36

8.1K 845 13
                                    

•••••••

10.11 A.M

Sehun terdiam cukup lama. Ia larut dalam pikirannya dengan duduk seorang diri di halaman belakang.

Ia tak ingin ikut berkumpul dengan yang lain. Orangtua Tao datang kerumahnya ingin membahas perjodohan mereka.

Entah, Lisa menolak atau terima, Sehun tak ingin mendengarnya secara langsung.

Seharusnya ia pergi ke kantor saat ini. Tetapi berat rasanya meninggalkan rumah ity meski ia tak mau melihat atau mendengar mereka membahas tentang perjodohan itu.

Ia menarik napas dalam dan merasakan ponsel nya di saku bergetar. Ia menggeser icon hijau lalu ditempelkan pada telinga nya benda pipih itu.

"Hey! Bagaimana kabarmu?"

"I'm fine, aunty."

Ya, yang menelponnya adalah Jane.

Sial. Ingin rasanya Sehun menumpahkan semua perasaannya pada wanita itu agar lebih tenang.

"Suaramu mengatakan kau tidak baik-baik saja. Apakah Sean memperlakukanmu buruk?!" suara Jane terdengar meninggi di sebrang sana membuat Sehun ingin tertawa.

Ya, tertawa membayangkan wajah Jane dengan ekspresi marah nya.

Ia jadi bingung kenapa wanita itu tidak ingin bertemu Sean ataupun membiarkan Sehun bercerita tentang dirinya pada Sean.

"Aunty ... aku rasa aku tidak jadi menikah di Korea." Ucap Sehun dengan nada sendu.

Sungguh! Sehun merasa malu pada dirinya sendiri karena terlihat seperti pria pengecut.

Tapi, sepertinya bukan ide buruk untuk bercerita pada Jane.

"Kenapa?! Apakah ia meninggalkanmu?!"

Sehun tertawa pelan.

Meninggalkannya? Yang ada Sehun yang meninggalkan wanita itu.

Sehun menggeleng meski Jane tidak bisa melihatnya, "dia saudari kandungku dan Sean melarang hubungan kita."

Well, Sehun tak peduli jika Sean mendengarnya berbicara menyebut namanya tanpa embel-embel 'daddy'.

Dan siapa yang bisa Sehun sebut dengan itu saat ini? Ia bahkan merasa seperti anak yang dipungut.

Bukan berarti ia merasa iri karena Sean lebih khawatir pada Lisa.

Tetapi bukankah itu terasa tidak adil?

"Hey! Jangan berbicara omong kosong!"

"Tidak. Ia memang saudari kandungku. Ternyata Sean dulu selingkuh dari mommy dan menghasilkan anak dari wanita itu."

Ya, meski Ibunya sudah meninggal sebelum Lisa dibuat.

Tetapi sama saja 'kan? Apa lagi Ayah yang Lisa sebut sebagai Ayah kandungnya meninggal beberapa tahun lalu.

Bukankah cocok saja jika disebut mereka selingkuh?

Sehun bisa mendengar Jane menghela napas panjang disana.

"Kau tidak memiliki saudari kandung. Jadi jangan berbicara omong kosong."

"Tapi Sean mengatakan dia saudar---"

"Aku akan kesana esok hari. Biarkan aku bertemu dengan daddy-mu itu."

Belum sempat Sehun menjawab, ia sudah mendengar Sean memanggil namanya dari dalam.

"Baiklah. Sampai ketemu esok hari, Aunty. Aku akan mematikan sambungan telponnya." PIP.

Sehun bangkit dari sana dan kembali memasuki ponselnya kedalam saku celana.

Ia menarik napas dalam dan mulai melangkahkan kakinya dengan berat hati.

Ya, ia tidak ingin melihat mereka membahas tentang perjodohan itu.

Ia bisa melihat Lisa duduk dengan menundukkan kepalanya di sebelah Tao.

Sehun memilih duduk di sebelah Larisa dan menoleh pada Sean.

"Kenapa?" tanyanya tak minat.

Ia juga tak mau menoleh untuk melirik Lisa.

Ya, lagi pula wanita itu juga tidak ingin melihatnya.

"Tidak ada. Mungkin akan lebih baik membahasnya bersama." Balas Sean santai membuat Sehun menggerutu dalam hati.

Sial.

Jika saja Sean bukan Ayahnya, mungkin Sehun berani bersumpah membuat pria itu menyesal karena membuat Lisa dan dirinya tertekan demi ego yang ia mau.

•••••••••••

07.27 P.M

Sehun langsung membuka pintu nya saat mendengar ada yang mengetuknya.

Entah, ia harus bereaksi seperti apa karena melihat Lisa di depan pintu kamar nya memakai dress hitam selutut dengan bagian punggung yang belum tertutup sempurna.

Ah, Sehun baru ingat jika ia ingin kencan dengan Tao.

Ia melirik wanita itu yang hanya memasang tampang datar.

"Bisakah kau menariknya? Aku kesulitan menariknya." Pinta Lisa dengan nada dingin lalu membalikkan badannya.

Sehun tersenyum miris.

Ia menarik napas pelan dan mulai mengulurkan tangannya di punggung Lisa.

"Jangan menyentuhku. Aku hanya meminta tolong padamu karena Tao sedang mandi." Sahut Lisa dengan nada tajam membuat Sehun mengangguk di belakang nya.

Ia mulai menarik resleting itu dengan perlahan dan terus memerhatikan punggung Lisa. Ingin sekali ia memeluk wanita itu.

Tepat ketika ia sudah menarik resleting nya hingga atas, ia langsung membalikkan badan Lisa agar berhadapan dengan nya.

Lisa mengulum bibirnya dan memalingkan wajah nya.

Hatinya masih berdegup dengan kencang jika berhadapan dengan pria itu.

Tapi, sekeras apapun mereka berjuang ataupun bertahan. Mereka juga tak mungkin bersama.

Ya, mengingat Larisa juga sudah menjelaskan jika ia memiliki hubungan darah dengan Sehun.

Sial.

Ia merasakan tangan Sehun yang memegang wajahnya.

"Aku turut senang mendengar kau menerima perjodohan itu." Desisnya dan memainkan tangannya pada pipi Lisa.

Ia tak melihat lagi perban kecil yang menutupi luka di pelipisnya dan juga plaster pada sudut bibir wanita itu.

Lisa menelan saliva nya susah payah lalu menurunkan tangan Sehun dengan perlahan.

Ia mengangkat wajahnya lalu menatap mata elang Sehun.

Wanita itu mengangkat tangannya dan mengusap pipi Sehun dengan lembut.

"Jangan berkata seperti itu." Balasnya dan sedikit berjinjit kemudian mencium Sehun lembut yang disambut dengan Sehun yang menarik tubuh wanita itu agar lebih mendekat dengan nya.

Lisa rindu pada pria itu meski ia tinggal satu atap dengan kamar yang saling berhadapan.

Ia rindu pada pria itu yang bersifat jahil dengan tingkah mesum nya.

Lisa benar-benar rindu pada sosok Sehun.

Perlahan ia memundurkan wajahnya lalu menapak kan kakinya kembali.

Sehun mengatur napas nya, sama hal-nya dirinya.

"Aku tak menyangka kau membiarkanku dijodohkan dengan pria lain." Desis Lisa dengan nada kecewa dan memeluk pria itu.

Sehun menundukkan kepalanya lalu mengecup puncak kepala Lisa cukup lama.

"Maaf ... ini semua salahku."





















TBC

STEPBROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang