SENJA POV.
Aku merasa perih di bagian bibirku. Ini semua karena ulah cowok brengsek sialan itu. Kalau saja Doni tidak mencium ku malam itu, aku tidak akan menggosok-gosok bahkan mengkleteki bibirku dengan jari. Aku tidak ingin bibirnya meninggalkan bekas pada miliku. Selama disekolah aku terus memakai masker agar teman ku tidak mengetahui kondisi bibirku. Untung Kak Jingga tidak lemes ke semua orang jadi aku masih bisa dengan santai menutupi ini semua. Aku sekarang sedang berada di perpustakaan, menunggu jam 3 karena aku akan melihat Kak Jingga bermain basket lawan dengan kelas 3.
TING
Handhopone ku berbunyi. Aku membuka pesan lalu membacanya.
'Kok bibir sexy nya di tutupin pake masker si kenapa ? Biar bekas ciuman dari gue gak terbang kena angin ya? Gemesin banget si jadi pingin cium lagi'
Lagi-lagi itu sebuah pesan dari Doni mesum. Aku malas membalasnya karena itu membuang-buang waktu ku. Pandangan ku kembali terfokus pada novel yang ada di hadapanku. Tak terasa sudah 1 jam aku menunggu di sini. Ku lihat jam di tangan kiri ku yang sudah menunjukan pukul 3. Kini saatnya aku untuk pergi ke lapangan basket karena Kak Jingga akan bertanding disana.
Di jalan aku bertemu dengan Agatha, sejak tadi aku tidak bersamanya karena dia sibuk berpacaran dengan kekasihnya. Agatha adalah teman ku yang cantik dan centil, dia mempunyai pacar namanya Dito prakasa dan dia itu kakak kelas. Kalau sudah bertemu pacarnya, dia akan melupakan ku dan membiarkan ku sendirian. Hah, teman macam apa dia itu. Aku dan Agatha menuju ke lapangan, suasana di sini sudah terlihat ramai dengan riuh pikuk suara penonton dan cheers leaders yang menyemangati masing-masing tim. Aku juga melihat Kak Jingga yang sudah bersiap dengan tim nya yang disebut cakrawala. Tim Kak Jingga akan melawan tim basket kelas 3 yang dijuluki Elang api. Aneh-aneh saja nama julukannya tapi aku akui kalau permainan mereka itu hebat ya, karena mereka semua sebenarnya satu tim ketika berada di tim basket namun jika tidak ada jadwal basket atau pertandingan mereka akan bermain sendiri dan memisah berdasarkan kelas. Semacam membentuk tim antara junior dan senior.
Agatha yang melihat pacarnya sudah bersiap di pinggir lapangan langsung berlari menghampirinya, sedangkan aku ditinggalnya dan berjalan sendiri menuju ke kursi penonton. Tapi tiba-tiba aku di gendong paksa oleh seorang cowok berbadan kekar dan tubuhnya yang wangi oriental note memberikan kesan eksotik seperti musk. Dia menggendongku ke arah belakang lapangan membawaku ke ruang ganti para pemain basket. Aku meronta-rontakan tubuhku agar dia mau melepaskan gendongannya tapi hasilnya nihil dia justru semakin kencang merangkul tubuhku. Dia tetap saja menggendongku dan sekarang dia mendudukan ku di atas westafel yang ada di ruang ganti. Tangan kekarnya yang penuh dengan otot kekar itu melingkar di pinggang.
Dia membuka paksa masker di wajahku, memperlihatkan bibirku yang sedikit terluka lalu dia mengusapnya pelan. "Lu apain bibir sexy milik gue. Kenapa bisa jadi begini HAH ?".
"Apaan si lu singkirin tangan kotor lu dari bibir gue dan ini bibir gue bukan milik lu. Enak aja ku klaim milik gue. Turunin gue cowok mesum". Kata ku kesal dan terus berusaha agar tangan kekarnya lepas dari tubuhku.
"Apa perlu gue bikin pengumuman kalau bibir ini udah milik gue biar semua orang tau? Senja, dengerin ya sayang kalau abis di cium itu jangan lu gosok-gosok ini bibir malah jadi luka gini kan. Terus kalau gue mau nyium lu lagi gimana? " Kata Doni mendekatkan pandangannya kepadaku dan mengusap lembut bibirku.
"Gue gak akan mau di cium sama lu lagi brengsek! Turunin gue bodoh." Rengek ku mencoba melepas tahanan tangannya.
"Gue bakal nurunin lu kalau lu mau janji buat pergi sama gue nanti malam ke alun-alun? Kalau lu nolak gue bakal tetap ngurung lu disini dan gue bakal maksa cium bibir lu meski gue tahu pasti rasanya bakal perih". Doni membisikan permintaanya di telingaku dengan bisik-bisik dan suara yang serak. Membuat ku merasa geli mendengarnya.
"Gak sudi gue pergi sama... " Kataku jutek kepadanya, tapi aku belum selesai mengucapkan kalimat ku hingga
"Ehmmmm...ehmmmm". Suara desahan lepas tiba-tiba dari mulutku. Doni mencium ku lagi untuk yang kedua kalinya dan dia membelai lembut punggung ku ke atas dan ke bawah membuat ku sedikit terangsang dan geli karena ulahnya. Ciuman ini lebih lama dan Doni mencium ku lebih agresif dari pada sewaktu di kafe ditambah lagi tangan kekarnya yang tidak berhenti berkeliaran di tubuhku membuat aku merasakan kenikmatan yang belum pernah aku dapatkan sebelumnya.
"DONI !". Seseorang masuk dan memanggilnya, seketika dia langsung melepas tautan bibirnya dengan ku.
"Sorry Senja kenikmatan ini harus gue udahin. Gue harus tanding dulu dan gue tunggu nanti malam jam 7 di alun-alun kalau lu gak dateng jangan salahin kalau besoknya lu bakal abis gue ciumin." Doni mengecup bibir ku sekilas kemudian menurunkan ku dari westafel. Dia berlari ke arah lapangan.
Aku masih membelalak tak percaya dengan apa yang sudah aku lakukan bersama Doni barusan. Aku hanya berdiam diri bahkan terkesan mengikuti permainanya. Bodoh sekali diriku ini. Sudah 3 kali aku berciuman dengannya maksud ku dia mencium paksa diriku. Aku membereskan seragam ku yang sedikit berantakan karena ulah Doni dan aku juga memakai kembali masker di wajahku. Bibirku yang masih sedikit terluka dan kali ini dia mengeluarkan darah dan terasa perih. Doni terlalu agresif dan seakan memaksa masuk lebih dalam ke bibirku.
Semua sudah rapi, aku berjalan menuju lapangan. Suasana pertandingan sudah ramai dan aku melihat Kak Jingga bermain dengan lihai seperti biasanya. Agatha menghampiriku yang duduk di bangku penonton di depan.
"Lu dari mana si? Gue cariin ngilang". Tanya Agatha dengan menyedot minumannya.
"Dari toilet." Jawab ku singkat tanpa memandang ke arahnya.
Aku menyaksikan pertandingan ini dengan seksama. Aku selalu menemani Kak Jingga bertanding basket baik di dalam sekolah atau turnamen di luar. Di lapangan aku melihat Doni sedang mendribel bola basket dan sesekali dia mencuri pandang ke padaku, tapi aku selalu membuang muka.
Dia itu cowok yang menyebalkan yang isi otaknya penuh dengan kemesuman. Dia kakak kelas ku, dia duduk di kelas 3 Mipa 1. Dulu dia adalah kapten basket disekolah tapi karena posisinya yang sudah hampir mengikuti ujian nasional jadi jabatan itu beralih ke Kak Jingga kembaran ku. Dia cowok tajir, salah satu anak dari pengusaha interior di Jogja. Meskipun dia terbilang sempurna karena latar belakang kehidupannya dan paras tampan yang dimiliki itu tidak membuat aku menyukainya apalagi setelah dia dengan seenak jidatnya mencuri first kiss ku. Aku sangat membencinya.
'DONI LENDRAJAYA KUSUMA, mulai saat ini lu resmi jadi cowok yang perlu gue kasih pelajaran. Tunggu pembalasan gue !'. Batin Ku meremas tangan ku kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA & JINGGA
Teen FictionIni adalah kisah sederhana dari dua orang yang hidup bersama. Mereka saling melengkapi dan saling menyayangi satu sama lain. Mereka selalu bersama tapi tiba-tiba ada sesuatu yang membuat mereka berselisih. Kira-kira apa yang membuat mereka berseli...