"Afwan, tadi ana buru-buru" ucap Misha menunduk, takut melihat ke arah orang yang ia tabrak.
"Tidak apa-apa." suara bass itu terdengar tidak asing ditelinganya.
Misha memberanikan diri untuk melihat siapa pemilik suara itu.
DEG!
Misha terkejut saat melihat orang yang dia tabrak. Pria itu, pria yang selama ini dia cintai dalam diam karena ketaatan nya pada Sang Pencipta. Pria yang selama ini sering dia lihat di masjid. Misha tak pernah tahu jikalau pria itu satu sekolah dengannya.
Pria itu tidak melihat ke arah Misha, dia justru memandang ke arah lain yang Misha tidak tahu ke arah mana.
"Afwan, ada apa antum melihat ana seperti itu?" mendengar pernyataan pria itu Misha segera tertunduk malu.
Astagaaa Mishaaa!! rutuknya dalam hati.
"Engh-Afwan.."
"Tidak apa-apa. Lain kali pandangannya dijaga. Permisi, Assalamu'alaikum.." Pria itu kemudian berlalu tanpa menunggu respon dari Misha.
Misha terdiam, apa benar pria itu adalah pria yang selalu Misha temui di masjid?
***
"Misha, ada apa?"tanya Fara ketika melihat gerak-gerik sahabatnya ini, sepertinya dia memikirkan sesuatu.
Sang pemilik nama terlarut dalam pikiriannya mengenai pria tadi. Dia masih tidak menyangka bahwa dirinya dan pria itu selama ini satu sekolah. Kenapa dia baru melihatnya sekarang? Sudah 2 tahun dia bersekolah disini. Tapi, baru tadi dia bertemu dengan pria itu.
"Apa lomba nya sulit, Sha?"tanya Fara sekali lagi membuat Misha yang larut dalam pikirannya tersadar.
"Hah? Lomba?" Misha baru ingat bahwa tujuannya lari tadi adalah untuk melihat papan pengumuman.
"Iya, lomba buat cerpen.." Fara mengotak-atik isi tasnya, mencari handphone miliknya.
"Astagfirullah , aku belum lihat papan pengumumannya." Misha memukul pelan jidatnya yang sedikit terhalang oleh ciput.
"Belum lihat? Bukannya tadi..." Fara menghentikan aktivitasnya mencari handphonenya. Dia sedikit berpikir, kembali mengingat bahwa tadi Misha berlari kearah papan pengumuman lalu dia memilih untuk berjalan menuju kelas.
"Iya, tadi aku pengen lihat. Tapi, tiba-tiba aku ketabrak sama seseorang.." Kejadian itu kembali terulang dalam ingatan Misha. Wajah pria itu... Sungguh ciptaan Allah yang luar biasa.
"Astaga.. Kamu gapapa kan?" Misha hanya meresponnya dengan anggukan "Kok bisa nabrak sih?"
Misha menghela nafas lalu membuangnya pelan "Huh... akibat terlalu exicted, Ra"
"Yasudah, nanti jam istirahat kita kesana lihat madingnya."
****
Guru bidang studi Ekonomi baru saja keluar, seluruh siswa bernafas lega.
"Hel, mau ikut ga ke mading?" ajak Fara.
"Ngapain?" Helena sibuk menyingkirkan peralatan perangnya sejak jam pembelajran tadi.
"Mau makan." ucap Fara datar.
Helena menghentikan aktivitasnya, "Huh?"
"Ya mau baca informasi dimading lah HELENA SYANTIK MEMBAHANA ULALA.." Fara meninggikan nadanya saat menyebut kata 'HELENA SYANTIK MEMBAHANA ULALA'
Misha terkekeh pelan melihat tingkah kedua sahabatnya ini.
"Ayolah, keburu jam istirahat selesai." Misha berjalan lebih dahulu meninggalkan kedua sahabatnya yang masih bertengkar.
"Wah... temanya tentang pahlawan , Sha. Kamu bisa?" Farah menoleh ke arah Misha yang masih membaca mading.
"Insya Allah, Ra." ucap Misha penuh keyakinan.
"Misha pasti bisa lah!" Helena memberi semangat kepada sahabatnya itu.
Misha tersenyum, "Doa-in ya.."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEPERTIGA MALAM [END]
EspiritualAdakah cinta yang lebih indah dari Mencintai disepertiga malam? Ini cerita tentangku dan suamiku, yang saling mencintai disepertiga malam. Selamat menjadi saksi cintaku dan suamiku. Kisah kami ini hanya lebih menampilkan sisi romantis didalam rumah...