20-

2.2K 114 1
                                    

Perlahan tapi pasti ayunan kora-kora ini semakin kencang dan membuat Doni juga semakin kencang memeluk ku. Aku hanya tertawa melihat tingkah payahnya itu. Bisa-bisanya seorang cowok mesum dan playboy takut akan hal sederhana seperti ini.

Permainan kora-kora pun berakhir. Aku dan Doni keluar dari wahana secara bergantian dengan pengunjung lainnya. Seperti waktu itu Doni langsung berlari ke tempat sepi untuk mengeluarkan segala isi perutnya. Ayunan dari kora-kora membuat perut Doni mual dan tak karuan rasanya hanya muntah lah yang bisa membuat Doni sedikit lebih baik. Aku mengusap punggungnya perlahan mencoba memberi efek tenang kepadanya. 10 menit Doni berusaha mengeluarkan segala isi perutnya meski semuanya tidak keluar. Tubuhnya basah oleh keringat dingin yang bercucuran. Sungguh aku kasihan melihat dia seperti ini.

"Ampun deh kalau tiap naik kora-kora begini terus. Lain kali aku gak mau ajak jalan kamu ke pasar malam. Pasti naiknya kora-kora lagi". Umpat kesal Doni dengan rebahan di pahaku duduj lesehan di atas rumput alun-alun.

Aku mengusap kening Doni yang basah karena keringat. "Ya gak boleh ! Aku kan suka pasar malam aku juga suka kora-kora. Kalau kamu suka aku ya kamu harus mau dong naik kora-kora. Katanya sayang sama aku ? Lagian naik kora-kora gak bikin kamu mati".

"Iya iya. Apa aja yang bikin kamu bahagia aku turutin kok Sayang meskipun setiap abis naik kora-kora aku harus begini." Doni mengusap perutnya yang masih mual.

"Gitu dong. Itu baru pacar yang baik. Kalau kamu baik nanti aku jadi cinta deh sama kamu. Serius gak bohong!".

Doni terbangun dari pangkuan ku. "Emang kamu gak cinta sama aku ?".

Aku menggeleng cepat. Doni yang melihat ku menggeleng langsung merebahkan ku dan posisi sekarang menjadi Doni di atas tubuhku. Dia mencengkram erat kedua tangan ku mendekatkan wajahnya lebih dekat ke wajahku.

"Kamu mau ngapain"? Aku gugup dibuatnya. Doni masih saja menggenggam tangan ku dan malah semakin mendekatkan wajahnya ke bagian leherku. Dia mengendus ke leher dan dia menciumi leher jenjang miliku membuat nuansa geli namun nikmat. Sungguh aku tak munafik kali ini kalau ternyata benar-benar merinding dan terangsang aku dibuatnya.

Doni berbisik lirih di telingaku. "I wan't to say love for me!".

Dia kembali mengendus bahkan menciumi leher ku lebih agresif. Dia tidak berhenti dan semakin membuat ku menggeliat. "Please, stop!".

Tapi Doni seakan tuli dia masih saja terus menciumi ku bahkan tangan kekarnya semakin nakal bermain ke bagian dadaku. Membuat ku semakin berdesir dan merasakan apa yang sebelumnya ku rasakan. Aku tak bisa berkutik dibuatnya hanya desahan yang keluar dari mulut ku dan itu malah membuat Doni semakin liar kepadaku.

"Sudah cukup aku mohon. " Aku berusaha mengeluarkan perkataan agar Doni mau berhenti dalam tingkah nakalnya.

Doni akhirnya berhenti tapi dia masih dalam posisi yang sama menatap ku tajam dengan sorot matanya yang membuatku luluh tak berdaya dibuatnya. Di usap lembut pipi dan bibirku. "I Love You, Senja"

Aku menutup mata menahan sentuhannya tapi aku tidak mengontrol deru napas ku yang tersengal dan degup jantungku yang berdetak kencang. Lagi-lagi diriku seakan terhipnotis oleh Doni sehingga dengan mudahnya dan tanpa keraguan aku berkata. " I Love You To, Doni".

Mendengar jawaban ku Doni kembali melumat habis bibir dan dia mengendus ke leher ku dengan sangat liar dan bahkan tangannya kembali bermain di dadaku membuat ku kembali merasakan kenikmatan yang diberikannya. Sungguh Doni benar-benar cowok mesum dan brengsek yang mampu menggoyahkan diriku. Aku benar-benar sudah jatuh hati kepadanya.

JINGGA POV

Sepulang kantor aku langsung menuju ke rumah karena Eyang tidak memperbolehkan ku keluar rumah kecuali pergi ke kantor. Sesampainya dirumah aku disambut oleh pelukan hangat dari Oma dan menyuruhku untuk segera mandi dan bersiap makan malam bersama.

Disaat sedang berlangsung makan malam bersama tiba-tiba Eyang membuka suara. "Jingga, gimana pekerjaan tadi udah selesai?".

"Udah Eyang, besok kasih aja lagi berkas yang lebih banyak buat Jingga. " Umpat ku kesal karena pekerjaan tadi begitu menguras tenaga dan pikiran ku.

"Ide bagus ! Besok Eyang juga gak masuk kok jadi biar Pak Indras kasih tugas kamu lebih banyak." Eyang semakin gencar memberiku pekerjaan tanpa ampun.

"Iya Jingga kerjain semuanya yang Eyang minta tapi balikin dong hanpdhone Jingga." Rengeku kepada Eyang agar beliau mau mengembalikan handphone ku.

"Kenapa si Sayang kamu nagih handphone kamu terus ? Kan udah tahu kalau kamu belum boleh pakai handphone sebelum hukuman kamu selesai". Kata Oma mengusap halus rambutku.

"Jingga kangen sama seseorang."

"Oh, cucu Oma udah punya pacar ceritanya ya. Kenalin dong ke Oma sama Eyang. " Balas Oma saling tatap kepada Eyang.

"Pacar belum resmi Oma. Baru mau nembak belum selesai ngomong udah kepotong gara-gara bawa lari Senja ke rumah sakit."

Eyang tertawa lantang membuat rumah terdengar ramai. "Hahaha. Payah kamu Jingga. Anaknya Aditya Tama Hermawan tapi gak bisa dapat ilmunya naklukin cewek. Aduh kasihannya kamu itu".

Aku hanya cemberut memandang Eyang yang tertawa kepada ku dan Oma juga yang mencoba menahan tawa agar aku tidak lebih kesal.

"Ayah kan gak pernah ngajarin cara naklukin cewek Eyang, Oma. Ayah cuman nurunin paras tampan sama sikap nakal aja ke aku. Maka dari itu Jingga minta handphone nya dibalikin biar hubungin cewek yang Jingga suka." Rengek ku kembali.

"Kalau hukuman kamu udah selesai ya". Jawab Eyang kemudian berlalu pergi meninggalkan meja makan. Kini hanyalah aku dan Oma yang berada di meja makan ini. Oma mengelus lembut pipi ku dan berlalu pergi menyusul Eyang.

Bukannya dikasih handphone malah di ketawain gara-gara aku payah mendapatkan gadis yang aku suka. Memang aku ini putra dari Aditya Tama Hermawan tapi aku tidak memiliki keahlian dalam memikat gadis seperti Ayah karena selama ini aku tidak di ajarkan cara itu. Menurut Ayah aku harus mencari cara sendiri dan  berusaha semaksimal mungkin untuk menggapai apa yang aku impikan. Aku takut jika aku kembali kehilangan dan kesulitan dalam menggapai cinta Nadine karena aku tidak memberi kabar kepadanya. Hukuman ini benar-benar menyiksaku.

SENJA & JINGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang