Sider?
Maap ya lama up. Lagi puyeng mau lebaran jadi mau mikir yg ringan2 dlu wkwk.
Mohon maaf jika ada typo dan salah kata karna kadang saya nggak fokus jadi salah pilih autocorrect :v
••••••
Tak henti-henti nya Sehun mengumpat hingga membuat Jane memijat kening nya pelan karena merasa pusing.
Ya, karena tidak ada penerbangan menuju New York untuk dua hari ke depan membuat ia menjadi ingin menyerahkan dirinya saja pada Sean.
Geez!
Tidak henti-hentinya juga ia menelpon Ten untuk menanyakan wanita nya itu yang sudah menghilang cukup lama.
Sehun juga meminta Taeyong untuk memantau rumah nya, apakah Lisa di bawa pergi kesana atau tidak.
Tetapi sayang, wanita nya itu tidak ada disana membuat ia ingin menghubungi Sean dan memilih di jodohkan biar semua fasilitas miliknya dikembalikan hingga ia bisa menggunakan pesawat pribadi untuk bisa pulang.
Sial.
Entah, Sehun menjadi emosi sendiri.
Chanyeol juga memberi kabar jika Sean juga belum menemukan Lisa bahkan masih menuntut karyawan di kantor untuk mencarinya yang berarti Sean tidak membawa atau menemukan wanita nya itu.
"Tenang, Hun..." lirih Jane menenangkan lalu mengusap pundak pria itu lembut.
Ia ingin membantu pria itu tetapi untuk fasilitas pesawat pribadi sudah tidak ada ia miliki karena sebagian besar harta yang di miliki keluarga nya jatuh pada Sean karena telah mengasuh Sehun.
Sehun membuang napas dalam.
Bagaimana ia bisa tenang? Ia sedang jauh dari New York dan wanita nya itu entah berada dimana saat ini.
Jika saja ia berada di New York mungkin ia akan menghajar Ten habis-habisan karena terlalu ceroboh.
Ya, ceroboh hingga membuat Lisa di culik dalam apartment nya.
Bukankah itu benar-benar gila?
Sehun menarik napas dalam dan melirik Grandpa nya -Tony- menatapnya sendu.
Ia kembali melirik Jane yang juga menatapnya khawatir.
Sepertinya ia benar-benar harus menyerahkan diri nya pada Sean agar bisa cepat pulang ke New York dan mencari Lisa.
Ia menurunkan tangan Jane dari pundak-nya lalu pamit dari sana menuju kamar miliknya.
"Aku tidak tega melihatnya seperti itu." Ucap Jane getir.
Tony menghela napas pendek. "Seharusnya kau tidak perlu berpura-pura mati waktu itu jadi anak-mu tidak menyedihkan seperti saat ini karena telah dirawat oleh Sean."
Jane membuang napas pelan.
Ya, ia merasa terlalu bodoh memanipulasi kematian nya karena Sean hanya memanfaatkan keluarga nya.
Ia jadi merutuki dirinya sendiri karena membuat membuat Sehun tidak menyadari jika ia adalah Ibu kandungnya.
••••••••••
Cukup lama Sehun berdiam di kamar sebelum memantapkan keputusan nya untuk menghubungi Sean.
Tanpa perlu ia mencari nomor pria itu juga ia sudah menghafal nomor Sean di luar kepala.
Yang perlu ia pikirkan saat ini adalah keselamatan Lisa.
Entah, ia merasa menjadi pria bodoh karena membuat wanita itu menghilang.
Sehun bersumpah pada diri nya sendiri. Jika ada yang terjadi pada wanita nya itu, ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.
Dengan berat hati Sehun membuka ponselnya lalu mengetik nomor Sean yang sudah ia hapus.
Ia menempelkan benda pipih itu pada telinga nya.
Sehun tak berhenti mondar mandir menunggu panggilan tersambung.
"Who is this?" tanya Sean langsung dengan nada dingin saat panggilan tersambung.
Seulas senyum terukir di wajah Sehun dengan perasaan lega.
"Dad..."
"Sehun? Dimana kau membawa Lisa?!"
Sehun menjauhkan benda pipih itu dari telinga nya.
Sial.
Gendang telinga nya bisa pecah karena mendengar suara Sean yang cukup nyaring dengan intonasi marah di sebrang sana.
"Chill out, Dad. Lisa bersamaku." Balasnya berbohong.
Tak mungkin 'kan ia bilang Lisa telah menghilang? Yang ada Sehun bisa memastikan Sean langsung membayar orang untuk mencari wanita itu dan tidak akan membiarkannya untuk menemui wanita itu lagi.
Sehun bisa mendengar napas berat Sean yang tak teratur disebrang sana.
Ya, pria itu mencoba menahan amarah nya yang ingin meledak lebih besar.
Tetapi rasa khawatir Sehun membuat ia tak memperdulikan itu.
"Aku di Jerman bersama Lisa." Lanjutnya lagi.
"Ka----"
"Apakah penawaran perjodohan itu masih berlaku?" sela Sehun memotong ucapan Sean.
Ya, ia tahu pria itu ingin memarahi nya karena berada di Jerman saat ini.
But hell.
Apakah pria itu tidak memerhatikan kode nomor yang Sehun pakai untuk menghubungi nya saat ini?
Sean menarik napasnya dalam di sebrang sana.
Sehun juga bisa mendengar suara Larisa yang menanyakan Lisa dengan isak tangis yang berarti Sean sedang berada dirumah saat ini. Sehun menjadi seperti orang bodoh membuat banyak masalah.
"Kenapa? Kau berubah pikiran?" tanya Sean dan nada bicaranya sudah tidak seperti tadi bahkan menjadi tenang.
Sehun bergeming sejenak dan memilih duduk di atas kasur terlebih dahulu.
"Tapi ... jika aku menerima perjodohan itu, apakah semua fasilitasku yang daddy tarik akan kembali?"
Sehun mengumpat dalam hati.
Ia yakin Sean tersenyum di sebrang sana.
"Tentu saja." Jawabnya tegas.
Sehun kembali bergeming.
Ia kembali memikirkan keputusan nya saat ini.
Jika memang itu cara terbaik, mungkin Sehun akan melakukannya meski sulit ia menerima kenyataan jika ia memang tidak bisa bersama Lisa.
Ia memejamkan matanya perlahan dan mendengar Sean yang memanggil nama nya di sebrang sana.
"Dad ... aku ingin menerima perjodohan itu."
TBC.
DON'T BE SIDER PLISEUUUU