Aku membuka mataku yang terasa sangat berat ini akibat suara berisik yang sangat mengganggu.
Aku melihat kearah sumber suara sambil mengumpulkan nyawa untuk beranjak dari kasur yang penuh magnet ini, "Mas ngapain?"
"Eh, berisik ya?" ia menghentikan aktivitasnya tadi, "Mas nyari hp mas.."
"Udah ketemu?" tanyaku lagi saat tingkat kesadaranku sudah ada.
Iqbal mengangguk.
Aku beralih melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 4 dini hari. Aku ga sholat tahajjud!!
"Mas kok ga bangunin aku sholat tahajjud sih" protesku padanya.
Ia berjalan menghampiriku, "Bukannya kamu lagi ga bisa sholat?" Iqbal mengerutkan keningnya.
Aku menepuk pelan jidatku, "Astagfirullah.. Iyaya, aku lupa mas" aku menampilkan sederet gigiku.
Iqbal menggeleng pelan, lalu tersenyum, "Yasudah, mas mau siap-siap kemasjid dulu."
***
"Hari ini kuliahkan, sayang?" tanya Iqbal, menghampiriku yang sedang membuat sarapan pagi didapur.
Aku mengangguk pelan, "Iya mas."
"Berangkat jam berapa?" tanyanya, memelukku dari belakang
Sejenak aku berpikir, "Jam 10"
"Mas antar ya?" tawarnya tanpa melepas pelukannya.
"Bukannya mas mengajar?" tanyaku, tanpa menghentikan aktivitas memasakku dan merasa terganggu dengan perlakuan Iqbal.
"Mas, ga ada waktu mengajar jam 10 nanti." ia menaruh dagunya diatas bahuku, "Mas antar ya?"
Aku mengangguk, "Iya mas.."
"Oke." Iqbal mengecup pipiku kemudian berlalu meninggalkan ku. Aku menggeleng pelan melihat kebiasaan suamiku.
***
"Ga pakai niqob?" tanyanya ketika aku berjalan menghampirinya yang sudah menungguku sejak tadi.
"Engga mas, takut ditolak sama dosen yang ngajar."
Iqbal mengangguk paham, "Yasudah, ayo." Iqbal membukakan pintu mobil, mempersilahkan aku untuk masuk.
Aku bahagia. Alhamdulillah, sejauh ini Iqbal masih tetap bersikap romantis kepadaku. Jika ada masalah, kami tidak terlalu memperdebatkannya. Semoga saja akan tetap seperti ini.
***
"Aku masuk dulu ya mas." aku mencium pundak tangannya, berpamitan.
"Belajar yang baik, semoga ilmunya bermanfaat dunia akhirat." Iqbal tersenyum kearahku.
Aku membalas senyumannya, "Assalamu'alaikum." aku membuka pintu kemudian berjalan memasuki kampus baru ku.
Aku menghela nafas panjang, "Bismillah."
Kampusnya lumayan besar, aku terus berjalan sembari mencari bangunan untuk Fakultas Ekonomi.
"Mahasiswi baru ya?" tanya seorang gadis berhijab pink menghampiriku.
Aku mengangguk, "Iya. Namaku Misha" aku mengulurkan tanganku.
Dengan segera ia membalas uluran tanganku, "Namaku Yani." ia tersenyum.
"Fakultas apa?" tanya Yani.
"Ekonomi" aku kembali berjalan pelan, diikuti dengan Yani disampingku.
"Wah, satu fakultas dong. Jurusan apa?" ucapnya penuh semangat.
"Manajemen Bisnis." aku tersenyum kearahnya.
"Yah, aku ambilnya akuntan" seketika semangatnya memudar.
Aku senang melihat Yani yang begitu ramah. "Tidak apa-apa. Ohiya, boleh tunjukin gedung Fakultas Ekonomi dimana?"
"Dengan senang hati." seperti sebuah sihir, ia kembali bersemangat. Yani pasti teman yang sangat menyenangkan.
***
"Mahasiswi baru ya?" tanya seorang pria, memakai batik hitam merah.
"Iya dia mahasiswi baru, elu anak Manajemen bisnis kan?" tanya Yani ke pria itu.
"Wih, cantik juga." bukannya menjawab pertanyaan Yani, pria itu malah memujiku.
Dengan cepat, aku menunduk.
"Giliran yang cantik-cantik aja diliatin." Yani memutar kedua bola matanya.
"Udah ah, yuk sha." ajak Yani, meninggalkan pria tadi.
"Permisi. Assalamu'alaikum." pamitku, mengikuti langkah Yani.
"Sorry ya, sha. Tadi itu namanya Ryan, dia emang orangnya kayak gitu." jelas Yani.
"Ah gapapa yan, santai aja." aku tersenyum kearahnya.
"Nah, ini gedung Fakultas Ekonomi." aku menoleh kearah gedung yang Yani maksud. Lumayan besar.
"Makasih ya, yani."
Yani mengacungkan kedua jempolnya, "Sip"
"Kalau gitu, aku kesana dulu ya." pamitnya.
Aku mengangguk, kemudian berjalan menelusuri gedung yang lumayan besar ini.
"Misha.." panggil seseorang dari arah belakang. Aku segera menoleh kearahnya.
"Helenaaa??"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEPERTIGA MALAM [END]
SpiritualAdakah cinta yang lebih indah dari Mencintai disepertiga malam? Ini cerita tentangku dan suamiku, yang saling mencintai disepertiga malam. Selamat menjadi saksi cintaku dan suamiku. Kisah kami ini hanya lebih menampilkan sisi romantis didalam rumah...