-POV MISHA-
4 tahun yang lalu aku duduk di bangku SMA. Tidak terasa, kini aku sudah berada di bangku kuliah. Yang artinya, sebentar lagi aku akan menikah.
Haha, ga ding. Canda.
Ohiya, masalah iqbal? Aku masih mencintainya dalam diamku dan memperjuangkannya dalam doa ku. Setiap aku bangun di sepertiga malam, aku selalu menyisipkan namanya dalam doaku. Menjadikannya bahan perbincangan dengan Rabb-Ku.
Iqbal, maaf. Aku telah meminjam namamu tanpa sepengetahuanmu. Aku meminjam namamu untuk ku perbincangkan dengan Rabb-Ku di sepertiga malam. Maaf.
***
Aku kuliah di Universitas Islam Aluddin Makassar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Jurusan Manajemen.
Iqbal? Hmm..
Aku dan dia satu perkuliahan hanya saja kita beda Fakultas. Iqbal memilih Fakultas Dakwah dan Komunikasi , Jurusan Komunikasi dan Penyiaran. Tentu, dia akan berdakwah. Waktu SMA saja dia memilih organisasi Rohis bahkan ia menjadi ketua organisasi itu. Jadi tak usah heran.
Perkembanganku dengannya? Seperti yang aku bilang tadi, aku masih memperjuangkkannya dalam doaku. Jika memang jodoh, dia akan datang menemui kedua orangtua ku sebelum menemui aku.
***
Aku berjalan menyusuri bangunan yang cukup besar ini. Bersyukur, aku bisa lanjut di sini melalaui jalur prestasi. Kenapa jalur prestasi? Alhamdulillah, aku mendapatkan beasiswa kuliah dimana saja hasil Lomba Olimpiade Ekonomi di tingkat Nasional.
Awalnya, aku ingin kuliah diluar sulawesi. Namun, kasihan Ibu. Dia akan kesepian jika aku meninggalkannya sejauh itu. Aku putri sematawayang orang tuaku, atau bisa dibilang aku ini satu-satunya perempuan dari kedua saudaraku. Jadi, wajar saja jika aku dilarang mengambil kuliah diluar Sulawesi.
Tentang Iqbal, aku sering menceritakannya pada Ibu. Alhamdulillah, Ibu baik dan pendengar yang baik jadi akan terasa nyaman bererita pada Ibu.
Ibu menyukai Iqbal. Walaupun, Ibu dan Iqbal belum pernah bertemu secara langsung, dari ceritaku Ibu bisa menangkap bahwa Iqbal adalah sosok Pria yang baik dan taat pada Agama.Oke, back to topic.
Aku menyusuri bangunan yang cukup besar ini, tak jauh dari tempat aku berjalan. Ku lihat seorang pria yang nampaknya tidak asing bagiku.
"Misha.." suara bass itu milik Arkan, dan disebelahnya ada Iqbal yang ikut melihat kearahku.
Arkan?
Muhammad Arkanda Faiz, dia teman satu kelasku dan kami lumayan akrab. Arkan dan Iqbal sudah bersahabat sejak awal masuk kuliah, seperti yang Arkan sampaikan padaku.
"Kamu nanti sore mau ke kajian?" tanya Arkan.
Aku segera menunduk, menyembunyikan rona pada pipiku. Jantungku berdegup kencang saat ini.
"Insya Allah, nanti aku ajak Fara."
"Ohiya... Bal, Kenalin ini Misha, teman satu kelasku di jurusan Manajemen." Kudengar Arkan memperkenalkan ku dihadapan Iqbal.
Bukannya memperkenalkan diri, Iqbal malah menjawab dengan singkat, "Iya"
Menyebalkan memang!
"Misha, ini Muhammad Iqbal Khair. Dia sahabat beda jurusanku." Ingin sekali ku berkata pada Arkan bahwa aku sudah mengenalnya, bahkan aku mencintainya selama ini.
"Misha." aku meletakkan tanganku didepan dada, pertanda salam.
Ia hanya tersenyum kaku.
"Aku permisi dulu ya, Ar. Assalamu'alaikum." pamitku, setelahnya aku berlalu tanpa menunggu respon dari keduanya.
***
"Ra" panggilku ketika melihat Fara sedang asyik bermain dengan ponsel miliknya.
"Hm" responnya tanpa menoleh ke arahku.
"Nanti sore kamu ikut kajian?" Fara menoleh ke arahku, dia mengangguk kemudian kembali menatap ponselnya.
Aku berjalan mendekatinya. Kesal rasanya, dia hanya merespon ku seperti itu. Nampaknya, ponsel itu lebih menarik perhatian.
"Ngapain sih?" aku mencoba mencari tahu apa yang membuatnya betah menatap ponsel itu, biasanya jikalau aku sudah ada dia akan banyak bercerita.
"Kepo!" Fara menyingkirkan ponselnya, tidak membiarkanku melihat apa yang sedang dia lakukan.
Aku mengangkat kedua bahuku acuh.
"Misha" suara bass itu milik Arkan. Dia berjalan mendekat ke arahku.
"Ini" Arkan menyodorkan selembaran ke hadapanku. Aku menatapnya bingung. Dia hanya memberiku isyarat agar mengambilnya.
Aku meraih selembaran itu dengan ragu. "Apa ini?"
"Buka saja.. Tapi, nanti ketika dirumahmu." Aku menaikkan satu alisku heran, itu hal yang sering aku lakukan ketika aku sedang kebingungan.
"Mm.. Okey" Aku mengangguk pelan. Ada rasa penasaran dalam diriku.
Apa isi lembaran itu? Siapa yang memberinkannya untukku?
Pelajaran kuliah tadi cukup membuat kepalaku pusing. Ditambah lagi tugas dari dosen.
Setelah mencuci muka dan melaksanakan sholat. Aku teringat satu hal. Surat. Surat yang diberikan oleh Arkan. Aku segera berjalan menuju meja belajarku, meraih tasku kemudian mencari surat itu. Aku membukanya, terdapat dua selembaran. Satu bekas robekan buku dan satunya lagi kertas HVS dengan tulisan yang nampaknya diketik.
Aku membaca isi surat itu.
Astaga....
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEPERTIGA MALAM [END]
SpiritualAdakah cinta yang lebih indah dari Mencintai disepertiga malam? Ini cerita tentangku dan suamiku, yang saling mencintai disepertiga malam. Selamat menjadi saksi cintaku dan suamiku. Kisah kami ini hanya lebih menampilkan sisi romantis didalam rumah...