Bab 17. Senja Bersama Kekasih Halal

22.5K 1.8K 19
                                    

Allah itu Maha Baik, jadi selalu percaya sama Allah jika punya harapan-harapan yang menurut Manusia itu Mustahil.
***

Bukan Makassar namanya, jika jam 3 sore seperti ini tak ramai.

"Masya Allah, Makassar jam segini ramai banget ya.." ucap Iqbal yang sedang memperhatikan sekitar.

"Iya mas, rame banget.." aku ikut memperhatikan sekitar yang terlihat sangat padat.

Iqbal menoleh ke arahku, "Udah lapar sayang?"

Aku ikut menoleh ke arahnya, kemudian mengangguk pelan "Tapi, ya mau gimana lagi."

"Itu depan ada KFC, kita makan itu aja dulu ya?" ia menunjuk bangunan tinggi yang ada tertulis 'KFC' diujung bangunannya.

"Tapi, mas kan mau makan..."

"Gapapa, nanti aja lain kali. Kita makan yang deket aja dulu, nanti kamu maag." ia segera memotong pembicaraanku.

Aku mengangguk pasrah, karena sebenarnya aku sudah sangat lapar.

Cuman butuh waktu 15 menit, akhirnya kami bisa makan hari ini.

Setelah memesan dan membawa pesanan sendiri, aku dan Iqbal segera mencari tempat duduk yang bagus.

"Udah lapar banget kan?" tanya nya ketika aku dan dia sudah mendapat tempat duduk.

Aku mengangguk, "Iya mas."

"Mau gak ke pantai?" seketika aku menoleh kearahnya, dan memberhentikan aktivitasku yang sedang mengambil sedikit daging ayam untuk dimakan.

"Untuk apa?" aku menaikkan sebelah alisku

"Mas ingin melihat senja bersama pacar mas." ia tersenyum genit.

Astaga. Kumat.

Aku mengedus sebal, bisa-bisanya dia nge-gombal lagi. Udah kenyang deh aku.

"Mau kan?"

"Iyaiya. Makan aja dulu"

***

Sepulang dari KFC, Iqbal menepati janji nya untuk melihat sunset.Kebetulan, diriku ini sangat suka dengan sunset dan sunrise.

Sejak dahulu aku sering mengatakan pada matahari yang terbenam. "Semoga esok aku bisa melihatmu dengan Kekasih Halal ku."

Dan aku yakin, memang suatu saat aku bisa menyaksikan senja bersama Kekasih Halal ku. Kecuali kematian lebih dulu menjemputku.

Beruntung saat kami sampai matahari belum terbenam seutuhnya.

Iqbal menggenggam tanganku, kemudian mengajakku duduk di pinggir pantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iqbal menggenggam tanganku, kemudian mengajakku duduk di pinggir pantai. Aku menurutinya, tak peduli dengan baju ku yang akan kotor setelahnya.

"Mas.." panggilku, ia menoleh ke arahku.

"Iya sayang.." jawabnya lembut

"Mas tau gak.."

"Engga" jawabnya cepat, memotong pembicaraan ku.

"Ihh, jangan dipotong dulu aku kan belum selesai ngomongnya mas.." ku kulihat ia tertawa, manis.

"Maaf maaf. Kenapa sayangkuu?"

"Aku tuh suka banget sama senja, sejak dulu saat senja akan menyapa aku selalu mencari tempat yang bagus untuk melihat senja.." aku kembali menatap lurus kedepan.

"Dulu, setiap aku melihat senja aku selalu berharap bisa melihatnya bersama kekasih halal aku. Alhamdulillah, Allah masih mengizinkan ku melihatnya dengan mas." aku kemudian beralih menatapnya. Entah sejak kapan, aku suka menatap bola matanya yang hitam pekat itu.

Iqbal berdiri, aku pun ikut berdiri. Ia berbalik kearahku dan mendekatkan dirinya denganku hingga hampir tak ada jarak antara kita. Tenang, udah halal.

Karena Iqbal lebih tinggi dari ku, aku harus mendongak untuk tetap melihat bola matanya yang hitam pekat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena Iqbal lebih tinggi dari ku, aku harus mendongak untuk tetap melihat bola matanya yang hitam pekat itu.

"Ya zawjati.. Ana uhibbuki fillah." Iqbal mengucapkan kembali kalimat yang pernah ia katakan seusai akad.

"Aku juga mencintaimu karena Allah, mas"

Ya Allah. Tak henti-henti nya aku mengucap syukur pada-Mu.
Disaat dosaku makin menumpuk,
Engkau masih saja mengambulkan doa-doa ku.
Sungguh, engkau Maha Baik.

***

"Mas, aku mau ke mall" ia mengangguk kemudian mengemudikan mobilnya menuju Mall Panakukkang yang tak begitu jauh.

"Rasanya aku ingin terus bersama mas.." ucapku, menatapnya yang sedang serius mengemudikan mobil.

"Mas juga seperti itu.. Rasanya mas gak mau jauh jauh dari istri mas" aku tersenyum.

Aku benar-benar tak ingin lepas apalagi berpisah darinya.

Ya Allah, jagalah selalu suamiku.

Sesampainya di mall, aku langsung menggandeng tangan Iqbal. Seakan secara tidak langsung aku berkata pada orang-orang bahwa Iqbal adalah Milikku.

"Mas, makan malam dulu yuk?" Iqbal mengangguk, menuruti permintaanku.

"Mas juga sudah lapar.."

"Nempel mulu nih..." ucap seorang perempuan dari arah belakang. Aku segera menoleh.

"Fara...." aku berlari kecil lalu memeluknya erat.

"Aduh, enak dong yah yang udah ada logo HALAL nya. Kemana-mana berdua mulu, sampai sahabat sendiri ga di inget.." sindirnya yang ku tahu ia sedang bercanda.

"Makanya, suruh si babangmu itu cepet cepet halalin kamu.."

"Tadi aku ga tau kamu lho sha. Soalnya kamu pakai niqob gini.." ucap Fara mengalihkan pembicaraan.

"Hahaiya, aku lagi belajar ra." aku tersenyum dibalik niqob yang ku gunakan.

"Alhamdulillah. Do'ain aku cepet nyusul yaa.." aku mengangguk pelan, "Pasti"

"Bal, jagain sahabatku lho. Jangan bikin dia nangis. Awas kamu." ucapnya menatap Iqbal sinis.

Iqbal tertawa, "Insya Allah."

"Makan yuk ra?" ajakku.

"Ah jadi obat nyamuk deh.." Fara tersenyum jail, kebiasaannya dia tuh.

"Makanya nikah" ledekku.

***

CINTA SEPERTIGA MALAM [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang