Bab 10. Do'a di Sepertiga Malam

20.3K 2K 8
                                    

"Assalamu'alaikum, bu." aku meraih tangan ibu dan mencium punggung tangannya.

"Wa'alaikumsalam sayang.. Makan dulu yuk, ibu udah siapin masakan kesukaan kamu."

Aku mengangguk pelan, mengikuti langkah ibuku.

"Kenapa makanannya diliatin doang sayang?" tanya Ibu ketika menyadari aku sedari tadi tak menyentuh makanan yang ada dihadapanku.

Aku tersadar dari lamunan ku, "Gapapa, bu."

Ibu meletakkan sendoknya dengan pelan kemudian menatapku intens, "Bilang sama Ibu, ada masalah apa?"

Aku menghela nafas panjang kemudian menghembuskannya kasar.

"Yasudah, makan dulu. Nanti kita bicarain" aku mengangguk mengikuti intruksi dari ibu.

Seusai makan, ibu menghampiriku yang sedang menatap langit hitam yang dihiasi bintang bintang.

"Ada apa sayang, Hm?" Ibu membelai lembut rambutku.

"Itu bu, Abi Zaenal.. Itu lho yang pernah Misha ceritain."

Ibu terlihat sedang berpikir kemudian beberapa detik kemudian ia mengangguk pelan "Oh itu, ibu ingat. Rumahnya yang dekat Masjid Ar-rahman itukan?" aku mengangguk pelan, "Ada apa dengannya?"

"Abi Zaenal meminta Misha jadi mantunya bu." aku menatap kosong kearah depan, perasaan galau meliputi ku saat ini, "Misha bingung buu..."

Ibu memelukku "Iya sayang, ibu ngerti. Misha minta pertolongan sama Allah, minta petunjuk sama Allah. Insya Allah, nanti kamu akan diberikan jalan terbaik. Percaya sama Allah."

Aku mengangguk pelan kemudian membalas pelukan ibu. "Misha sudah berjanji akan menunggu Iqbal pulang."

"Akan selalu ada cobaan untuk menuju sesuatu yang baik. Kalau kamu siap menunggu Iqbal, silahkan sayang. Ibu selalu mendukung. Iqbal juga anak yang baik."

Aku mendongak, melihat dan menatap Ibu. "Darimana ibu tahu?"

"Iqbal terlihat sejuk bila dipandang, bawaannya adem gitu.." aku mengangguk setuju dengan ucapan Ibu barusan. Benar kata ibu, wajah Iqbal terlihat sangat adem jika dipandang.

"Yasudah, kamu istirahat dulu." lanjut Ibu, kemudian berjalan meninggalkan ku.

***

Tak ada yang salah dari mencintai, tergantung dari kita sebagai Pelaku nya. Apakah ingin menjaga atau menjerumuskan?

Aku terjaga, saat alarm yang ku stel di handphone ku berbunyi. Pukul 3 dini hari, waktu yang sangat tepat untuk meminta kepada Rabb, kekasih sesungguhnya.

Aku berjalan, mengambil air wudhu kemudian melaksakan 8 raka'at shalat tahajjud ditambah dengan 3 raka'at shalat witir.

"Bismillah...
Ya Rabb, yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang.
Hamba-Mu yang penuh dosa ini kembali menghadap pada-Mu, Ya Allah. Memohon perlindungan kepada-Mu. Memohon ampunan kepada-Mu.

Duhai Allah yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang, engkau sedang memberiku ujian. Menghadapkan ku kepada berbagai pilihan.

Setelah do'a ku selama ini ku panjatkan terkabul, engkau memberiku ujian lagi dengan mendatangkan kembali Daniel untuk melamarku. Begitupula dengan Abah Zaenal.

Duhai Allah, sungguh aku menyerahkan segalanya kepada-Muh. Engkau Maha Pemilik Hati dan cinta kasih. Maka gerakkanlah hati hamba-Mu ini untuk memilih salah satu yang terbaik dari mereka, Ya Allah..."

Cukup panjang do'a yang aku panjatkan, selain meminta petunjuk aku juga meminta rezeki yang cukup dan umur yang panjang untuk diriku,orangtuaku,sahabatku,dan seluruh teman-temanku. Tak lupa aku mencurahkan segalanya kepada Sang Maha Kuasa.

***

CINTA SEPERTIGA MALAM [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang