Bab 16. Pacaran Setelah Menikah

24.9K 2K 18
                                    

Aku memilih untuk tetap tinggal di Indonesia, menunggu ia menyelesaikan study nya disana. Lagian aku masih kuliah semester 5. Aku juga tidak ingin meninggalkan ibu sendiri. Syukurlah, Iqbal bisa mengerti.

2 pekan kedepan, Iqbal akan pergi ke mesir untuk melanjutkan study nya. Yang artinya, aku akan LDR dengannya.

"Mas, aku mau izin pakai cadar boleh?" ucapku berhati-hati.

"Masya Allah, mana mungkin mas akan melarangmu? Pakailah. Kamu akan terlihat sangat cantik jika memakainya." aku tersenyun bahagia mendengar jawaban Iqbal.

"Aku hanya ingin, wajahku hanya dipandang olehmu mas. Aku tak ingin ada pria lain yang memandang wajahku."

Iqbal tersenyum, "Keluar yuk?"

"Kemana mas?" tanyaku.

"Kita jalan saja kemanapun, mas ingin berpacaran dengan istri mas." aku mencubit pelan pinggang nya.

"Ih, mas genit."

"Yang penting genitnya sama istri dong.." Iqbal mengedipkan satu matanya. "Yasudah, pakaian sana. Mas tunggu didepan yaa" Iqbal berlalu meninggalkan ku.

Aku tersenyum, orang yang selama ini aku cintai telah menjadi milikku sepenuhnya tanpa harus bersama dalam jurang kemaksiatan. Terimakasih, Ya Allah.

Aku segera mengganti pakaian ku, dan menyusul Iqbal yang sedang menungguku diluar.

"Masya Allah, cantik sekali istri ku." ucapnya saat melihatku berjalan menghampirinya.

"Cantik apanya, aku lagi pake niqob juga.." protesku, tidak setuju dengan apa yang ia ucapkan tadi

"Ya kan cantikmu cuman untuk mas." ia merangkulku, mencium keningku pelan.

"Mas ga capek gombalin aku mulu?" protesku lagi.

"Siapa yang nge-gombal?" Iqbal mengerutkan keningnya.

"Ini kapan jalannya?"aku segera mengalihkan pembicaraan.

"Mau latihan memanah?" aku mengangguk setuju. Kebetulan aku tak pernah latihan memanah yang termasuk sunnah rasul.

Iqbal kemudian melajukan mobilnya menuju tempat pelatihan memanah. Sepanjang perjalanan, Iqbal tak henti-hentinya menggombalku. Dasar, untung suami.

Saat sampai Iqbal langsung memesan 2 panah, untukku dan untuknya.

"Mas, foto dulu.." rengekku

"Narsis juga ya kamu.." ia mencubit pipiku dibalik niqob yang ku gunakan.

"Bang, bisa minta tolong fotoin ga?" Iqbal memberikan handphone nya kepada abang-abang yang ada disana.

Cekrek

"Ini mas." abang tadi memberikan handphone Iqbal kepemiliknya.

"Makasih mas."

Aku mengintip hasil fotonya, "Ih mas kok jelek yah." aku tertawa kecil

" aku tertawa kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh, enak aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh, enak aja. Mas ganteng tauu" ucapnya membela diri.

"Iyaiya, suamiku memang gantengg" aku mencubit pipinya gemas.

"Ayo latihan" ajaknya, aku meresponnya dengan anggukan.

Aku melihat Iqbal yang sedang memanah, tepat mengenai sasarannya. Sepertinya dia sudah sering latihan.

"Ngapain lihatin mas? Sekarang giliranmu." ucap Iqbal.

Aku mengambil posisi seakan siap memanah.

Cekrek

Aku sadar bahwa Iqbal sedang mengambil potret ku, aku menurunkan busur yang ku pegang lalu menoleh ke arahnya.

"Mas, foto aku?" aku menyipitkan mataku.

"Iya, bagus tau hasilnya." Iqbal tersenyum.

"Mana?" tanyaku, menyuruhnya untuk memperlihatkan ku hasil jepretannya.

"Nih" ia menunjukkan hasil jepretannya tadi.

"Lain kali bilang dong kalau mau foto" aku mengerucutkan bibirku dibalik niqob

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lain kali bilang dong kalau mau foto" aku mengerucutkan bibirku dibalik niqob

Setelah puas dengan hasil latihan memanah, aku menghampiri suamiku yang sedang bercerita dengan seseorang yang tidak aku kenal.

"Sudah?" ucapnya, saat melihat aku jalan ke arahnya.

"Iya."Aku mengangguk pelan.

"Haus?" aku menggeleng, "Lapar?"

Aku kembali mengangguk kemudian tersenyum dibalik niqob yang ku gunakan.

"Yasudah, ayo kita pulang." ajaknya

"Aku mau makan diluar mas" rengekku.

"Emang kamu bisa makan pakai niqob gitu? Kan kamu baru pake?" tanyanya.

"Ih, aku bisa tau! Aku dulu sering pakai niqob kalau lagi jalan sama temen soalnya risih diliatin cowok." Iqbal mengangguk paham.

"Kita makan di tempat kesukaanku, menunya enak-enak aku yakin kamu suka" ia merangkulku kemudian berjalan yang otomatis akupun ikut berjalan.

***

CINTA SEPERTIGA MALAM [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang