30

8.4K 901 63
                                    

Sider?

•••••

09.44 A.M

Ten terbangun dari tidurnya saat ponselnya berbunyi seperti tidak ingin berhenti.

"Sial." Umpatnya pelan lalu mengusap wajahnya kasar.

Ia meraih ponselnya ternyata itu adalah bunyi alarm. Matanya melebar saat melihat jam di ponselnya

Pria itu kesiangan.

Ten memutuskan untuk keluar untuk membangunkan Lisa yang tidur dikamar sebelah.

Ia mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia melihat pintu Apartment nya terbuka lebar.

"Lisa?" panggilnya dan mendekati pintu apartment nya itu. Ia pikir Lisa baru saja keluar dan lupa menutup pintu.

Ia membuka lebar pintunya dan tidak melihat siapapun di lorong apartemen nya.

Sesekali Ten menguap lalu menutup kembali pintunya dan memilih mengetuk pintu kamar Lisa.

"Lisa?" panggilnya dengan suara serak seraya mengumpulkan nyawanya.

"Lisa?" panggilnya lagi lalu mulai memutar knop pintu.

Ten memicingkan matanya, tidak ada Lisa disana. Kasur nya tampak sedikit berantakan.

Ia mendekati nakas didekat kasur karena ada sebuah sticky notes disana.

"Hm," gumamnya saat membaca sticky notes itu.

Hai, tEmpat tidurnya begitu Lebar dan aku suka warna Pintunya, aku ingin keJu tetapi aKu tidak menemukannya dikulkas jadi aku akan pergi keluar sebentar, jangan mengkhawatirkanku.

Ten kembali menguap dan meletakan sticky notes itu kembali.

Ia melirik kasur nya yang tampak biasa saja dan juga pintu kamar itu yang tidak menarik sama sekali.

Ten tertawa pelan.

Lisa benar-benar lucu, pikirnya.

Well, sepertinya Ten harus mandi mengingat ia sudah telat pergi ke kantor.

Jika saja bos nya masih Sehun mungkin ia bisa datang lebih siang tetapi sayang, kini Sean yang kembali memimpin.

Ah, tentang Sehun sepertinya ia tidak perlu memberitahu pria itu jika Lisa keluar karena Lisa bilang jangan khawatir.

••••••••

Entah, sedari tadi Sehun terus uring-uringan. Ia ingin mengirim pesan pada Ten tetapi ia belum membeli kartu disana.

Geez! Ia merindukan wanita nya itu.

Apakah ia baik-baik saja?

Baru sebentar saja dia sudah rindu pada wanita itu. Jika saja Lisa memiliki passport mungkin Sehun akan menyeret wanita itu pergi ke Jerman untuk dikenalkan dengan keluarga almarhumah Ibunya.

"Hun?"

Sehun menoleh saat Jane memanggilnya.

"Ada apa, Aunty?"

"Kau ingin menghubungi temanmu?"

Sehun mengangguk pelan. Lagi pula ia ingin menghubungi Ten untuk menanyakan kabar wanita nya itu.

"Ayo, biar Aunty temani kau mencari kartu." Tawar Jane membuat Sehun bangkit dari kasur dan meraih Vivi yang ada disudut kamar.

Ya, Sehun tidak sabar ingin menelpon Ten untuk mendengar suara wanita nya itu.

STEPBROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang