Bab 25. Romantis

14.7K 1.2K 10
                                    

"Helena!" teriakku, mencoba menghentikan langkah Helena. Namun, Helena mengabaikan ku.  Ia tetap melangkah dengan geram kearah 4 orang pria didepan sana.

"Eh, elu!" tunjuk Helena ke pria yang entah siapa namanya. 

Pria itu memasang wajah sombong dan songong nya. "Apa, hah. "

"Lu ga capek capeknya ya ngerjain anak orang. " Helena tak mau kalah,  ia ikut memasang wajah songongnya.

"Hel, udah." pintaku pada Helena,  yang berharap ia mau mendengarku. Namun,  ia tetap mengabaikanku.

"Suka suka gue dong, orang yang gue ganggu juga ga marah tuh. Kok lu yang gak gue ganggu malah marah." pria itu tersenyum sinis.

"Ya gue gak suka sama sikap lo yang seenaknya sama orang!" Helena menunjuk pria itu lagi.

"Waduh,  berani bener dah cewek ini. " bisik salah satu temannya yang saat ini sedang beradu argumen dengan Helena.

"Helena, udah. Istighfar, jangan ikuti syaiton." aku tidak menyerah untuk terus mengingatkan Helena. Untung saja,  Helena segera sadar dan mengucap istighfar.

Aku maju selangkah mendekati pria itu,  kemudian mendunduk "Afwan.. Maaf sebelumnya. Maafkan sikap temanku yang terkesan mencampuri urusan anda. Niat helena ini baik, maaf kalau cara penyampaiannya salah. Semoga bisa direnungkan. Permisi." aku berlalu meninggalkan mereka disana.

"Denger tuh!" ku dengar Helena memperingatinya kembali,  kemudian segera berjalan menghampiriku.

***

"Gimana harinya sayang?" tanya Iqbal. Ia datang menjemputku, saat jam kuliahku telah selesai.

"Alhamdulillah, lancar mas." aku tersenyum kearah suamiku.

"Lapar ga?" tanyanya yang sedang sibuk memasang sealtbet nya.

"Mm... Agak laper sih, tadi dikantin makannya cuman dikit." aku memperhatikan suamiku yang masih sibuk memasang sealtbet nya.

"Yaudah, kita makan dulu ya." Ia menoleh kearahku dengan wajah tersenyum, saat sealtbetnya telah terpasang dengan baik.

Aku mengangguk menyetujui ajakannya. Aku mengambil handphoneku yang berada dalam tas kuliahku, aku membuka lockscreennya dan segera membuka aplikasi kamera.

"Ngapain foto-foto?" tanya Iqbal, sedikit menoleh kearahku yang sedang berselfie ria.

"Engga, cuman pengen foto aja." aku menoleh sebentar kearahnya, lalu melanjutkan aktivitas selfieku.

"Jangan diupload!" ucapnya dengan penuh ketegasan. Aku segera menghentikan aktivitas selfieku lalu beralih menatapnya heran.

"Kenapa?" aku menaikkan sebelah alisku.

"Karena, aku ingin kecantikanmu hanya untuk aku." Iqbal mengelus pipiku lembut. 

Ya Allah, terimakasih.

Iqbal menggenggam sebelah tanganku, menarik tanganku kearahnya lalu menciumnya dengan penuh kelembutan. "Aku tidak ingin wajah cantik istriku dilihat oleh banyak lelaki. Aku ingin hanya diriku yang memandang kecantikanmu." ucapnya dengan penuh kelembutan dan ketulusan.

Aku menatapnya dengan penuh rasa bahagia, aku tersenyum. Betapa bahagianya diriku memiliki suami seperti dirinya. 

"Mas, mending kita langsung pulang aja." Iqbal menoleh sebentar kearahku, seolah berkata 'Kenapa?'

"Aku pengen masakin mas.." lanjutku.

"Ga usah sayang, kamu pasti capekkan dari kuliah. Mending makan diluar aja." aku menggeleng cepat.

"Engga, pokoknya aku pengen masakin mas." ucapku tegas.

"Yaudah iya, kita makan dirumah. Mas juga pengen berduaan lebih lama sama istri mas." 

***

"Ini mas.." aku menghidangkan makanan kesukaan Iqbal, nasi goreng pake bawang goreng.

"Umm,  enak nih." ia menghirup dalam bau khas dari masakan ku. "Emang istriku paling jago."

Aku tersenyum, dan mengambil posisi duduk dihadapannya.

Memakan suap demi suap nasi, hingga habis.

"Untung ya ga makan diluar,  bisa puas makan masakan istri plus mandangin istri lagi makan." ia menangkupkan dagunya dengan kedua tangannya.

"Bisa aja sih." aku menarik hidungnya gemas.

"Ih nakal ya!" ia berdiri menghampiriku lalu menggelitik pinggangku.

Aku tertawa tak kuasa menahan geli. "Mas.." aku berusaha menghindarinya,  namun itu tak membuahkan hasil.

Aku segera memeluknya, ini adalah salah satu trikku jika ia mulai usil padaku.  Biasanya,  jika aku memeluknya ia akan sedikit tenang dan berhenti untuk menjahili ku.

"Ah,  istriku paling tau." ia membalas pelukanku. 

Benarkan? Cukup memakai trik ini saja,  ia akan berhenti mengusili ku.  Haha.

"Sayang.." tiba-tiba suaranya melemah dan lembut.

"Iya mas?" tanyaku yang masih bertahan dipelukannya.

"Jangan pernah tinggalin mas ya.." suaranya semakin melemah, pelukannya pun melemah. 

BRUK.

"Astagfirullah, mas!!!" teriakku, segera menghampiri Iqbal yang sudah tergeletak dilantai.

"Mas kenapa??" aku menggoyangkan tubuhnya,  pikiranku mulai kalut.  Aku tak tahu harus berbuat apa.

***

Ayo, kenal lebih dekat denganku;
Whatsapp : 081343821747
Instagram : @miwaaacans dan @nurulzahratulfaiqah
Twitter : @miwaaacans

CINTA SEPERTIGA MALAM [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang