5-.

2.8K 155 5
                                    

Aku penasaran kenapa dia masih saja menutupi dirinya dengan selimut, jadi aku tarik saja dan Senja tak sengaja memperlihatkan sesuatu yang membuatku terheran.

"Senja, kamu kenapa ?". Tanyaku  menangkup wajahnya.

Senja menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Di terus saja menutupi meski aku berusaha memaksa untuk membukanya.

"SENJA BUKA !!". Gertak ku dengan membuka paksa tangan Senja yang menutupi wajahnya.

"Bibir kamu kenapa?". Aku melihat bahkan mengusap bibir merah milik Senja yang terlihat sedikit ada luka.
Senja kembali menutupi bibirnya dengan telapak tangan.

"Gak apa-apa kok. Udah sana balik!". Usir Senja mendorong diriku.

"Di cium kalajengking bibir kamu makannya bisa begitu? Yaudah kalau gak mau cerita kenapa gitu paling besok Bunda tanya kamu". Aku mendekatkan wajahnya ke dirinya kemudian berlalu pergi dari kamar Senja.

Merebahkan tubuhku di ranjang sangatlah nikmat. Aku meletakan tangan sebagai bantalan di bawah kepala. Aku masih memikirkan kenapa bibir Senja bisa seperti itu, jika dia dicium seseorang seberapa kasarnya hingga menimbulkan luka seperti itu. Daripada pusing memikirkanya lebih baik aku tidur.

*****

Di meja makan sudah berkumpul semua anggota keluarga untuk sarapan. Sebelum memulai aktifitas kami terbiasa melakukan sarapan bersama. Di meja makan Senja masih saja menutup bibirnya dengan tanggannya dan itu berhasil mengundang perhatian dari Ayah. Ayah bertanya alasan Senja melakukan itu, tapi dia masih saja bungkam tidak menjawab pertanyaan Ayah hanya gelengan kepala saja yang dia berikan. Bunda mengambil alih pertanyaan kepada Senja, tapi tetap sama jawabannya yaitu hanya gelengan kepala yang lagi-lagi diberikan Senja.

Aku geregetan dengan sikap Senja yang seperti itu jadi aku menarik paksa tangannnya yang masih kuat menutupi wajahnya.

"Aduh." Senja mengaduh kesakitan karena aku terpaksa menarik tangannya dengan keras.

"Senja, bibir kamu kenapa bisa kayak gitu? Kamu apain itu bibir bisa luka sampe begitu?." Tanya Ayah terperangah melihat luka di bibir Senja. Dia masih saja diam tidak menjawab pertanyaan Ayah.

"Senja dengar Ayah ngomong kan?" Kata Ayah lagi dengan penuh penekanan.

"Iya maaf Ayah. Bibir Senja luka soalnya Senja gosok pake tangan semalem, sama Senja kletekin pake jari." Jawab Senja dengan nada lirih. Aku masih bingung kenapa dia melakukan itu. Pasti ada sesuatu yang dia tutupi.

"Kalau abis ciuman itu jangan di gosok bibirnya Sayang. Bekasnya itu biar nempel kan bisa jadi kenang-kenangan." Ujar Ayah menggoda Senja kemudian melanjutkan sarapannya.

"Apaan si Ayah mah gak lucu. Siapa juga yang ciuman." Jawab Senja yang sangat terlihat malu di depan semua orang. Pipi nya berubah menjadi merah merona. Setelah selesai sarapan kami berangkat ke sekolah. Pagi ini aku dan Senja di antar Bunda karena Ayah sudah terlambat meeting.

45 menit aku sudah sampai di sekolah. Ku langkahkan kaki menuju ke kelas bersama kembaran ku yang cantik ini. Di tengah perjalanan aku melihat Nadine berjalan sendiri menuju kelas. Aku langsung berlari menghampirinya.

"Hai Nad, selamat pagi?". Sapaku menjajarkan diriku disampingnya.

"Pagi." Jawab singkat tanpa senyum di wajahnya.

"Sore nanti datang ya ke pertandingan aku jam 3 sore. Kamu bisa kan?". Ajak ku menghentikan langkah ku dan langkahnya.

"Gue sibuk." Jawab singkatnya lagi. Kemudian Nadine pergi meninggalkan ku.

"Kapan si lu Nad berhenti jutek terus sama gue?" Batinku.

Suara bel masuk sudah berbunyi aku kembali ke kelas untuk memulai pelajaran. Selang 5 menit dari suara bel berbunyi Pak Andi datang untuk mengajar pelajaran olah raga. Semua siswa berganti bersiap keluar ke lapangan. Begitu juga dengan ku yang sangat antusias dalam mengikuti pelajaran ini karena topik hari ini adalah basket. Aku menyukai olah raga itu, meskipun sikap dan sifat ku hampir semuanya mirip dengan Ayah tapi untuk olah raga aku tidak mengikutinya yang lebih memilih futsal daripada basket.

Aku mengikuti pelajaran ini dengan senang begitu juga siswa yang lain tapi tidak untuk Senja. Dia terlihat lesu hari ini. Wajahnya ditutupi masker disekolah karena untuk menutupi bibir nya yang luka. Aku akan mengerjai dirinya. Ku arahkan bola basket itu agar mengenai dirinya yang sedang melamun di bawah ring basket.

"Aduh kampret. Siapa si yang lempar bola ke gue?" Teriak kesalnya dengan memegangi kepalnya. Lemparan ku tepat mengenai puncak kepalanya. Aku tidak melemparnya dengan keras jadi tidak akan membuat dia amnesia hanya karena bola basket.

"Makannya kalau ada bola dateng tuh di tangkap bukannya bengong doang. Kesambet setan penunggu lapangan baru tahu rasa kamu". Kata ku menghampiri Senja yang masih memegangi kepalanya aku melepas paksa masker yang menutupi wajahnya.

"Abis dicium sama siapa kamu?". Tanya ku memandang tajam Senja. Dia terlihat gelagapan karena tatapan ku. Senja menggeleng lagi sebagai jawabannya.

"Yaelah pake sok nutupin lagi. Aku tau kamu abis dicium sama orang kan. Pake alasan di gosok segala lagi tadi pagi. Siapa yang cium? Udah jujur aja sama kembaran sendiri mana bisa bohong". Tanya ku lagi.

"Beruang yang nyium makannya begini". Jawab Senja kesal dan memakai kembali masker di wajahnya. Dia pergi dari lapangan ini dengan langkah cepat sepertinya dia kesal karena pertanyaan ku. Aku masih saja melihat kepergiannya yang keluar dari lapangan. Anak itu memang seenaknya aja kalau berbicara.

Jam pelajaran olah raga selesai juga. Aku bersama teman ku berganti seragam lalu pergi ke kantin untuk mengisi ulang tenaga ku. Di kantin aku melihat ada Nadine sedang bersama temannya. Aku menghampirinya. "Nad, nanti sore jangan lupa ya dateng ke pertandingan gue".

"Kayaknya gak bisa deh. Gue ada acara lain. " Jawabnya.

"Oh oke gak apa-apa. Lain kali usahain bisa ya Nad". Jawabku penuh harap. Aki hanya mendapat anggukan dari Nadine kemudian aku pergi ke arah teman-teman ku.

"Ga, lu gak bosen ngejar Nadine terus dari kelas 1 ? Gue aja capek liatnya". Kata Bisma kepadaku.

Aku mengusap frustasi wajahku. "Gak dong. Gue kan harus semangat ngejar dia mungkin cara yang gue pake buat deketin dia salah makannya Nadine belum bisa gue dapetin. Liat aja suatu saat juga gue bisa dapetin Nadine."

"Jingga-Jingga, lu tuh cakep tajir pinter lagi. Mau aja di goblokin sama cewek. Tuh liat banyak cewek lain yang ngantri buat jadi pacar lu tapi lu malah merjuangin cewek yang sama sekali gak anggep lu ada." Danar menunjuk ke arah gerombolan siswa cewek yang memandang ke arah ku dengan senyum dan bahkan ada yang melambaikan tangannya kepadaku.

Aku cuma bisa tersenyum mendengar perkataan dari teman-teman ku. Suatu saat aku pasti akan bisa mendapat Nadine dan menjadikannya kekasih selamannya. Aku hanya butuh lebih extra lagi dalam berjuang.

SENJA & JINGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang