Bagian Empat

9.2K 575 2
                                    

Waktu terasa berjalan cepat. Besok Alethea akan kembali lagi ke Yogyakarta dan hari ini ia sedang menunggu bunda pulang dari belanja oleh-oleh untuknya. Alethea harus segera bicara tentang perjodohannya dengan Aldi.

Selama beberapa minggu ke belakang Alethea sudah berusaha menuruti mau bunda. Jalan dengan Aldi, makan bareng, nonton, bahkan dinner yang Alethea yakini hasil settingan orang tuanya dan Aldi pun sudah. Tapi ini bukan yang ia mau.

Untungnya bunda masih mau mengerti. Bunda bilang tidak memaksa. Setidaknya Alethea sudah mau mencoba dan kalau memang tidak cocok ya mau diapakan lagi? Alethea bisa hidup dengan tenang.

Kembali ke Yogyakarta, Alethea segera melengkapi berkas-berkas yang ia butuhkan untuk mendaftar program double degree itu. Ia menginginkannya dengan amat sangat. Dan lagi, ia masih memikirkan Faisal. Tapi ia berusaha keras untuk mengabaikan isi otaknya. Ia butuh double degree ini. Selama tiga semester di depan ia akan berada beribu-ribu mil jauhnya dari semua orang dan ia yakin kalau mimpinya akan cepat tercapai.

Sebenarnya Alethea menyadari beberapa orang mendekatinya. Wildan salah satunya. Bahkan laki-laki itu tak ragu membelikan hadiah mahal ketika Alethea berulang tahun hingga Alethea merasa tidak enak. Hhh... Andai saja mereka semua mengerti.

Satu bulan, dua bulan, tiga bulan, hingga bulan keempat di semester ketiga, Alethea menyerahkan semua berkasnya. Butuh dua minggu proses seleksi. Kalau ia lolos seleksi berkas, ia akan maju ke tahap wawancara yang akan dilanjutkan dengan pengumuman mahasiswa yang lolos.

Dua minggu penuh ketegangan berhasil Alethea lalui. Ketika menerima e-mail dari universitas, ia tak henti mengucapkan syukur dan hampir saja menangis kalau saja tidak sadar di mana ia berada saat itu. So, Alethea langsung menghubungi sudaranya di Jakarta untuk meminta saran. Alethea tau kakak sepupunya yang satu itu pasti berpengalaman. Dilihat dari bagaimana wanita itu menjawab semua pertanyaan yang ada di benak Alethea.

Bagus! Semua berjalan lancar...

Hari ketika Alethea dipanggil ke ruang sidang dan diwawancarai, jangan tanyakan bagaimana keadaannya. Keringat dingin dan tangan yang hampir lumpuh tidak bisa merasakan apapun. Tapi untungnya Alethea bisa menguasai diri hingga mampu menjawab pertanyaan penanya tanpa suara bergetar.

Kali ini Alethea tidak tau kapan pengumuman akan diberikan. Para penilai hanya memberitau untuk bersabar dan menunggu.

Dag dig dug!

Kira-kira seperti itu suara detak jantung Alethea tiap kali menerima e-mail baru. Padahal hanya pemberitahuan spotify atau twitter yang sudah lama sekali ia tinggalkan. Bahkan saat melihat Faisal kini ia tidak lagi merasakan apa-apa. Oh, betapa ia sangat bersyukur untuk hal yang satu itu. Semua kembali berjalan normal dan baik-baik saja. Oh, ralat! Lebih dari luar biasa.

Di hari keempat, Alethea menerima e-mail pengumuman yang menyatakan ia lolos dan harus segera melengkapi berkas lain.

Euforia yang Alethea tunjukkan hari itu mampu membuat semua temannya terheran-heran hingga bingung mau bertanya bagaimana karena Alethea langsung menghilang hari itu untuk mengambil berkas-berkasnya di kost.

Tapi ada satu hal lagi yang perlu ia lakukan. Memberitahu orang tuanya. Pasti mereka akan terkejut. Papi pasti akan bangga. Tapi bunda?

Oh my God....

Dan sesuai dugaan, butuh beberapa hari bagi Alethea untuk meyakinkan bunda kalau ia akan bertanggung jawab akan kehidupannya di Jerman nanti. Toh ia sudah mendapatkan beasiswa penuh. Orang tuanya tidak perlu khawatir lagi, kan?

........

Atau mereka memang perlu.

Tak perlu dijelaskan bagaimana kehidupan Alethea di Aachen. Tapi yang pasti kota itu telah semakin membentuk Alethea menjadi perempuan yang berbeda. Dari tiga semester yang ia jalani, Alethea hanya sempat pulang sekali, ketika libur musim panas. Itu pun liburan yang sangat singkat dan Alethea tidak keberatan. Ia lebih nyaman ketika hidup sendirian. Dan jalan menuju tujuannya semakin pendek. Ia patut berbangga akan hal itu. Beasiswa ini tidak akan ia sia-siakan.

Impulse (editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang