Bab 26. Romantis (2)

14K 1.3K 4
                                    

Aku terus berdizikir dan meminta perlindungan kepada Allah, semoga saja suami ku tidak kenapa-kenapa.

Aku menunggunya diruang tunggu, ditemani ummi, abah, dan maryam.

"Sabar ya sayang, Iqbal gapapa kok. " ummi mencoba menenangkan ku.

Aku tersenyum lemah, "Iya, mi."

Ceklek.

Pintu ruangan Iqbal sudah terbuka, aku segera menghampiri dokter yang memeriksa Iqbal tadi.

"Bagaimana keadaan suami saya dok?" tanyaku dengan penuh kecemasan.

"Tenang bu. Mari kita bicarakan diruangan saya." Dokter itu segera berlalu, aku segera mengikutinya.

Dzikir semakin kuat ku lafadz kan, dan doaku tak henti-hentinya menyertai Iqbal.

Semoga dirimu baik-baik saja mas.

"Dengan ibu siapa?" tanya dokter saat aku sudah menduduki kursi yang berada dihadapannya.

"Misha, dok." ucapku, masih dengan ekspresi cemas.

"Suami ibu sedang gejala tipes. Mungkin belakangan ini suami ibu terlalu banyak bekerja, hingga lupa beristirahat. Jadi, saya berharap suami ibu bisa dirawat dirumah sakit ini sampai keadaannya membaik." jelas dokter Hermawan, aku mengetahui namanya dari nametag yang terera di jaket dokter berwarna putih yang ia kenakan.

"Baiklah dok, terimakasih." aku segera bangkit kemudian berjalan kearah ruangan Iqbal dengan penuh rasa takut.

"Bagaimana keadaan Iqbal?" tanya Ummi segera, saat aku memasuki ruangan Iqbal. Disana ada Ummi,Abah,dan Maryam.

"Iqbal gejala tipes, mi." ucapku lemah.

"Ya Allah, sabar ya nak. Masih gejala, semoga ga tipes ya" ummi segera memeluk tubuhku erat, seperti menyalurkan energi.

"Aamiin" aku membalas pelukan ummi tak kalah eratnya.

"Kalau begitu ummi,abah, dan maryam pamit pulang dulu ya nak." ucap umi, setelah melepas pelukannya.

"Iya ummi" aku mengangguk lemah, "Makasih ya ummi,abah,maryam" aku tersenyum tipis kearah mereka.

"Assalamu'alaikum" pamit abah.

"Wa'alaikumsalam" setelah kepergian mereka, aku berjalan mendekati Iqbal yang masih terbaring lemah diatas kasur.

"Ya Allah, berikanlah kesembuhan pada suami hamba.
Semoga penyakitnya ini dapat menggugurkan dosa-dosanya. Aamiin" pintaku dalam do'a.

Aku meraih Al-Qur'an yang tersedia diruangan ini. Rumah sakitnya memang rumah sakit Islam, jadi wajar saja jika ada Al-Qur'an yang tersedia disetiap ruangan.

Aku membaca ayat demi ayat dari surah Al-Mulk , membacanya dengan khusyu' hingga aku meneteskan air mata.

Surah Al-Mulk adalah surah paling aku sukai diantara surah lainnya, bukan berarti surah lainnya tidak aku sukai. Hanya saja, jika aku dalam masalah aku pasti membaca dan menghayati terjemahan dari ayatnya. Hatiku selalu terasa sejuk dan adem setelah membaca surah ini.

***

Aku terbangun saat ku rasakan ada pergerakan disekitarku. Aku mengucek pelan mataku, ternyata tadi aku ketiduran saat membaca ayat suci Al-Qur'an.

Ku lihat kearah Iqbal, ia sudah sadar. Syukurlah.

"Mas.." aku segera bangkit dan mengusap lembut wajahnya.

"Ini dimana sayang?" tanyanya dengan suara yang sangat lemah.

Aku segera membantunya yang terlihat sedang berusaha untuk bangun, "Dirumah sakit mas"

"Kok dirumah sakit?" ia mengerutkan keningnya heran, "bukannya semalam lagi dirumah?"

"Iya, semalam mas tiba-tiba pingsan." aku mengambil segelas air yang tersedia dinakas dekat kasur Iqbal, "Minum dulu mas"

Iqbal meraih gelas itu dan langsung meneguknya dengan tiga kali tegukan, seperti sunnah Rasulullah saw. , aku mengambil kembali gelas yang sudah kosong itu dari tangan Iqbal.

"Udah tahajjud?" aku menggeleng pelan, "Yasudah, ambil air wudhu trus kita tahajjud."

Aku segera mengambil air wudhu.Setelahnya, aku mengantarkan Iqbal untuk mengambil air wudhu. Kami melaksanakan sholat sunnah tahajjud yang sudah menjadi kebiasaan kami selama berumah tangga. Walaupun sedang keadaan sakit, Iqbal tetap menjadi imam ku dalam setiap pelaksanaan sholat tahajjud. Aku menyuruhnya untuk sholat dengan keadaaan duduk saja, aku takut jika ia berdiri terlalu lama ia akan terjatuh.

Aku meneteskan air mataku, saat Iqbal memilih surah Ar-rahman sebagai surah pilihannya setelah ia membaca surah Al-fatihah. Suaranya yang lembut dan merdu menambah deras air mataku. Aku mengingat segala kekuasaan Allah yang ada dibumi ini, tiada yang sia-sia hanya saja kita yang kurang bersyukur.

Aku mengingat betapa baiknya Allah kepadaku, tanpa memperdulikan dosa-dosaku. Ia masih memberikanku kesempatan untuk hidup berdampingan dengan orang yang selama ini ku idam-idamkan.

"Ya Rabb, Terimakasih atas segala nikmat dan hidayah yang Engkau berikan kepada hamba dan suami.

Maafkan atas segala kekhilafan hamba dan suami,

Maafkan atas segala dosa-dosa hamba dan suami, Sungguh engkau maha pemaaf lagi maha penyayang.

Ya Rabb, sembuhkanlah suami hamba

Jadikanlah sakitnya menjadi pengugur dosanya,

Jadikanlah sakitnya menjadi sesuatu yang senantiasa membuatnya bersyukur."

Seperti itulah do'a yang kupanjatkan malam ini. Romantis tidak selalu dalam pengungkapan kata cinta. Romantis itu saat kau terus menyebutnya dalam do'amu , saat kau terus meminta kebaikan untuknya, saat kau menjadikannya bahan perbincanganmu dengan Sang Maha Kuasa. Terlebih, jika kalian diam-diam saling mendo'akan disepertiga malam, membiarkan Allah menjadi saksi cinta kalian.

***

CINTA SEPERTIGA MALAM [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang