Bagian Dua Belas

6.2K 423 3
                                    

Hari Rabu, bunda tidak lagi ingin ikut Alethea bekerja. Beliau memutuskan untuk menunggu kedua putrinya di apartemen saja. Ketika jarum jam menunjukkan pukul setengah tujuh, Alethea muncul dari balik pintu. Tapi ia langsung mandi dan bersiap untuk keluar lagi. Kali ini Alethea mengenakan jeans hitam, hoodie dengan corak army, dan sepatu converse putih dengan dilengkapi jam tangan hitam dan tas punggung hitam kecil.

Setelah pamit, Alethea langsung menuju mall tempat ia, Rendy dan Vidy janji untuk bertemu. Mereka hanya menghabiskan waktu dengan jalan-jalan, bermain, makan dan mengobrol panjang lebar soal... apapun. Malam itu Alethea melupakan pekerjaannya dan bersenang-senang. Bahkan mereka bermain di timezone dan menghabiskan sejumlah uang yang tidak bisa dibilang sedikit.

"Ren, itu siapa, ya? Gue kayak kenal," tanya Vidy pada Rendy di sampingnya.

Rendy yang dipanggil langsung menoleh dan berkata, "Oh. Calon suaminya Ale."

"Bukan! Itu juga gue tau! Yang pake baju kuning itu!"

"Nah itu si Kay! Lo lupa?"

Alethea hanya menggelengkan kepalanya tak percaya. Memang seharusnya ia mendaftar pekerjaan di Singapura saja, seperti kata omnya. Tapi ia sudah terlalu nyaman dengan pekerjaannya sekarang. Theres no way she's gonna trade that with anything.

"Wah, ada pelakor nih."

Bfffhhh...

Alethea memutuskan untuk tidak mendengarkan dan tetap memainkan hapenya. Hingga akhirnya ia tau langkahnya dihalangi. Oleh siapa lagi kalau bukan oleh Kayla? Oh, dunia begitu sempit kan?

"Mau ngapain di sini? Pengemis tuh di luar, bukan di sini," ujar Kayla penuh nada sinis.

Alethea hanya menggeleng tak percaya dan berusaha menghindar. Kedua temannya juga berusaha tak menghiraukan Kayla. Sayangnya, teman Kayla yang bernama Sekar dan notabene pacar Adam malah ikut-ikutan.

"Eh, temen gue lagi ngomong! Budeg, ya?!"

"Oh ini temen lo?" Akhirnya Rendy buka suara diikuti tawa kecil. "Kirain tong sampah. Ya kita hindari lah."

"Badan gue seksi begini lo bilang tong sampah? Ngaca dong! Temen lo yang sampah ini nggak pantes ada di sini," Kayla kembali membuka mulut sambil menekankan kata sampah.

Alethea? Perempuan itu bukannya marah, malah terlihat jenuh.

"Haha! Emang sih, ketahuan. Anaknya aja sampah, nggak berguna, orang tuanya apalagi. Malah ngejodohin sama pacar orang."

Detik itu juga pandangan Alethea menatap Kayla tajam. Dalam sedetik tangan Alethea menyentuh pangkal leher Kayla cepat penuh penekanan dan membuat perempuan itu mundur dan memegangi lehernya dengan pandangan penuh kesakitan.

"Apa-apaan lo!" maki Sekar yang kemudian ditepis oleh Alethea. Urusannya dengan Kayla dan Sekar tidak berhak ikut campur.

"Apapun yang terjadi di Canvas enam bulan lalu, gue punya bukti," ujar Alethea pelan, tapi cukup didengar oleh keempat orang lain di sana, apalagi Kayla. "Lo hutang satu ke gue dan jangan pernah macam-macam soal itu. Apalagi sampai menyebut orang tua gue dengan mulut kotor lo atau mempengaruhi teman lo yang kelewat polos ini. Dengar, kan... Penghasut?"

Kayla tidak mengangguk ataupun melawan. Mungkin ia terlalu fokus dengan rasa perih di lehernya akibat sodokan Alethea di lehernya.

"Lo cukup tau apa yang harus dan nggak harus lo lakukan kalau nggak mau jasad seksi lo ini hidup di penjara..." Alethea terlihat berpikir sebentar lalu berkata, "Oh sorry. Maksud gue, pulang ke penjara."

Lalu begitu saja Alethea menegakkan tubuh dan menoleh ke Rendy dan Vidy yang sudah tersenyum puas melihat keadaan Kayla. "God, gue laper banget, guys!"

Impulse (editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang