Sejak melihat papan pengumuman, Misha memantapkan dirinya dengan terus latihan membuat cerita-cerita pendek dari berbagai genre. Berkat usaha dan doanya, Misha bisa memenangkan lomba itu hingga ke tingkat Nasional.
"Gimana, Sha?" Fara menghampiri sang sahabat yang sibuk dengan laptopnya.
"Alhamdulillah... Aku lolos ke tingkat Nasional, Ra" Misa tersenyum atas prestasi yang sejak dahulu dia idam-idamkan.
"Alhamdulillah... Hadiahnya apa?" tanya Fara dengan rasa penasaran.
"Kalau tingkat kabupaten kemarin, Alhamdulillah aku dapat 500rb. Waktu di tingkat Provinsi Alhamdulillah aku dapat 1 juta."
"Cuman uang tunai doang?" Fara mengerutkan keningnya tidak percaya.
"Engga, Alhamdulillah aku bisa nerbitin buku. Ini lagi aku ketik." Misha menoleh sebentar ke arah Fara kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya.
"Wuih... Hebat! Nanti gratis ya buat aku."
Misha terkekeh mendengar pernyataan Fara, "Insya Allah.."
"Assalamu'alaikum" ucap suara bass dari arah pintu
"Wa'alaikumsalam" jawab Misha dan Fara. Hanya mereka yang berada dikelas, teman-temannya yang lain sedang berjelajah dikantin.
Jantung Misha tiba-tiba berdetak kencang, seperti sedang berolahraga.
"Disini ada anak rohis?" tanya si suara bass itu masih tetap di tempatnya, tanpa menoleh kearah Misha dan Fara.
"Sepertinya ada... Kalau gak salah Putra sama Alfa." jawab Misha.
"Kemana mereka?" ucap si suara bass itu dengan nada dingin.
"Mungkin mereka sedang ke kantin." jawab Misha mengira ngira.
"Kalau mereka sudah ada, tolong beritahu kepada mereka kalau nanti akan ada pertemuan anggota Rohis di Musholla." si suara bass itu menatap tembok dihadapannya.
"Kapan?" tanya Misha.
"Pulang sekolah" jawab pria bersuara bass.
"Oh oke" Misha mengangguk pelan, walaupun pria itu tidak sedang melihat kearahnya.
"Assalamu'alaikum" Pria itu berbalik arah kemudian menghilang dari pintu.
Dingin amat pak, kaya es batu ajah. komentarnya dalam hati.
Fara sedari tadi memainkan ponselnya, tidak peduli dengan kedatangan pria dingin itu.
"Tadi itu siapa, Ra?" Misha menoleh ke arah Fara setelah pria itu lenyap dari pandangannya
"Ketua Rohis." jawab Fara singkat.
Misha membulatkan matanya sempurna
"Kenapa?" Fara mengerutkan keningnya heran.
"Engh- nggak papa kok, Ra"
"Kok kamu kayak kaget gitu pas aku sebut dia ketua rohis?" Fara makin memperjelas penglihatannya ke arah Misha, memandang Misha serius.
"Hah? Engh- engga kok. Cuman heran aja, kok aku ga tau ya?" Fara menyipitkan matanya dan mendekatkan wajahnya , berusaha mencari titik kebohongan Misha.
"Apaan sih, Ra" Misha menjauhkan wajah Fara dari hadapannya karena risih dengan tingkah laku sahabatnya ini.
Fara terkekeh melihat tingkah Misha dia tahu bahwa Misha pasti jatuh cinta pada si Ketua Rohis itu. Siapa yang gak jatuh cinta coba? Udah ganteng, shalih, taat agama, sayang orangtua. Duh, idaman banget deh.
"Apa yang lucu? Hm?" Misha memandang Fara dengan tatapan sinis.
"Gak ada" jawab Fara diakhiri dengan tawa kecil.
***
Sejak saat itu, Misha tau siapa nama pria itu. Jangan heran, Misha mencari tahu nama pria itu dari berbagai sumber. Salah satunya dengan mewawancarai anggota rohis. Kalau mewawancarai si Fara, bisa gawat. Apalagi tingkat kepo Fara sudah sampai ke tingkat internasional.
Muhmamad Iqbal Khair. Seperti itulah nama pria itu. Orang-orang terkadang memanggilnya Iqbal.
Misha terseyum melihat pemandangan yang begitu indah di hadapannya saat ini. Sejauh 500 meter, terdapat seorang pria idaman yang sedang duduk membaca Al-Qur'an dengan khusyu'
"Hayoloh, lagi liatin siapa." Fara menyenggol bahu Misha "Dari tadi senyum senyum sendiri nih.." Fara tak henti-hentinya menggoda Misha sejak kejadian waktu itu.
"Ih apaan sih ra!" Misha mencubit pelan lengan Fara.
"Aw, sakit tau!" protes Fara.
"Idaman banget ya.." Misha kembali menatap pemandangan indah di hadapannya. Sungguh, ciptaan Allah memang sempurna.
"Wah jelas, aku aja mau..." belum Fara menyelesaikan perkataannya, Misha sudah menatapnya dengan tatapan sinis.
"Santai kalik bu, hahaha" Fara terkekeh melihat respon dari sahabatnya itu.
Flashback off.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEPERTIGA MALAM [END]
EspiritualAdakah cinta yang lebih indah dari Mencintai disepertiga malam? Ini cerita tentangku dan suamiku, yang saling mencintai disepertiga malam. Selamat menjadi saksi cintaku dan suamiku. Kisah kami ini hanya lebih menampilkan sisi romantis didalam rumah...