Bagian Dua Puluh Lima

6K 416 4
                                    

Tok! Tok! Tok!

Oh come on...!

Tok! Tok! Tok! Tok! Tok!

"Where the fuck is she??"

Suara desisan terdengar begitu saja di lorong apartemen Alethea. Dalam hati Adam berdoa semoga Alethea belum terbang. Banyak penjelasan yang harus perempuan itu berikan padanya.

"Mas Adam?"

Otomatis kepala Adam bergerak dan menoleh ke arah lift. Terlihat Alethea dan seorang perempuan lain yang memasuki unit di sebelah unit Alethea. Alethea terlihat ragu untuk melangkah, tapi langkahnya terus tercipta menuju Adam.

Rahang Adam mengeras dan ia bisa mencengkram lengan Alethea dengan cepat, segera setelah Alethea berada di jangkauannya. Belum sempat Alethea melawan, ia menarik lengan Alethea sehingga perempuan itu mendekat lalu mendorongnya hingga punggung Alethea menabrak pintu unit, mengurungnya di sana.

"Apa maksud kamu membatalkan perjodohan gitu aja, Al?"

Alethea sendiri membenci dirinya yang begitu lemah di hadapan Adam seperti ini. Ia tidak pernah suka menjadi lemah di hadapan laki-laki. Terlebih ketika ia harus kesusahan mencari kata-kata seperti ini. Memangnya kenapa, hah? Kenapa ia harus sampai ketakutan seperti ini? Adam hanya laki-laki biasa seperti yang lain. Ia berhak menolak perjodohan itu.

"Jawab, Al!"

Jarak wajah mereka kurang dari sepuluh senti dan Alethea masih bungkam. Tak satupun kata bisa keluar dari mulutnya.

"Apa aku memang nggak pernah punya kesempatan, Al? Apa pernyataan cintaku nggak pernah berarti apa-apa untuk kamu, Al?"

Adam mencari. Tuhan tau ia berusaha mencari jawaban dari sorot mata Alethea yang memancarkan ketakutan. Oh, apa yang sedang ia lakukan? Ia akan menyakiti perempuan itu.

Dengan satu helaan napas, Adam menunduk dan melepaskan Alethea perlahan. Satu langkah ia ambil untuk mundur. Tanpa menatap perempuan di hadapannya, Adam berkata, "Semoga kamu berbahagia dengan pilihan kamu, Al."

Bisa Adam rasakan Alethea langsung masuk ke unitnya setelah Adam berbalik untuk pergi. Ia kacau sekali. Rumah sakit ia tinggalkan begitu saja ketika pasien terakhir keluar dari ruangannya. Bahkan ia tak sempat berpikir untuk makan siang hanya demi menemui Alethea.

Mobil yang Adam kendarai mengarah ke sebuah club malam. Tempat yang sudah lama sekali Adam tinggalkan. Sepertinya keadaan Adam memang sudah terlalu kacau untuk memikirkan yang lain. Kepalanya tak henti memikirkan Althea yang akan pergi jauh. Jauh sekali. Bahkan Adam hampir tidak pernah memikirkan tujuan kepergian Alethea itu. Perempuan aneh!

"Sendirian?"

Adam menoleh dan melihat seorang perempuan di sampingnya dalam pandangan kabur dan malas. "Yup."

"Mau kutemani?"

"Aku mencari pelampiasan, bukan teman." Kembali Adam memesan dan dengan cepat ia merasakan sentuhan di lengan bagian atasnya.

"Apapun itu namanya," bisik perempuan tadi. Begitu seksi, begitu menggoda. Tapi Adam tidak mendengarnya begitu. Well, mungkin perempuan ini tidak buruk juga.

Segera setelah isi gelasnya tandas, Adam mengikuti perempuan tadi.

Malam ini Adam tidak bertindak dengan akalnya. Malam ini akan ia salahkan pada perempuan yang kini sudah berada di jalan menuju bandara. Malam ini biar alkohol dan sex yang akan meredam kemarahannya. Malam ini Adam tidak lagi peduli.

.........

Kalau dulu setelah pulang dari rumah sakit Adam akan langsung pulang atau mungkin ke klinik sebentar, kali ini berbeda. Sejak malam itu, Adam jadi jarang pulang ke apartemennya sendiri. Malam-malamnya ia habiskan di dua tempat. Club dan trotoar seberang jalan apartemen Alethea.

Impulse (editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang