Bagian Delapan Belas

6K 442 7
                                    

"Ale masih di kamar. Kamu masuk saja, Nggak pa-pa. Tapi jangan ditutup, ya? Mungkin dia ketiduran."

Adam mengangguk dan tersenyum sopan. Segera ia menuju kamar yang ditunjuk papi Alethea dan mengetuk pintunya yang tertutup. Tak mendengar jawaban, Adam memutar kenop pintu dan mendorongnya.

Benar-benar luar biasa bagaimana Alethea masih bisa terlihat cantik meski posisi tidurnya tidak bisa dikatakan anggun. Perempuan itu bahkan tidak tidur sesuai posisi kasur. Ia tidur melintang dan meringkuk dengan salah satu kakinya menggantung di tepi kasur. Pasti akan sakit kalau bangun nanti.

Tanpa ragu Adam duduk di ujung kasur dan menyingkirkan beberapa helai rambut Alethea yang menutupi wajahnya. Wajah Alethea tidak berminyak seperti wajah perempuan kebanyakan. Untuk tingkah anehnya, Alethea bahkan tidak mendengkur untuk melengkapi itu semua. Dan untuk perempuan yang cukup waspada, Alethea bahkan tidak bergerak sedikitpun saat Adam menggenggam tangannya.

"Al," panggil Adam. Diusapnya rambut Alethea lembut sambil mencoba membangunkan si empunya. "Sayang, bangun yuk!"

Tangan Adam turun ke wajah Alethea, memperhatikan setangah wajah Alethea yang membuatnya menggoda untuk diberikan kecupan kecil. Lalu ke lehernya. Pasti menyenangkan mendengar desahan dan lenguhan Alethea saat bagian itu ia sentuh.

Mengalihkan pikirannya, Adam menyentuh pundak Alethea dan mulai mengguncang pelan. Dan karenanya, Alethea menggeliat dan malah berbaring telentang dengan membuang muka hingga membelakanginya. Tak hanya itu, akibat gerakan Alethea itu, kaus hitam yang perempuan itu kenakan malah terangkat dan menunjukkan perutnya lengkap dengan ujung celana dalam berwarna hitam yang perempuan itu kenakan.

Oh my God!

Dengan hati-hati Adam menurunkan kaus Alethea dan kembali memanggil namanya, berharap Alethea cepat bangun karena Adam bisa saja kehilangan kontrol di kamar ini. "Sayang... Alethea."

"Mmhh..."

Kenapa pake keluar suara begitu juga sih??

"Sayang, bangun yuk!"

"Hmmhh... Iya, Mas..."

Meskipun mengigau, tapi dipadukan dengan suara serak dan panggilannya itu, kok jadi seksi, ya?

"Sayang... Katanya mau ke nikahan teman kamu," ujar Adam sambil mengusap lengan Alethea. Tapi cepat ia sesali karena kemudian ia melihat tali bra Alethea sudah melorot ke lengannya.

Ini calon gue seksi banget deh! Pakenya hitam-hitam bikin pengen nyopot!

Tapi kemudian pikiran kotor itu buyar saat Alethea menoleh tiba-tiba. Sedetik setelahnya kepala Alethea menjauh dan perempuan itu meringsut mundur dengan pandangan menuduh. Bisa Adam lihat Alethea menoleh ke arah pintu yang terbuka dan kembali menatapnya.

"Jadi ke nikahan teman kamu?" tanya Adam dengan suara tenang.

"Siapa yang bilang kamu boleh masuk?!" Alethea balik bertanya dengan nada marah.

"Papi yang suruh aku bangunin kamu," jawab Adam enteng. "Tenang aja. Aku nggak ngapa-ngapain kamu kok." Pengen sih tapi.

"Saya sudah bangun. Kamu bisa keluar," kata Alethea tanpa mau melepaskan pandangan menuduhnya.

"Sayang..."

"Apa lagi?!"

Adam melihat Alethea mengusap bagian lengannya yang tadi ia sentuh. Terlihat bulu-bulu di lengan perempuan itu berdiri dan Alethea bahkan tidak sadar. "I'm glad to see you're alright," kata Adam akhirnya.

"Saya baik-baik saja. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan."

"Okay then. Aku tunggu di bawah, ya?"

Impulse (editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang