9-

2.6K 137 5
                                    

Aku diantar pulang oleh Doni. Sesampainya dirumah Ayah langsung membukakan pintu karena mendengar bel rumah berbunyi. Melihat aku kesulitan berjalan Ayah membantu ku masuk ke dalam rumah dan Doni pamit pulang kepada Ayah dan diriku.

"Kamu kok bisa begini si. Pacarannya main kemana?". Tanya Ayah memapah ku menuju kamar.

"Apaan si Yah. Siapa juga yang pacaran. Senja tuh pas jalan kesandung batu makannya jadi kesleo gini." Aku merebahkan diriku duduk di tepi ranjang. Sebal sekali mendengar Ayah berkata seperti itu.

"Ya kirain gitu pacarannya mojok makannya jadi begini. Yaudah Ayah panggil Bunda dulu biar di obatin. "Ayah membantu melepaskan sepatu yang ku kenakan, mencium puncak kepalaku lalu pergi memanggil Bunda.

Akhirnya Bunda datang. Aku di pijat dengan lembut tapi tetap saja aku merasakan sangat sakit. Sial sekali malam ini. Kalau tahu aku akan seperti aku tidak akan mau bertemu dengan cowok mesum itu. Selesai di pijat Bunda aku langsung memejamkan mata berharap esok kaki ku membaik.

JINGGA POV.

Malam ini aku pergi keluar bersama teman-teman ku. Menikmati suasana malam di kota Jogja karena besok adalah hari minggu. Aku pergi ke club malam sekedar untuk menghilangkan kejenuhan di otakku. Kedua orang tua ku tidak melarang jika aku pergi ke club malam karena mereka dulu juga penikmat club malam apalagi Bunda, tapi meski mereka memberi kebebasan tetap masih ada peraturan yang harus ku taati yaitu aku tidak boleh mabuk berat, bermaim dengan narkoba dan seks bebas. Jika salah satu itu aku lakukan aku harus bersedia tinggal selamanya bersama Kakek dan nenek ku di kaliurang dan sama sekali tidak mendapat fasilitas apapun dari kedua orang tuaku.

Suara dentuman musik dari permainan DJ membuat suasana club malam disini semakin ramai apalagi ini adalah malam minggu pastinya pengunjung lebih banyak yang datang. Aku tidak begitu suka turun ke dance floor, aku lebih suka jika hanya berdiam diri menikmati segelas wisky.

"Bro, pindah yuk bosen udah kelamaan kita disini." Andi salah satu teman ku yang tidak begitu menyukai suasana club malam mengajak ku untuk berpindah tempat.

"Yailah baru sejam juga." Balas Andre yang notabene adalah penikmat sejati club malam. Dia setiap malam selalu pergi berkunjung kemari dan menikmati suguhan wanita penghibur disini.

"Udah ribut aja. Yaudah kita pindah, tapi ke kafe yang biasa aja ya." Balasku yang mendapat persetujuan dari kedua teman ku ini. Karena Andi sudah bosan jadi kami pindah tempat ke sebuah kafe favorit kami. Sebuah kafe yang buka 24 jam dan selalu ramai pengunjung.

Sesampainya disana aku dan kedua teman ku memesan segelas kopi hitam untuk menemani sebatang rokok. Aku sangat menyukai suasana kafe ini yang begitu hangat ditambah dengan adanya band di setiap malamnya. Saat ini jam tangan ku sudah menunjukan pukul 11 malam tapi aku masih betah disini. Menghisap rokok dan menikmati secangkir kopi hitam adalah favorit ku ketika suasana hati sedang tak menentu seperti malam ini. Meskipun aku sedang bersama teman, aku tetap kepikiran Nadine. Gadis yang aku sukai dari awal masuk sekolah SMA dan sampai saat ini aku belum bisa mendapatkan hatinya.

 Gadis yang aku sukai dari awal masuk sekolah SMA dan sampai saat ini aku belum bisa mendapatkan hatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jingga, lu liat disana !". Andre menunjuk ke salah satu kursi pengunjung disini. Dia menunjuk seseorang yang sangat aku kenal. Dia adalah Nadine. Malam ini dia juga menikmati suasana malam minggu disini. Aku bersiap untuk menghampirinya sebelum Nadine pergi karena sepertinya dia sedang bersiap-siap akan pergi.

"Nadine". Panggil ku berlari ke arahnya.

Dia menoleh ke arah ku. Aku melangkah dengan cepat kaki ku agar segera sampai disana.

"Kamu mau kemana?". Tanya ku dengan tersenyum sangat manis.

"Pulang udah malam." Jawab Nadine yang selalu singkat dan terkesan jutek.

"Gue anterin ya?". Aku menawarkan Nadine agar mau pulang bersama ku. Dia hanya mengangguk. Itu artinya Nadine mau pulang bersama ku. Betala senangnya dia mau menerima ajakanku. Aku segera mengambil motorku di parkiran untuk mengantarkannya pulang.

Aku sudah siap dan dengan perasaan senang melajukan motorku dari parkiran menuju tempat dimana Nadine berdiri. Dari jarak yang tidak begitu jauh aku melihat kecantikan Nadine yang membuatku tergila-gila dari dulu. Dia selalu cantik kapan pun meski wajahnya polos tanpa make-up aku tetap jatuh hati.

"Ayo''

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo''. Ajak ku kepada Nadine agar dia mau membonceng diriku. Akhirnya aku bisa mengantar Nadine pulang sampai rumah. Entah setan apa yang sudah berbaik hati merasuki Nadine agar dia mau pulang bersamaku.

45 menit berlalu, aku dan Nadine sudah sampai dirumahnya. Hatiku masih merasa berdetak kencang karena kebahagian ini. Nadine turun dari motor ku dan berjalan memasuki rumah.

"Nad. Kalau senin besok aku jemput kamu boleh?". Aku memberanikan diri mengungkapkan keinginan ku untuk menjemputnya besok pagi.

"Jam set 7 jangan sampai terlambat". Balas Nadine dengan senyuman yang sangat manis. Senyuman yang selama ini ingin aku lihat mengembang di depan hadapanku.

Aku mengiayakan ucapan Nadine. Selepas dia masuk ke dalam rumah aku juga kembali ke rumah ku. Di jalan aku sangat bahagia dengan keajaiban yang terjadi di dalam diriku malam ini. Sungguh aku tak percaya akan mengalami kebahagian seperti ini.

*******

Hari weekend sudah berlalu, kini saatnya kembali melakukan aktifitas seperti biasanya. Banyak orang yang tidak menyukai hari senin tapi tidak dengan ku. Aku menyukainya apalagi hari ini dimana aku pertama kali aku akan menjemput Nadine, gadis yang aku sukai sejak dulu. Senja sudah memanggil ku untuk sarapan, tapi sebelum turun ke bawah aku berjalan ke kamar Ayah. Ku ketuk pintunya dan Ayah membukanya.

Aku menyampaikan keinginan kepada Ayah kalau aku ingin berangkat sekolah sendiri dengan mengendarai motor. Aku menjelaskan alasanku kepada Ayah. Awalnya Ayah tidak menyetujui permintaan ku tapi karena aku terus merengek akhirnya keinginan ku di kabulkan. Langsung saja ku sambar kunci motor yang sudah diberikan Ayah kepadaku. Aku kembali ke kamar untuk mengambil tas punggung dan beranjak turun ke bawah.

"Jingga, sarapan dulu !". Bunda yang melihat ku keluar rumah terburu-buru memanggil dengan suara sedikit lantang. Aku tidak sempat menjawab pertanyaan Bunda karena aku tergesa-gesa mengambil motor di garasi. Jam sudah menunjukan pukul 06.15 aku tidak mau terlambat di hari penjemputan Nadine yang pertama.

SENJA & JINGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang