4-

3.1K 144 1
                                    

Aku masih merasa kesal dengan kelakuan Doni yang mencium bibirku mendadak. Pintu kamar ku ada yang mengetuk tapi aku malas untuk membukannya jadi ku biarkan pintu itu terus berbunyi.

"Sayang, Bunda boleh masuk?". Ucap suara Bunda dari balik pintu. Akhirnya aku mau membukakan pintu.

Aku kembali merebahkan diriku di atas ranjang dan memasang wajah ku cemberut.

Bunda mengelus rambut ku lembut. "Pulang jalan kok manyun gitu nanti keriput dini loh. Kamu kenapa?".

"Ah Bunda mah. Senja kesel aja sama orang."

"Cowok?". Tanya Bunda ikut terbaring di ranjang bersama ku. Aku hanya mengangguk mengiyakannya.

"Hati-hati nanti jadi jodoh loh!".

"Idih, ogah. Kalau jodoh mah jangan sama dia Bun." Balasku manyun.

"Jodoh kan gak ada yang tahu Senja. Buktinya Bunda sama Ayah mu dulu berantem terus eh sekarang malah ada kamu sama Jingga kan? Kalau sebel sama cowok jangan keterusan nanti jadi sayang loh. Jangan manyun mulu, tidur gih udah malem." Jelas Bunda kemudian Bunda mencium keningku dan meninggalkan ku dikamar. Aku masih saja cemberut sampai sekarang.

Untuk menghilangkan rasa kesal ku, aku beranjak ke kamar mandi untuk membasuh badan. Selesai membersihkan badan aku kembali merebahkan diri di ranjang bersiap untuk tidur.

TING.

Suara handphone ku berbunyi. Notifikasi pesan baru dari nomor yang belum aku kenal. Aku membukanya karena penasaran.

'Bibir lu manis ya. Gue suka Senja !'.

KEPARAT ! Ternyata itu pesan dari Doni si brengsek mesum. Aku tidak tau dia mendapat nomor ku dari siapa. Awas saja kalau ternyata Agatha yang memberikannya. Aku habisi besok dia !

JINGGA POV.

Malam ini aku hangout bersama Galih sepupuku. Dia anak dari uncle Sandi. Usianya tidak begitu terpaut jauh dengan ku jadi kita kadang pergi bersama. Suasana kafe malam ini lumayan ramai. Sebenarnya bukan karena aku ingin makan diluar tapi karena aku mengetahui gadis yang ku taksir sejak dulu berada disini bersama teman-temannya.

Aku sudah mengincar dirinya sejak kelas 1 dulu dan payahnya aku sampai sekarang belum bisa mendapatkannya. Ketampanan dan juga kepintaran ku tidak mudah membuat dia berada di pelukan ku. Aku hampir frustasi dibuatnya, karena dia selalu saja bersikap jutek kepada ku. Aku kadang putus harapan untuk mengejarnya tapi Ayah selalu bilang

'Kalau mudah putus asa dan mudah frustasi bukan Jingga Modi Tama Hermawan namannya, dan jika kamu menjadi pria yang lembek itu bukan lah titisan Aditya Tama Hermawan, karena selama ini Ayah tidak pernah mendidik mu menjadi pria yang lembek. Terus kejar apa yang kamu inginkan tapi tetap pada jalan yang benar'.

Seperti itulah kata-kata Ayah yang membuat aku terus berjuang mendapatkan apa yang aku mau. Mendapatkan cinta dari gadis bernama NADINE OCTAVENA PUTRI. Dia sama dengan ku kelas 3 SMA jurusan Mipa, namun kita beda kelas. Paras dan hatinya yang cantik membuat ku jatuh cinta sampai benar-benar jatuh. Meski di sekolah sebenarnya banyak gadis yang mengejar ku namun aku tidak menggubrisnya. Hanya Nadine yang aku suka dan hanya dia yang aku mau.

Sekarang aku sedang melihatnya dari kejauhan, ukiran senyuman yang indah selalu melekat di wajah cantiknya. Aku hanya berdiam terpaku menatapnya. Aku akan menghampirinya setelah semua temannya pergi meninggalkannya.
Sudah 1 jam aku menunggu teman-temannya pergi dan kini waktunya aku  beraksi.

Ku berjalan mendekatinya yang sedang asik dengan handphone digenggamannya. "Sendirian aja Nad. Gue boleh disini gak?".

"Sini aja lagi, gue juga mau balik kok." Jawabnya jutek kepadaku. Nadine bangun dari tempat duduknya dan melenggangkan kaki jenjangnya ke luar kafe.

Aku menggenggam tangannya untuk menghentikan langkah kakinya." Gue antar pulang ya".

"Gue masih inget jalan pulang kok, jadi gak usah di anterin juga gue pasti gak kesasar." Balasnya melepas genggaman ku.

"Tapi kan gue pingin sama lu Nad. "

"Tapi gue gak. Udah ya gue duluan". Ucapan terakhir Nadine membuat ku terpaku.

Sudah setahun aku selalu mendapatkan penolakan darinya. Entah mengapa aku selalu ditolak. Nadine gadis cantik dan pintar banyak juga cowok diluar sana yang berharap Nadine bersedia mejadi miliknya  termasuk aku, tapi sampai sekarang sama sekali belum ada yang mampu mendapatkannya. Entah hatinya terbuat dari apa sehingga dia sulit sekali ditaklukan oleh ku.

"Cinta butuh perjuangan Bro !". Kata Galih menghiburku.

Aku sudah bosan dengan kata itu. Sudah sering aku mendengarnya dan membuat telingaku bosan. Perjuangan apa lagi yang harus aku lakukan untuk mendapatnya. Aku rasa semua trik sudah ku lakukan tapi tetap saja hasilnya NOL BESAR. Gadis incaran ku sudah pulang jadi aku juga ikut pulang. Niat ku disini karena dirinya dan sekarang dia sudah pergi jadi untuk apa aku disini.
Sesampainya dirumah aku menuju kamar Senja. Sepertinya menggoda dirinya bisa menjadi hiburan untuk ku. Aku membuka kamar Senja yang sudah gelap gulita sepertinya dia sudah tidur tapi tumben sekali jam segini dia sudah tidur.

"Senja kamu udah tidur?". Tanya ku dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya yang terbungkus selimut bergambar hello kitty.

"Apaan sih? Sana ah balik kandang!". Katanya dengan intonasi tinggi. Mungkin Senja sedang berada di mood yang buruk.

"Galak banget Non. Balik hangout marah-marah, orang mah seneng gitu. "

"Berisik deh sana ih balik. Aku mau tidur." Usir Senja mendorong diriku dengan kaki jenjangnya, tubuhnya masih terselimuti.

Aku penasaran kenapa dia masih saja menutupi dirinya dengan selimut jadi aku tarik saja dan senja tak sengaja memperlihatkan sesuatu yang membuat ku terheran.

"Senja, kamu kenapa?". Tanya ku menangkup wajahnya.

SENJA & JINGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang