Sepulang dari Jogja, tubuhku terasa lemas dan aku sering bolak-balik ke wc akibat mual-mual.
"Masih ga enak badan sayang?" ucapnya sembari mengusap pelan pucuk kepalaku yang berada dipangkuannya.
"Maaf mas, aku ga bisa masakin kamu hari ini.." Iqbal tersenyum, mengecup pelan dahiku.
"Gapapa sayang, kamu istirahat aja dulu atau kita ke dokter?" dengan cepat aku menggelengkan kepala.
"Ga usah mas, aku cuman kecapean kok." Iqbal mengangguk paham.
"Mas, aku pengen makan mangga." pintaku.
"Kok tiba-tiba? Bukannya kamu ga terlalu suka sama mangga?" tanyanya heran.
Aku sendiripun tidak tahu kenapa aku ingin sekali memakan mangga. "Mas, aku pengen mangga." ulangku.
"Kamu yakin?" aku mengangguk pelan.
"Yasudah, mas beliin mangga dulu ya." Iqbal meletakkan pelan kepalaku diatas bantal.
Aku tersenyum, betapa penyayang nya suamiku ini. "Hati-hati, mas.."
Tidak butuh waktu lama, Iqbal datang membawa beberapa buah mangga segar yang dibungkus oleh kantung plastik.
Wajahku bersinar melihat kantungan yang berisi mangga itu. "Wah"
"Mau aku kupasin?" aku mengangguk antusias.
Iqbal tersenyum, "Tunggu ya mas kupasin."
"Nih" Iqbal kembali dengan membawa piring yang berisi mangga berwarna kuning.
"Terimakasih sayang" aku tersenyum kepadanya, segera mengambil piring yang berada ditangannya lalu melahap dengan nikmat mangga kuning yang manis itu.
Iqbal melihatku dengan seksama memakan dengan lahap mangga itu.
"Astagfirullah.. Maaf mas, aku ngabisin mangga nya" aku menampilkan sederet gigiku, "Ini masih ada setengah. Mau?" aku menyodorkan mangga yang sisa setengah itu padanya.
"Gapapa" Iqbal membuka mulutnya lalu memakan sisa mangga yang ada ditanganku.
"Mas, aku mau kerumah ibu. Anterin ya?" rengekku.
"Mau ngapain sayang?" tanyanya penuh kelembutan.
"Kangen sama Ibu..." aku memohon kepadanya, membuat wajahku se-imut mungkin agar ia mengijinkan ku kerumah Ibu.
"Hari ini mas gaada kerjaan kan? Anterin ya?" rengekku lagi.
Akhirnya Iqbal menganggukkan kepalanya pasrah.
Aku berhasil. Hahaha.
Entah mengapa aku merasakan ada hal yang berbeda dari diriku. Aku tidak tahu apa itu.
2 jam kemudian...
Iqbal memarkir kan mobilnya dihalaman rumah Ibu.
"Ayo mas! Aku rindu dengan ibu" ucapku antusias.
Iqbal hanya memandangiku heran. "Iyaiya, sabar sayang."
"Assalamu'alaikum... Ibuuu..." aku berteriak layaknya anak SD yang baru pulang dari sekolahnya.
"Wa'alaikumussalam. Eh sayang?" Ibu mendekapku, membawaku kedalam pelukannya.
"Apa kabar?" tanya nya setelah melepas pelukan kami.
"Sangaaat baik" aku tersenyum bahagia.
"Bu.." Iqbal mengambil tangan Ibu lalu mencium punggung tangan Ibu.
"Apa kabar nak?" tanya Ibu.
"Alhamdulillah baik, Bu." Iqbal tersenyum
"Kenapa tiba-tiba datang? Ga kabarin Ibu dulu, biar Ibu buatin makanan.." ucap Ibu, menatapku dengan Iqbal bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEPERTIGA MALAM [END]
SpiritualAdakah cinta yang lebih indah dari Mencintai disepertiga malam? Ini cerita tentangku dan suamiku, yang saling mencintai disepertiga malam. Selamat menjadi saksi cintaku dan suamiku. Kisah kami ini hanya lebih menampilkan sisi romantis didalam rumah...