•••
HR CHINGU.
•••
Setelah melakukan perdebatan cukup panjang-- akhirnya Sehun menuruti apa yang Lisa inginkan yaitu langsung pergi ke rumah sakit.
Geez!
Apakah wanita itu tak ingin di ajak menikah?
Sedari tadi Sehun uring-uringan melihat Lisa yang sedang duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang milik Ten.
"Kau yakin perjodohan mereka di batalkan?" tanya Sehun dengan suara pelan dan terus menatap Lisa yang sedang sibuk menyuapi Ten bubur.
Chanyeol mengangguk mantap.
Sedangkan Taeyong sebisa mungkin menahan tawanya setelah mendengar curhatan Sehun barusan.
Well. Untung saja sofa disana cukup untuk tiga orang.
Sehun memijat keningnya dengan pelan.
"Sepertinya ia tak menyukaiku lagi." Cibirnya membuat tawa Taeyong lepas begitu saja hingga membuat Lisa menoleh dan menatap heran.
Hell.
Apakah ketiga pria itu sedang bergosip tentang dirinya?
Sehun melemparkan senyuman tipis pada wanita itu membuat Lisa kembali fokus pada Ten.
Ia mendecak pelan.
Untung saja Ten sedang sakit. Pikirnya.
"Bagaimana bisa Tuan Jeon menarik tuntutannya?" tanya Sehun kini mulai serius dan melirik Taeyong.
Chanyeol yang mendengar itu juga mulai tertarik.
Ia cukup penasaran.
Padahal ia juga belum membeberkan video yang ia rekam pada pihak kepolisian.
Taeyong melirik sekitar dan memutuskan duduk di lantai menghadap mereka berdua.
"Ten merupakan keponakan Tuan Jeon." Ucapnya pelan seperti berbisik.
Mata Sehun melebar.
Chanyeol juga terkejut dan langsung melirik Ten dengan harap pria itu tak tersinggung dengan apa yang mereka bahas kali ini.
Taeyong menempatkan telunjuknya di depan bibirnya dan mengisyaratkan untuk berbicara di luar saja.
Mereka berdua mengangguk dan pamit dari sana mengikuti Taeyong menuju taman belakang rumah sakit.
Tak ada kursi kosong disana membuat mereka memilih duduk di atas rumput tipis yang cukup di rawat disana.
"Jelaskan pada kami." Chanyeol buka suara langsung.
Taeyong menarik napas dalam lalu membuang nya pelan.
"Aku juga tidak tau jika dia sebenarnya keponakan Tuan Jeon." Ucapnya.
Mereka berdua diam untuk mendengar ucapan Taeyong dengan baik.
"Tetapi aku pernah melihat Ten bertemu dengan Tuan Jeon di Cafe dan memanggilnya 'paman."
"Belum tentu." Sahut Chanyeol.
Ya, bahkan orang yang tak memiliki darah saja bisa memanggil paman atau bibi sekalipun.
Taeyong menarik napas pelan.
Sehun terlihat serius mendengarnya.
"Lanjutkan." Titah Sehun.
"Jujur saja--- tadi malam aku membututi Ten dan melihat kau dan Lisa juga."
Chanyeol terdiam.
"Tetapi sebelum kalian datang--- aku melihat Ten dan Tuan Jeon bertengkar hebat."
"Hmm." Gumam Sehun pelan dan menangkup rahangnya dengan tangan.
"Ten ingin melaporkan pada pihak kepolisian tentang apa yang sering Tuan Jeon lakukan jika tidak menarik tuntutannya."
"Dan untuk alasan kenapa Tuan Jeon menarik tuntuttannya--- aku belum tahu pasti." Ujar Taeyong lagi.
Chanyeol menarik napas pelan.
"Sudah cukup lama aku mengenalnya. Tetapi baru sekarang aku tahu ia memiliki keluarga mafia." Sahut Sehun.
Pantas saja Jungkook bisa dengan mudah masuk ke apartment Ten pikirnya.
Tapi, apakah Ten tahu tentang niat Jungkook yang ingin menculik Lisa waktu itu?
Taeyong mengangguk mengiyakan karena ia juga baru tahu tentang itu.
•••••
Lisa membantu Ten untuk merubah posisinya menjadi duduk dengan hati-hati. Ia melirik sekitar dan melihat yang lain belum kembali.
"Kau tidak perlu duduk." Ujar Lisa membuat Ten tersenyum tipis.
Padahal wajahnya sudah berbalut perban tetapi pria itu masih bisa tersenyum.
Dengan perlahan Ten mengangkat tangannya lalu meraih tangan Lisa.
"Lice..."
"Hm?"
"Mendekatlah." Pintanya dan menggeser tubuhnya sedikit agar Lisa bisa duduk di tepi ranjang.
Tanpa keraguan Lisa langsung menuruti Ten tanpa melepaskan pegangan tangan pria itu.
"Kau ingin sesuatu?" tanya Lisa lagi.
Ten bergeming lalu mengangguk pelan.
"Kau ingin minum? Atau kau ing---"
"Aku ingin kau menikah denganku."
Tunggu.
Menikah?
Mata Lisa langsung melebar mendengar itu.
Ia tak salah dengar.
Pria itu barusan melamarnya.
Lisa tertawa pelan untuk memecahkan suasana canggung disana.
Tidak mungkin Ten serius dengan itu. Pikirnya.
"Jangan bercanda." Cibir Lisa lagi.
Ten menggeleng pelan lalu tersenyum.
"Aku menyukaimu, Lice." Ucapnya dalam bahas Thailand.
Lagi-lagi Lisa terkejut.
Tidak.
Ia pasti salah dengar.
"Aku tidak tahu sampai kapan aku bertahan hidup." Lirihnya sendu.
Lisa masih bergeming.
Sepertinya Ten masih belum sepenuhnya pulih hingga berbicara sembarangan. Pikirnya.
Ia bisa merasakan tangan Ten yang semakin mengeratkan pegangannya.
"Tetapi--- aku harap, aku bisa menikah denganmu sebelum aku mati."
Lisa tetap bergiming.
Kewarasannya mulai menghilang.
Nada lembut dan kesungguhan Ten barusan membuat hatinya tersentuh.
Terlebih lagi dengan kondisinya yang tak sehat sepenuhnya membuat Lisa menatapnya iba.
"Jangan berbicara seperti itu." Ucap Lisa pelan dan melepas tangan Ten dengan perlahan.
"Kau pasti akan sembuh." Ucapnya lagi.
Ten bergeming dan terus menatap Lisa.
"Aku akan menikah dengan Sehun dalam waktu dengan ini. Maaf."
Tbc
Sudah full belum?:(