Bab 30. Bahagia

13.3K 1.1K 1
                                    

Sembari menunggu makanan yang telah aku pesan tadi, aku memainkan handphoneku.

"Innalillahi.." ucapku saat membaca sebuah postingan yang tertera di beranda akun sosial media milikku, Instagram.

Iqbal menatapku dengan penuh tanda tanya, "Kenapa sayang?"

"Ini lho mas, ba'da maghrib tadi saudara kita di Palu ditimpa musibah.." aku menjelaskan padanya dengan mata yang masih terfokus pada layar handphoneku, melihat jelas foto-foto kejadian di Palu.

"Ba'da maghrib tadi, Palu dilanda Gempa bumi dengan kekuatan 7,4 SR yang berpotensi Tsunami.." lanjutku membaca caption yang tertera disana.

"Innalillahi... Ohiya, tante Dian ada di Palu kan?" aku sontak menatapnya dengan penuh kekhawatiran.

"Coba kamu hubungin, tanya apa dia baik-baik aja." aku mengikuti perintah Iqbal dengan segera mencari nama kontak Aliyah -anak tante Dian-

Aku mencoba menghubunginya, namun gagal. Nomornya sedang berada diluar jangkauan, seperti itulah kata operator tadi.Pikiranku melayang, segala do'a dan harapan segera aku panjatkan untuk keselamatan tante Dian dan keluarganya disana.

"Ga aktif mas.." ucapku dengan memasang wajah lesu.

"Permisi, ini makanannya mbak mas." seorang pelayan datang membawakan makanan pesanan ku tadi.

"Terimakasih, mba" aku tersenyum ramah padanya.

"Mungkin jaringan disana terganggu akibat pengaruh dari Gempa yang berkekuatan tinggi itu."

"Mungkin.." aku mengangguk pelan.

"Yasudah, makan dulu. Nanti kita coba telfon lagi saat dihotel."

***

"Assalamu'alaikum bun.." ucapku memberi salam pada seseorang diseberang sana yang ku hubungi setelah berada di hotel.

"Wa'alaikumsalam, sha.." terdengar suara lembut dari seberang sana.

"Bunda baik-baik disana?"Iqbal memerintahkan aku melalui isyarat untuk menyalakan  loudspeaker nya.

"Alhamdulillah, bunda sama ayah baik-baik disini. Kalian disana baik-baik kan?" suara itu terdengar cukup keras sekarang, hingga Iqbal bisa mendengar apa yang diucapkannya.

Aku memandang suamiku lega, "Iya bun. Aku sama mas Iqbal baik-baik kok disini.."

"Syukurlah.." suara itu masih saja lembut.

"Aku lihat berita ba'da magrib tadi kalau Palu kena gempa berkekuatan besar, dan sebagian Sulawesi kena juga walaupun kekuatannya lebih kecil dari gempa yang terjadi di Palu.." ucap ku dengan penuh ke khawatiran.

"Iya, ba'da maghrib tadi memang disini gempa tapi ga keras kok." 

"Syukurlah. Yasudah, ayah sama bunda baik-baik yaa disana.."

"Iya, kamu juga."

"Assalamu'alaikum.." ucapku mengakhiri percakapan.

"Ummi sama Abi udah ditelfon mas?" tanyaku pada Iqbal setelah aku memutuskan sambungan telpon dengan Bunda.

"Ummi sama abi kan lagi umroh." Iqbal menaikkan alisnya heran.

Aku menepuk jidat pelan, "Astagfirullah.. Lupa aku mas."

"Kamu ini, belum juga tua sudah pikun aja." ucapnya terkesan sedang mengejek ku.

"Enak aja.. Aku masih muda dan imut kayak gini." aku mencubit pelan pinggangnya.

"Gempa berkekuatan 7,4 SR yang terjadi di Donggala, Palu mengakibatkan terjadinya Tsunami.." suara itu terdengar dari Televisi yang sedari tadi nyala.

CINTA SEPERTIGA MALAM [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang