Bab 24. Roni

13.2K 1.2K 5
                                    

"Helenaa??" aku berlari kearah Helena, menghambur kedalam pelukannya.

"Ya Allah. Aku rindu banget sha." Helena semakin mengeratkan pelukannya.

"Aku juga, Hel." aku melepaskan pelukannya, kemudian menatap penampilannya dari bawah ke atas "Alhamdulillah, udah hijrah ya"

Helena tersenyum, "Alhamdulillah, sha. Sejak lulus SMA aku semakin mantap untuk hijrah"

"Eh, gimana kabarmu?" aku berjalan kecil, menengok kearahnya.

"Alhamdulillah, baik. Kamu?" Helena mengikuti langkahku.

"Alhamdulillah, udah nikah belum nih?" godaku.

"Belum nih, hihi." ia tertawa, membuat matanya berbentuk garis. Maklum, Helena memang sipit. "Kamu?" tanyanya kembali.

"Alhamdulillah, udah. Aku mau ngundang kamu tapi kamunya udah ga disulawesi." akh tersenyum kearahnya.

"Wah, temen ku udah sold out nih. Kan aku udah bilang mau lanjut kuliah di Bandung." ia duduk disalah satu bangku yang ada ditaman dekat gedung Fakultas Ekonomi.

"Iya, aku dan Fara kehilangan kontakmu. Jadi, aku tak bisa mengundangmu." aku ikut duduk disebelah Helena.

"Nikah sama siapa? Sama pujaan hatimu waktu SMA itu kah?" Helena mentapku dengan menyipitkan matanya.

Aku mengangguk pelan, "Alhamdulillah. Allah meng-ijabah do'aku." aku tersenyum.

"Masya Allah. Selamat yaa.." Helena kembali memelukku, "Senang banget denger kamu nikah sama si cinta dalam diam mu itu."

"Dan tentunya cinta disepertiga malam mu" ia melepaskan pelukannya lalu mencolek pelan hidungku.

Aku tertawa, Helena masih sama seperti SMA dulu. Hangat dan baik.

"Ohiya, bagaimana dengan Fara?" tanyanya.

"Ahiya! Kita videocall aja yuk sama si doi." Helena mengangguk setuju. Aku segera meraih handphone ku lalau menelfon Fara yang masih stay di Sulawesi.

"Assalamu'alaikum." ucap Fara diseberang sana.

"Wa'alaikumsalam Faraaa!!!" ucapku girang, "Tau ga aku lagi sama siapa?" aku mengarahkan hp ku kewajah Helena.

"HELENAAAAAA" teriak Fara senang, dari seberang sana.

"Aaaa, Faraaaa... I miss u." Helena memasang wajah seakan-akan ia benar-benar rindu dengan Fara.

"Ih, najis." seketika aku tertawa mendengar ucapan Fara tadi.

"IH! Jahat kamu mah! Drama dikit kek." ucap Helena dengan nada merajuk.

"Sok amat sih, nii anak." aku menoyor kepala Helena pelan.

"Mamam tuh." ucap Fara yang melihat ku menoyor kepala Helan tadi.

"Ah, kalian jahat. Ngambek nih." Helena membuang mukanya.

"Eh bentar, kok kalian bisa ketemu gitu?"

"Bisa dong!" ucapku dan Helena kompak.

"Idih, eh ntaran lagi yak. Dosen ku udah ada tuh." Fara memutar kameranya, menunjukkan dosennya yang telah memasuki ruangan. "Byee..."

Fara mematikan sambungannya sepihak.

"Ngeselin nih anak, belum juga dijawab." gerutu Helena tidak terima.

"Sadar umur dong, udah tua masih aja ngambek-ngambek." lagi lagi aku menoyor kepala Helena, lalu lari menjauh darinya.

Ia menatapku dengan wajah kesal, "Ni anak dari dulu ga berenti ya noyor kepala aku."

***

"Assalamu'alaikum, iya mas ada apa?" tanyaku pada suamiku diseberang sana.

"Wa'alaikumsalam. Pulang jam berapa sayang?" tanyanya.

"Jam 3 mas." aku meneruskan langkahku berjalan kearah kantin.

"Mas jemput ya."

"Iya, mas."

"Oke, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam" aku tersenyum dan menarik hpku yang menempel di daun telingaku tadi.

"Ciye ditelpon sama suami nih." ucapan Helena membuatku kaget, tiba-tiba saja ia sudah berada didekatku. Udah kayak jin aja ni anak.

"Iya dong, kapan nyusul ?" godaku.

"Do'ain kek."

"Aamiin. Semoga nyusul yaww" aku mencubit gemas pipinya yang gembul itu.

"Assalamu'alaikum." suara bass terdengar berada disampingku. Aku segera menoleh kearah sumber suara.

"Wa'alaikumsalam." jawabku dan Helena kompak.

"Kak Misha ya?" tanya pria berkacamata yang menyapaku dan Helena tadi.

Aku menangguk, "Iya. Kenapa?"

"Aku suka sama kakak." ucap pria itu tiba-tiba. Aku mengerutkan heran keningku, aku benar-benar tidak mengenalnya.

"Roni, lu dikerjain sama siapa lagi?" tanya Helena yang sepertinya mengenal siapa pria itu.

"Kamu kenal?" aku beralih menoleh kearah Helena.

Helena mengangguk, "Mending lu pergi Ron, jangan mau dibego-begoin."

Pria yang bernama Roni itu, bukannya pergi ia malah menoleh kebelakang dengan raut wajah yang gelisah.

Helena yang melihat raut wajah Roni saat melihat kearah belakang, segera ia mengikuti arah pandangan Roni.

"Ohh, si Yuda lagi yang ngerjain lu? Kok mau sih lu dibego-begoin sama itu anak." aku ikut melihat kearah yang Helena lihat tadi.

Disana ada 4 orang pria yang berdiri diujung lorong, dengan ekspresi yang sangat bahagia. Aku menyimpulkan, bahwa pria ini sedang dikerjain.

"Mending kamu pergi, jangan diladenin orang yang mau ngerjain kamu." ucapku lembut.

Roni mengangguk pelan, kemudia berlalu menjauh dari kami.

Helena terlihat geram, ia segera menghampiri 4 orang pria yang sednag tertawa diujung lorong sana.

"Helena!" teriakku, mencoba menghentikan langkah Helena.

***

Ayo, kenal lebih dekat denganku;
Instagram : (@) nurull.zahra

CINTA SEPERTIGA MALAM [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang