HAPPY READING!
•••••••••
Lalisa terpaku mendengar penuturan Ibunya yang mengatakan akan menikah lagi.
Geez! Apa-apaan pikirnya?
Umur Ibunya sudah hampir memasuki kepala empat dan kenapa harus menikah lagi?
Apa semua warisan Ayahnya itu tidak mencukupi kehidupannya membuat Ibunya memilih untuk menikah lagi?
Lisa mendecak dan menggelengkan kepalanya dengan ekspresi tidak habis pikir terlebih lagi alasan Ibunya benar-benar tidak membuatnya berfikir jernih.
"Mom, Lisa sudah besar. I don't need a daddy anymore." Balas Lisa tegas untuk sebuah penolakan permintaan Ibunya yang meminta izin menikah lagi.
Lisa menarik nafas pelan, ia tidak berani menatap Ibunya saat ini. Ia tidak mau merasa bersalah.
Meski Lisa memang tidak pernah merasakan perhatian sosok ayah tetapi Lisa tidak pernah menuntut Ibunya agar menikah lagi.
Ya, Ayahnya yang mati mengenaskan ketika Lisa berumur 15 tahun karena dibunuh oleh sahabatnya sendiri.
Miris bukan?
Lisa bisa merasakan bahwa Ibunya sedang menarik nafas dalam.
"Lisa..." panggilnya, "Mommy sudah menjalani hubungan lebih dari empat tahun dengannya. Mommy harap kau mengerti. Terima atau tidak, Mommy akan tetap menikah karena Mommy sedang mengandung saat ini."
Geez!
Otot kaki Lisa terasa melemas. Ia mendongakkan kepalanya menatap Ibunya nanar.
Empat tahun? Bahkan Ayahnya saja meninggalkannya 5 tahun yang lalu. Bagaimana bisa Ibunya memiliki hubungan dengan orang lain secepat itu.
Sial!
Lisa menghela nafas kasar, "i hate you, mom." Ujarnya lalu menuju kamarnya dan membantingnya dengan keras.
♒♒♒♒♒
Satu minggu berlalu, dan sialnya Ibunya Lisa benar-benar menikah membuat ia memilih pergi dari rumah dan tinggal di sebuah apartemen.
Ya, ia tidak peduli. Ia benar-benar tidak bisa menerima kenyataan itu mengingat Ibunya mengandung.
Ponselnya tidak pernah sepi dari sebuah pesan dan panggilan yang tidak terjawab. Ibunya selalu memintanya pulang.
Ya, tetapi Lisa tetaplah Lisa. Seorang wanita yang baru menginjak usianya yang ke-dua puluh membuat pribadinya menjadi lebih keras kepala.
Lisa menatap langit-langit kamar hingga mendengar bell apartemennya berbunyi. Ia langsung bangkit dari sana dengan ekspresi benar-benar kesal.
Siapa yang bertamu pada jam segini? Jelas sekali ini waktunya tidur mengingat ia melihat jam diponselnya sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
Ia membuka pintunya dengan pelan dan melihat Ibunya bersama sosok pria tua yang asing dimata Lisa.
"Lis---" BRAKK!
Lisa kembali menutup pintunya.
Sial. Itu pasti suami Ibunya yang baru, batinnya.
Ia tidak habis pikir, bagaimana bisa Ibunya mengajak pria itu untuk pergi ke apartemen miliknya.
Lisa menghela nafas pelan, ia tidak kaget lagi jika Ibunya akan menemukan tempat tinggalnya yang baru mengingat ia memiliki akses yang banyak untuk menemukannya.
Ia masih bisa mendengar Ibunya menangis diluar dan mulai melangkahkan kakinya menjauh dari sana.
Ia tersenyum miris.
Apa ia benar-benar kelewatan?
Lisa memilih menepis semua rasa bersalahnya dan melenggangkan kakinya lalu menghempaskan tubuhnya diatas sofa.
Kepalanya terasa panas, masalah rumah dan masalah kampusnya memenuhi otaknya itu membuat ia ingin mati disaat itu juga.
Bunyi bell apartemen kembali terdengar membuat Lisa memilih mengabaikannya. Ia yakin pasti Ibunya kembali lagi. Tetapi jika diabaikan pasti Ibunya akan lelah dan pergi dengan sendirinya.
Tetapi lama kelamaan bunyi bell itu membuat Lisa menjadi risih. Mau tak mau ia bangkit dari sana dengan perasaan kesal.
Ia membuka pintu dengan gemas bersiap memarahi sang tamu karena Ibunya tida mungkin melakukan hal itu berulang kali.
"Ternyata begini wujud wanita menyebalkan. Ayo pulang!"
Tangan Lisa ditarik paksa membuat matanya melebar dan mencoba mencerna situasi hingga ia memukul-mukul pria itu.
"Yak! Apa yang kau lakukan?! Lepaskan aku!" pekik Lisa dan mulai memukul kepala pria itu hingga pria itu melepasnya dan mengaduh kesakitan.
Ia langsung berlari masuk kedalam apartemennya, karena ia pikir pria tadi merupakan orang gila yang sedang menjelma menjadi pria tampan.
Lisa menepuk keningnya pelan, ia lupa mengunci pintunya membuat ia kembali menuju pintu dan melihat pria itu sudah ada didalam.
"Siapa kau?!"
"Kau benar-benar menyusahkan! Aku lelah karena harus mendengar Ibumu menangis setiap malam!" kesal pria itu membuat Lisa melebarkan matanya.
Tunggu, bagaimana bisa pria itu tau jika Ibunya menangis setiap malam?
"Aku saudara tirimu, ah--- tidak. Aku tidak sudi mempunyai saudari tiri menyebalkan sepertimu," ucap pria itu seakan mengetahui pertanyaan yang ada dipikiran Lisa.
Lisa melebarkan matanya lagi.
Siapa yang dia sebut menyebalkan? Jelas-jelas dialah yang menyebalkan!
"Apa kau bilang?! Kau bilang aku menyebalkan?!"
"Ya, kau menyebalkan. Karena kau ... aku harus menunda rapatku karena dipaksa oleh daddy-ku untuk menjemputmu."
TEST
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPBROTHER
Fanfiction"I hate him, mom!" - LM "Maaf ... ini semua salahku." - OSH