Assalamu'alaikum. Halo readers tercintakuuu <3
Ohiya, permohonan maaf ya karena kemaren salah ketik bab nya, harusnya bab 31 malah bab 40 hihihi^^
Terimakasih untuk pembaca yang sudah mengingatkan melalui pesan pribadi <3Btw, aku nulis ini berasa lagi keliling eropa lho. Aku belum pernah pergi, jadi mohon maaf aja nih kalau ada yang ga masuk akal wkwk.
Tapi, aku usahain sesuai dengan keadaan di kota Paris. Tentunya dengan bantuan pengalam dari orang yang sudah kesana. Hehe!***
Selamat membaca <3
Enjoy!***
Aku berdecak kagum melihat keindahan kota Paris. Bangunan tinggi dan modern yang tertata rapih, jalanan yang sangat bersih dan terhindar dari sampah.Kapan Indonesiaku seperti ini? kata itu yang terlintas dipikiranku ketika aku membandingkan suasana yang ada dikota Paris dan di Indonesia.
Aku dan suamiku akan pergi ke sebuah museum yang dimana karya-karya seniman hebat dunia ditampilkan, salah satu yang paling terkenal seperti lukisan monalisa. Museum seni ini merupakan museum yang paling banyak dikunjungi oleh turis dari berbagai penjuru dunia.
Dihalaman museum terlihat tiga bangunan artistik berbentuk segitiga yang terdiri dari kaca dan besi yang dinamakan Piramida Louvre. Piramida pertama berfungsi sebagai pintu masuk utama ke museum.
Menurut salah satu artikel yang aku baca, Piramida Louvre dicetuskan oleh Presiden Prancis yaitu François Mitterrand tahun 1984 dan bangunan ini dirancang oleh arsitek I.M. Pei yang bertanggungjawab atas perancangan Museum Miho di Jepang. Struktur ini, yang dibangun seluruhnya dari kaca.
Piramida dan lobi bawah tanah dibangun karena berbagai masalah dengan pintu masuk utama Louvre yang asli, yang tak dapat menangani jumlah pengunjung yang banyak setiap hari. Pengunjung yang masuk melalui piramida turun ke lobi luas dan naik ke bangunan utama Louvre. Beberapa museum lainnya telah menggunakan konsep ini, yang terkenal Museum Pengetahuan dan Industri di Chicago. Pembangunan dasar piramida dan lobi bawah tanah dilakukan oleh Dumez.
"Mau foto disini ga?" Iqbal menoleh kearahku.
"Mau!" aku mengangguk dengan antusias layaknya anak kecil yang ditawarkan sebuah mainan.
"Yasudah, kamu berdiri gih disana." perintah Iqbal.
Aku segera menuruti perintahnya, mengambil posisi yang pas untuk mengambil potret yang sempurna.
"Wah, mas udah kayak photografer aja." pujiku setelah melihat hasil potretnya.
"Ah, bisa aja kamu." Iqbal terkekeh kecil.
"Mas, sudah beli tiketnya?" tanyaku.
"Sudah. Mas beli tiket Paris Museum Pass waktu dibandara tadi." aku mengeriputkan keningku.
"Paris Museum Pass ?" tanyaku.
"Iqbal mengangguk pelan smebari berkata, "Iya, tiket ini digunain buat mengunjungi semua museum yang ada di Paris."
"Wahh... Jadi makin sayang sama suami aku ini.." aku memeluk erat pinggangnya.
"Ayo masuk." Iqbal menautkan kembali jari jemariku lalu jalan bersama memasuki Museum.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEPERTIGA MALAM [END]
SpiritualAdakah cinta yang lebih indah dari Mencintai disepertiga malam? Ini cerita tentangku dan suamiku, yang saling mencintai disepertiga malam. Selamat menjadi saksi cintaku dan suamiku. Kisah kami ini hanya lebih menampilkan sisi romantis didalam rumah...