•••••
HR CHINGU
•••••
Lisa menarik napas dalam. Ia pikir ia harus mengikuti apa yang Sehun sarankan semalam.
Sebenarnya ia ingin menunggu Sehun pulang agar berbicara bersama pada orangtuanya. Tetapi ini hampir pukul sembilan dan Sehun juga belum pulang.
Jane juga pergi karena ingin mengelola bisnis-nya yang sudah ia tarik sebagian pada Sean di luar kota.
"Lice?" suara Tao mengagetkan Lisa hingga wanita itu melompat kecil dan memegang dada nya.
Ia mengerjabkan matanya karena terkejut.
Tao mengulum senyumnya dan memperhatikan Lisa dari bawah ke atas.
"Kenapa mengendap-ngendap?" tanya Tao heran.
Pasalnya Lisa berjalan mengendap-ngendap menuju kamar orangtua nya.
Lisa menggeleng gugup, "t-tidak apa."
Tao berdeham dan mengangguk.
"Aku ingin membicarakan sesuatu." Ucap Tao membuat Lisa mengangkat alisnya sebelah.
"Sesuatu?"
Tao mengangguk lalu menarik Lisa menuju halaman belakang.
Lisa hanya diam dan mengikuti Tao dan ikut duduk disebelah pria itu.
Ia menoleh menatap Tao yang terlihat gugup.
"Kau terlihat gugup."
Tao tertawa pelan dan mengusap tengkuknya yang tak gatal lalu menoleh menatap Lisa melemparkan senyuman tipis.
"Aku ingin membatalkan perjodohan ini, Lice."
Lisa bergeming dan menatap wajah Tao yang berubah menjadi serius.
"Kenapa?" tanyanya kemudian.
"Aku tak menyukaimu, maaf."
Meski itu cukup memohok hati Lisa tetapi entah kenapa Lisa senang mendengar itu.
Jadi ia tak perlu bersusah payah berpura-pura hamil.
Dan lagi pula Tao yang ingin membatalkan perjodohan itu jadi Sean ataupun Larisa tak akan memarahinya.
Perlahan tapi pasti Lisa tersenyum dan memeluk Tao.
"Makasih..."
Tao mulai mengangkat tangannya dan membalas pelukan Lisa lalu mengusap punggung wanita itu lembut.
"Maaf membuatmu tertekan karena perjodohan ini." Ucap Tao yang dibalas anggukan oleh Lisa.
Perlahan Lisa mulai melepas pelukannya dan menyeka air matanya yang jatuh begitu saja tanpa keinginannya.
Ya, ia benar-benar senang mendengar itu.
Jadi tak perlu lagi ia dan Sehun takutkan.
Ah, dimana pria itu saat ini?
Lisa harus memberitahu pria itu.
"Aku akan berbicara pada orangtuamu." Tao berkata kemudian bangkit dari sana dan mengusap puncak kepala Lisa lembut dan melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah.
Lisa langsung memukul udara kosong di depannya karena terlalu senang.
Ia langsung bangkit dari sana berniat menghubungi Sehun.
Ya, ponselnya ada dikamar.
Ia melirik Tao sekilas yang saat ini mengetuk pintu kamar orangtua nya kemudian melangkahkan kakinya dengan cepat.
Tak membutuhkan waktu yang cukup lama akhirnya ia sampai di kamar dan meraih ponselnya lalu mencari kontak Sehun.
Ia menempelkan benda pipih itu di telinganya seraya menggigit kuku-nya.
Senyumnya seakan tak akan pudar.
Wajahnya terlihat berseri saat ini.
Tetapi semua itu langsung luntur karena Sehun tak kunjung mengangkat panggilannya.
Ia kembali menelpon Sehun dan menggigit kuku nya dengan gemas.
Tak henti-hentinya ia bolak balik didalam kamar dan menggumamkan sesuatu.
Angkat...
Angkat...
Ya, ia terus menggumamkan itu.
Tetapi panggilan gak kunjung di angkat membuat Lisa terus menelponnya.
Sial.
Ia langsung menghela napas kasar saat panggilan nya tak kunjung di angkat.
Lisa kembali menelponnya dan secercah harapan muncul saat panggilan mulai tersambung.
"Seh---"
"Lisa?"
"Chanyeol?"
Ya, bukan suara Sehun yang ia dengar melainkan suara Chanyeol yang menyambutnya.
•••••••
Sehun terdiam dan menyenderkan punggungnya pada jeruji besi sembari memejamkan matanya.
Sial.
Kenapa ia harus ditahan hingga sidang selanjutnya dilaksanakan?
Untung saja ia hanya seorang diri dibalik jeruji besi itu. Tak ada tahanan lain.
Kepalanya terasa sakit.
Ia hanya berharap Chanyeol tak memberi tahu Lisa tentang apa yang ia alami saat ini.
Ya, ia sengaja memberi ponsel nya pada Chanyeol agar keluarga nya ataupun Lisa menelpon langsung diberi alasan yang masuk akal agar keluarga nya tak curiga.
Sehun membuang napas berat.
Keluarga Jeon benar-benar tak bisa di remehkan.
Bahkan keluarganya mengumpulkan banyak bukti atas apa yang Sehun lakukan dan menyingkirkan semua bukti tentang apa yang sebenarnya Jungkook lakukan.
Sehun mengepalkan tangannya dan memukul keningnya pelan.
"Bodoh..." desisnya tanpa membuka matanya.
Sehun merasa sendiri.
Apakah keluarga nya akan khawatir padanya?
Kenapa disaat ia tahu jika memiliki ibu-- ia harus terkena musibah seperti itu.
Sial.
Sehun terus mengumpat pelan dan merasakan lampu pada lorong disana dimatikan membuat ia membuka matanya dan mengedarkan pandangan sekitar.
Ia memandangi dirinya yang memakai baju tahanan.
Ck.
Benar-benar payah pikirnya.
Jika Lisa melihat dirinya yang payah seperti itu, ia pastikan jika wanita itu akan merasa jijik padanya.
Sehun menarik napas dalam dan berusaha memejamkan matanya kembali.
Lebih baik ia tidur dengan posisi duduk daripada tidur di atas kasur tahanan pikirnya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPBROTHER
Fanfiction"I hate him, mom!" - LM "Maaf ... ini semua salahku." - OSH