak begitu parah hanya ada robekan sekitar 5 cm dan tidak begitu dalam, untungnya pasien tidak mengalami benturan yang keras. Semua kondisi umunya baik. Kami tim medis sudah melakukan penjahitan pada lukanya. Sekarang tinggal menunggu pasien sadar saja Bu." Jelas Dokter.

"Tapi gak apa-apa kan anak saya Dok?".

"Tidak apa-apa Bu. Sekarang pasien sudah bisa di jenguk. " Kata Dokter lagi kemudian meninggalkan aku dan Bunda.

Aku bersyukur karena saudara ku tidak mengalami hal yang buruk tapi menurut ku itu juga sudah menyiksa dirinya karena luka jahitan di kepalanya pasti sangat nyeri dirasakannya. Aku dan Bunda masuk ke ruang IGD untuk melihat kondisi Senja. Bunda memeluk hangat Senja yang masih belum sadarkan diri. 30 menit berlalu dan kondisinya masih sama. Aku penasaran bagaimana Senja bisa mengalami. Andai saja ada orang yang sengaja melukai Senja akan aku habisi dia tanpa ku beri ampun.

45 menit akhirnya Senja sadarkan diri. Dia terlihat linglung pada lingkungan sekitar. Senja memegangi kepalanya mungkin dia merasa sakit. Aku sangat kasihan kepadanya karena biar bagaimana pun Senja adalah saudara kembarku yang sangat aku sayangi.

"Sayang kamu sudah sadar?". Tanya Bunda kepada Senja dengan raut wajah panik mengusap lembut puncak kepala Senja.

"Kok ada Bunda. Senja emang dimana?". Senja terlihat bingung dan memandang sekitar. Dia memicingkan tatapannya ke arahku.

"Kamu tadi pingsan di sekolah. Di deket tangga kelas 3 Mipa 4. Kepala  kamu berdarah soalnya robek tapi udah dijahit sama Dokter. Kamu kena si Nak?". Tanya ku mengusap lembut tangannya.

Senja seperti mengingat kejadian sebelum dia pingsan dan berada di rumah sakit ini.

SENJA POV.

Selesai ujian fisika aku dan Agatha akan pergi ke kantin karena perutku sangat keroncongan. Tumben sekali aku merasa sangat lapar padahal tadi pagi aku sudah sarapan. Aku berjalan santai dengannya, tapi sebelum pergi ke kantin aku diajak Agatha untuk menemui pacarnya yang berada di kelas 3 MIPA 3. Dia sudah bertemu dengan sang pacar dan seperti biasa Agatha selalu melupakan ku jika sudah berduaan. Menunggunya selesai berpacaran sangatlah bosan aku seperti obat nyamuk saja disini jadi aku putuskan untuk pergi ke kantin saja sendiri.

Disaat aku melewati depan kelas 3 MIPA 4 ada seseorang yang menarik tangan ku agar mau masuk kedalam kelasnya. Kondisi kaki ku yang sebenarnya masih sedikit bengkak karena kesleo waktu itu membuat ku kesakitan jika harus berjalan cepat.

"Aduh, sakit jangan ditarik gini dong!". Aku mengaduh kesakitan karena perlakuannya.

"Sorry." Balasnya singkat dan masih saja menggenggam tangan ku.

"Doni ! Lepasin si. Lu mau ngapain gue mau ke kantin awas dong". Usirku dan berusaha berjalan keluar dari kelas ini.

"Nanti dulu dong. Gue kangen sama lu. Tau gak gue khawatir sama kondisi lu. Kaki lu bengkak gini tapi masih aja lu maksain buat berangkat sekolah. Sok sehat aja lu. " Doni menunduk mengusap lembut kaki ku yang terlihat membengkak karena kejadian di pasar malam.

"Terserah gue dong mau berangkat apa gak bukan hak lu nglarang gue." Aku menepis tangan Doni yang masih saja mengusap kaki ku.

"Lu mau kemana? Gue gendong aja". Doni membungkukan tubuhnya menarik tangan ku lalu membawa diriku ke punggungnya. Lagi-lagi Doni akan menggendongku.

Semua pasang mata siswa yangewat dan yang berada di dalam kelas melihat aku yang di gendong oleh Doni si cowok brengsek dan mesum. Aku sangat merasa risih dibuatnya. Terus saja aku meronta-ronta agar Doni mau menurunkan aku tapi dia adalah cowok pemaksa. Dia tidak membiarkan aku turun dari gendongnya, karena aku kesal kepadanya aku menjewer telinganya dengan keras dan berhasil membuat dia kesakitan hingga keseimbangan dia pun goyah.

Sesuatu yang buruk terjadi kepadaku, aku terlepas dari gendongannya dan genggaman tangannya membuat ku merosot turun dari punggung kekarnya.

"ADUH". Aku mengaduh kesakitan karena aku merasa kepalaku menghantam sesuatu yang keras, aku memegangi kepala karena pusing dan pandangan mataku juga semakin kabur. Hingga akhirnya aku tak sadarkan diri.

JINGGA POV.

Senja sudah sadar dan dia menceritakan apa yang membuat dia seperti ini. Aku sangat geram kepada orang yang membuat saudara ku celaka seperti. Doni, aku akan membuat pelajaran untuknya. Genggaman tanganku semakin erat dan amarah ku semakin memuncak. Ingin rasanya aku menghabisi Doni sekarang juga.

"Bun. Jingga keluar dulu ya" Pamit ku kepada Bunda meninggalkan rumah sakit. Aku mencium pipi Bunda lalu melangkahkan kaki ku dengan cepat.

Ku lihat jam di tangan kiri ku saat ini masih menunjukan pukul 1 siang. Sekolah belum selesai dan aku akan kembali ke sana untuk mengambil tas ku dan tas Senja karena aku tidak sempat membawanya tadi. Sampainya di sekolah Andi yang melihat ku penuh dengan keamarahan bertanya kepadaku mengapa aku seperti ini tapi aku tidak menggubrisnya. Aku berjalan menuju kelas 3 MIPA 4. Ku ketuk pintu kelas ini tak peduli kalau mereka sedang melangsungkan pelajaran siang ini. Langkah ku terarah kepada seseorang yang duduk di bangku paling belakang sebelah kiri.

"BRENGSEK KEPARAT LU" Aku menghujani tubuh dan wajah Doni dengan sesuka hatiku. Aku ingin membuat dia terkapar lemas di rumah sakit seperti Senja.

BHUK BHUKK BHUKK !!!!

Berkali-kali ku pukul Doni hingga dia terkapar di lantai. Darah segar bercucuran di sudut bibirnya dan luka lebab di sekujur tubuhnya tapi aku belum puas aku masih ingin membuat dia lebih parah dari ini.

"HENTIKAN JINGGA !! Apa maksud kamu datang ke kelas saya tiba-tiba langsung mukul Doni sampai dia seperti itu." Teriak Pak Dwi melerai diriku dan beberapa siswa memegangi diriku dengan kuat sedangkan Doni dia di bantu berdiri dengan siswa lainnya.

"Dia udah bikin adik saya celaka Pak. Adik saya sekarang di rumah sakit dan itu gara-gara Doni brengsek ini". Teriak ku keras sehingga menimbulkan keramaian dikelas ini dan banyak siswa sebelah yang datang untuk melihat kejadian sebenarnya.

"Maksud kamu Senja?" Tanya Pak Dwi tak percaya.

"Iya Senja Modi Tama Hermawan adik saya, saudara kembar saya yang udah dibikin pingsan dan terluka dibagian kepalanya sama bajingan ini Pak!'. Aku menunjuk ke arah Doni. Ingin rasanya aku memukul dirinya lagi tapi tubuhku di pegangi oleh beberapa siswa yang membuat ku kesulitan bergerak.

"Gue bisa jelasin mendetail kejadiannya. Gue gak tahu Senja itu adik lu Ngga." Jawab Doni.

"Ah Busyit kalau lu gak tau Senja itu adik gue. Semua orang disekolah tau kalau gue saudara kembar sama dia. Oh ya gue lupa lu disini kan sibuk pacaran sana sini makannya lu gak tau dia itu siapa dan lu mau jadiin Senja korban lu selanjutnya kan? Kurang ajar lu Don." Aku sudah kehabisan kesabaran dan aku kembali melayangkan pukulan kepadanya. Kami kembali beradu tinju hingga kepala sekolah datang meleraikan kami kembali.

"Kalian ikut saya, kita selesaikan semuanya di ruangan!". Titah Pak Pachrur menyeret aku dan Doni.

SENJA & JINGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang