Bagian Dua Puluh Dua

5.9K 425 5
                                    

"...Yeah, there's this skill that I was trying to learn. I mean some of us just want to live our lives peacefully."

"Kamu udah hebat banget kok, Al."

"Mmm. Belum, Mas. Masih kurang. One more step then I'll be happy."

"Kamu serius dengan keputusan kamu ini?"

"Yap."

"Kalau aku ke Surabaya dan melamar kamu lalu ikut pergi sama kamu, kemana pun itu, apa kamu mau?"

Alethea mendongak dan menatap wajah laki-laki di sebelahnya. "Mas sadar kan lagi ngomong sama siapa?"

Laki-laki itu mengangguk yakin dan menjawab, "Satu-satunya Alethea yang aku cintai. No one else."

"Well, Mister. Sepertinya Anda sudah mulai lelah, ya? Gimana kalau kita makan aja sekarang? Terus pulang karena aku harus mulai laundry semua baju dan mikir untuk wardrobe clear out."

"Al..."

"Hmm?"

"Aku serius."

Alethea merasakan genggaman di tangannya semakin erat tapi tidak menyakitinya. Begitu terasa memiliki dan lembut hingga Alethea harus mengurungkan niatnya untuk melangkah menjauhi laki-laki itu. "Aku sudah dijodohkan, Mas," kata Alethea akhirnya.

"Tapi kamu juga nggak akan terima perjodohan itu, kan?" Laki-laki itu tak menyerah. Ia menginginkan Alethea sejak lama sekali. "Bawa aku ke rumah kamu, Al. Biar aku tunjukkan sama orang tua kamu kalau cuma aku yang pantas buat kamu."

"Mas, kamu udah aku cuekin berkali-kali, aku jauhin, aku tolak mentah-mentah. Kenapa masih mau sama aku?"

"Karena cuma kamu yang bisa bikin aku jatuh cinta sampai begini, Al. Harus gimana lagi aku ngomongnya? Cuma sama kamu aku merasa lebih hidup. Aku rela kalau harus ninggalin perusahaan aku untuk kamu. Asalkan aku nggak kehilangan kamu."

"Mas...."

"I'm in love with you, Alethea."

"I know, Mas. You've told me million times."

"And...?"

"And I'm still not falling in love with anyone."

Tanpa ragu Alethea menarik tangan laki-laki itu dan mereka menuju lift yang akan membawa mereka ke basement tempat mobil laki-laki itu terparkir. Rasanya sudah lama sekali sejak Alethea berjalan berdampingan dan berada dalam satu mobil seperti ini dengan laki-laki itu.

"Kita bisa lebih sering kayak gini kan, Al? At least sebelum kamu pergi."

"Well, aku bisa cari waktu. Asal besoknya aku nggak harus meeting or else, maybe." Memberikan harapan kepada orang lain bukanlah hal yang biasa Alethea lakukan. Selalu menjadi dirinya yang super realistis. lagipula ia sendiri sudah tau bagaimana rasanya diberikan harapan tapi malah harus jatuh karena tak kesampaian.

"I miss us," kata laki-laki itu. Sementara Alethea hanya menggelengkan kepalanya tak percaya. Orang-orang macam ini akan musnah karena cinta.

"Besok kamu bisa jemput aku di kantor jam 5. Then we can just hang out."

"Sounds great."

Okay. Alethea bisa bernapas lega. Setidaknya ia tidak akan membuat laki-laki itu sedih atau tersakiti. Ia hanya ingin bersikap seperti biasa.

..........

Adam sudah pasti mengetahui kepulangan Alethea seminggu lalu. Dan Alethea sangat gemas dengan Ramond yang tak kunjung mengirimkan e-mail tentang kepindahannya. For God's sake! Pelatihan itu sudah ia laksanakan dengan amat sangat baik! Bahkan Alethea awalnya berpikir ia tak akan melewatinya tapi ia berhasil dengan baik.

"Miss, ada yang ingin bertemu dengan Miss Ale," ujar Siska dari intercom.

"Who is it?" tanya Alethea tanpa minat.

"Dokter Davi, Miss."

Oh my God! "Saya sibuk. Just tell him I'm in the middle of important meeting or some sort."

Aleteha kembali menatap layar komputernya. Tak sampai lima menit, ia bangkit dan membawa laptopnya menuju ruang teknisi. Pekerjaan masih menunggunya dan ia tak berniat untuk menemui Adam secepat ini. Selama surat keputusan belum turun, ia masih memiliki pilihan untuk menghindar.

Berjam-jam hingga akhirnya pukul lima sore menjelang. Aleteha mengemasi semua barangnya dan menerima pesan yang mengatakan seseorang sudah menunggunya di bawah. Okay. Time to go.

Keluar dari lift, Alethea bisa melihat laki-laki yang kemarin sudah menunggunya dengan satu tangan tersembunyi di balik punggung. Senyuman laki-laki itu menyambut Alethea dan perempuan itu menerima pelukan hangatnya.

"Para sayo," ucap laki-laki itu sambil mengeluarkan sekotak coklat special dari balik punggungnya.

Tanpa bisa menahan diri, Alethea tertawa. Lucu sekali bagaimana laki-laki itu masih mengingat hobi Alethea yang satu itu.

Bertahun-tahun lalu Alethea sempat kagum dengan seorang penyanyi dari Filipina dan sampai pada tahap perempuan itu sempat belajar Tagalog beberapa bulan. Tapi kemudian Alethea merasa bosan dan berhenti. Tapi ia cukup mengerti para sayo yang berarti 'untuk kamu' itu.

"Thank you so much, Mas," ucap Alethea tulus.

"You're very much welcome, Honey." Tanpa ragu laki-laki itu mengelus lembut rambut Alethea yang hari itu tergerai hingga ke punggungnya. "Shal we?"

Alethea hanya mengangguk dengan senyuman sebelum menoleh ke arah pintu keluar. Tapi pemandangan di depannya membuatnya melebarkan pupil. He's fucking here?!!

"Hai, Al," sapa Adam dengan senyuman miring. Tapi matanya menunjukkan kemarahan dan kesedihan. "Aku dengar kamu pulang."

"No, saya nggak lama di sini. Apa ada yg perlu dibicarakan, Mas?"

"Should I just wait for you in the car, hun?" Laki-laki di samping Alethea membuat perempuan itu menoleh.

"Don't bother. Ale akan pulang dengan saya."

"Anda pikir Anda siapa bisa mengatur saya seperti itu? Terutama mengenai calon istri saya."

"Oh, calon istri!" Adam membelalakan matanya dengan dramatis dan berkata, "Lucu sekali, ya? Mengingat orang tua kami sudah setuju untuk menikahkan kami bulan depan. Jadi, kapan tepatnya tanggal pernikahan kalian?"

"Bulan depan?!!"

Jangankan laki-laki tadi, Alethea pun terkejut hingga membelalakkan mata. Damn! Ramond harus cepat menurunkan surat keputusan itu!

"Got some words?" tanya Adam lagi.

"No, I got none," Alethea menjawab dengan tenang. Kepalanya menoleh dan menatap ke arah laki-laki di sampingnya. "Come on, Mas."

"Kamu sadar kalau aku bisa berkata apapun sama orang tuamu kan, Al?"

Pertanyaan itu mampu membuat Alethea menghentikan langkahnya. "Jadi itu yang bisa kamu lakukan, Mas? Mengancam dan memanfaatkan orang tua saya?"

"Well, orang-orang akan dengan gamblang mengatakan kalau aku adalah orang yang bisa menggunakan segala macam cara untuk mendapatkan apapun yang aku mau."

Son of a....

----------

07/09/2018

edited : 09/14/2020

Impulse (editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang