Suara percakapan yang memenuhi telinganya membuat Alethea membuka mata pada akhirnya. Entah kenapa kelopak matanya susah sekali untuk dibuka. Dan ketika ia berhasil melakukannya, ia menyadari kalau ia berada pada ruangan yang asing. Samar-samar ia bisa melihat meja kayu jati yang terlihat kokoh. Lalu agak jauh di depannya berdiri seorang laki-laki paruh baya dengan setelan abu-abu muda dan kemeja biru sedang berdiri dengan kedua tangan di sembunyikan di saku. Sedangkan di belakang pria itu seorang wanita paruh baya sedang menutup mulut karena terkejut.
Wait a minute....
Did I....?
Alethea mengerjapkan matanya beberapa kali dan menyadari deru napas teratur di samping kepalanya bersamaan dengan beban di perutnya yang terasa ganjil. Sekali lagi ia mengerjapkan mata dan merasakan pandangannya semakin jelas.
Ketika bangkit untuk duduk, Alethea mengangkat jaket bomber hitam yang wanginya menyeruak ke hidungnya saat itu juga. Kalau diperhatikan sepertinya ia mengenali jaket ini.
"Enngghh??"
Alethea menoleh dan mendapati laki-laki yang tidur memeluknya barusan ikut terbangun.
Wait...
"Al? Kamu udah bangun?" Suara serak Adam bagai sengatan listrik yang langsung membawa Alethea ke alam sadar saat itu juga.
Kembali Alethea menolehkan kepalanya dan kali ini mendapati dua orang yang tadi sempat ia lihat masih menatap ke arah mereka dengan pandangan aneh.
Oh, hell! Memangnya lo berharap mereka akan menatap kalian dengan pandangan seperti apa, Alethea???
Dalam sedetik, Alethea sudah bangkit dan menghadap ke orang tua Adam dengan canggung. "Om, tante... Kami nggak..."
"Kami mengerti kok, Al," potong papa Adam dengan suaranya yang penuh wibawa.
"Ma? Pa?" Kali ini Adam yang bangkit dan bersiap menghadap kedua orang tuanya.
"Ini salah paham aja, Om, Tante. Kami...."
"Sudah, sudah." Dengan tenang mama Adam bersuara. Sepertinya keterkejutannya tadi masih terasa tapi tidak lagi terlihat nyata. "Kalian bersih-bersih dulu, ya? Ini sudah jam lima pagi, sekalian sholat subuh."
"Ale langsung pamit aja, Tante."
Belum sempat mendapatkan punggung tangan mama Adam untuk disalami, wanita itu langsung bertanya, "Ini masih subuh, Al. Kamu yakin mau pulang sendiri? Biar Adam yang antar, ya?"
"Nggak perlu, Tante. Ale juga ke ruangan papi aja." Setelah berpamitan, Alethea langsung ke luar ruangan itu. Samar-samar ia mengingat kejadian tadi malam.
Ia dan Adam banyak mengobrol yang Alethea yakini utuk mengalihkan perhatiannya dari kondisi papi. Lalu malam semakin larut dan Alethea tidak ingin kembali ke ruangan tapi tidak bisa bertanya siapa saja yang akan pulang karena hapenya mati dan belum ganti nomor Indonesia. Then Adan memutuskan untuk membawanya ke ruangan papanya yang berada di lantai paling atas. Mengobrol sebentar dan keduanya kelelahan.
Entah apa yang membuat mereka tertidur dalam kondisi seperti itu, Alethea tak mengerti. Tidak ada penyebab yang pasti.
Damn! Apa yang akan ia jelaskan pada orang rumah nanti??
..........
Bersyukur orang rumah sedang memikirkan kondisi papi, Alethea tidak perlu banyak berkelit untuk membuat alasan tentang keberadaannya semalam meskipun nama Adam disebutkan.
"Lagi ngapain, Al?"
Alethea mendongak dan mendapati mama Adam ikut duduk bersamanya di taman rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impulse (editing)
Romansa(MATURE CONTENT!! PLEASE CHOOSE YOUR STORY CAREFULLY) Bagaimana jika hal yang selama ini kamu hindari adalah sumber kebahagiaan orang tuamu? Selama ini Alethea berpikir mimpinya akan membawa kebahagiaan juga kebanggan bagi orang tuanya. Ia tidak sep...