Happy Reading!
Mohon maaf jika ada typo.
••••••
Waktu sudah menunjukkan pagi hari, tetapi Lisa seperti tidak ada niat untuk bangkit dari kasurnya.
Ia terjaga sepanjang malam dan terus mengusap tangan Sehun yang memeluknya dari belakang. Ia masih memikirkan ucapan Ibunya itu.
Ingin sekali ia menolak kenyataan itu, tetapi ia mendengar itu dari mulut Ibunya sendiri.
Apa masih banyak hal lagi yang Ibunya sembunyikan? Dengan bodohnya Lisa percaya jika Ibunya menjalani hubungan dengan Sean setelah Ayahnya meninggal.
Tetapi apa yang dikeluarkan dari mulut Ibunya lagi membuat ia susah untuk menerima Sean sebagai Ayah barunya.
Lisa membalikkan badannya dan menatap wajah Sehun seraya memainkan jarinya di dada bidang pria itu.
Ia tahu apa yang mereka lakukan itu salah. Tetapi rasa sakit hati Lisa membuat semua apa yang ia pikirkan salah tidak terlalu penting lagi baginya.
Lisa menghela nafas pelan dan terus memandangi wajah Sehun yang tampak pulas.
Ia tersenyum geli, bagaimana bisa pria itu tidur dengan nyenyak setelah membuat bagian bawahnya Lisa benar-benar sakit.
Lisa tidak percaya memberikan kehormatannya demi memisahkan orangtua nya.
"Sampai kapan kau akan menatap wajahku?" sindir Sehun dengan suara serak.
Perlahan tapi pasti, pria itu membuka matanya dengan sempurna dan tersenyum geli melihat ekspresi terkejut yang diberikan Lisa padanya.
"A-aku pikir kau tidur..." ucapnya dengan terbata.
Sehun menarik tubuh Lisa agar lebih dekat dengannya dan menarik selimut yang mereka pakai hingga sebatas bahu.
"Bagaimana bisa aku tidur disaat adikku mulai mengeras karena tergesek dengan milikmu."
Lisa langsung mencubit perut Sehun gemas.
Sial.
Wajah Lisa jadi memanas karena ucapan pria itu.
Sehun hanya terkikik geli dan mencoba menahan tangan Lisa yang ingin mencubitnya kembali.
"Cubitanmu itu sakit," cibir Sehun membuat Lisa mendengus.
Lagi pula, salahnya sendiri membuat dirinya harus terkena cubitan, pikirnya.
"Lisa..."
"Hm?"
"Main sekali lagi, bagaimana?"
Tamatlah sudah, Lisa tidak memberi ampun pada pria itu, ia langsung mencubitnya tanpa memperdulikan ringisan yang dikeluarkan pria itu.
Bahkan selimut yang menutupi tubuh mereka mulai tidak beraturan.
Lisa menghela nafas pelan dan kembali menarik selimutnya lalu meraih ponselnya diatas nakas yang bergetar.