Bagian Tiga Belas

6.3K 445 0
                                    

Tepat di hari ulang tahunnya, Alethea mendapati Rendy dan Vidy mengerjainya dengan mengatakan kalau dua set kaus kaki yang Vidy pinjam, hilang. Hampir saja Alethea menangis dibuatnya tapi dengan cepat ia melihat kue coklat dengan sejumlah lilin di atasnya. Mereka tau saja betapa mudahnya mengubah emosi seorang Alethea.

Meskipun hanya dirayakan bertiga, tapi cukup banyak kado yang perempuan itu dapatkan dari teman-teman di kantor. Dari orang tuanya ia mendapatkan ucapan selamat dan doa-doa yang Alethea anggap lebih dari cukup. Ia cukup berbahagia hari itu. Di pergantian tahun, ia menghabiskan malamnya bersama Rendy dan Vidy. Mereka berdua sudah cukup berbaik hati dengan mengutamakan Alethea dibandingkan pasangan mereka. Well, Vidy bertunangan sekitar tiga bulan yang lalu dan Rendy sudah berpacaran satu tahun lamanya.

"Resolusi kalian apa, guys?" tanya Vidy sambil menatap langit.

Mereka sedang berada di rooftop sebuah café yang tak begitu ramai. Beberapa pengunjung memutuskan untuk menikmati makan malam romantis mereka selain menunggu munculnya kembang api di langit.

"Gue pengen ngilangin perut buncit gue," ujar Rendy diiringi tawa dari kedua perempuan itu.

"Gue pengen ganti warna rambut jadi ungu pastel," Vidy menambahi.

Lalu hening. Alethea hanya menatap langit sambil bertopang dagu. Ada seulas senyum samar yang bisa teman-temannya lihat tapi tak mengerti alasannya.

"Resolusi lo apa, Al?" tanya Rendy mengacaukan lamunan Alethea.

"Hmm gue pengen.... Gue pengen orang tua gue tetap bangga sama gue terlepas apapun keputusan gue nanti."

"Cheers for our wishes," Vidy mengangkat gelas minumannya dan diikuti oleh kedua temannya. Setelah bunyi denting pelan, mereka meneguk minuman masing-masing diikuti dengan suara riuh dai bawah.

"Ten.... Nine.... Eight.... Seven.... Six.... Five.... Four.... Three.... Two.... One!! HAPPY NEW YEAR!!!

Berbagai bunyi ledakan dan terompet mulai menghiasi langit yang tak berbintang malam itu. Alethea mengulas senyumnya sekali lagi sambil menikmati berbagai warna yang bermunculan lalu berurai menjadi titik-titik api. Ia berharap tahun baru yang berikutnya, suasananya akan berbeda. Ia menginginkan salju dan kehangatan api unggun dalam waktu yang bersamaan. Secangkir coklat panas juga pasti menyenangkan.

Dua jam selanjutnya, mereka masih menikmati hidangan sambil mengobrol hingga Alethea mulai menguap. Ah ya. Kemarin ia sudah lembur demi dapat menikmati malam tahun baru. Ia harus segera pulang dan tidur.

"Ayo pulang! Mau tidur gue," Rendy segera bangkit setelah meneguk habis minumannya diikuti kedua temannya. Selama perjalanan bahkan Alethea sempat tidur dan melewatkan kemacetan parah akibat perayaan pergantian tahun baru. Well, Alethea sudah cukup muak dengan kemacetan sehari-hari, untuk apa menikmati satu lagi jenis kemacetan?

Pukul setengah lima pagi ia turun dari mobil Rendy dan langsung naik lift menuju lantai tempat unitnya berada. Hal pertama yang Alethea lakukan adalah ganti baju dan mencuci muka, lalu menunaikan sholat subuh dan akhirnya tertidur.

Tujuh jam setelahnya, Alethea berhasil membuka matanya dan mendengar suara adzan dari tv yang sengaja ia nyalakan demi membunuh rasa sepi.

Hari libur begini sebaiknya ia manfaatkan untuk memasak saja daripada harus membeli makanan di luar.

Segera saja Alethea meregangkan otot-ototnya dan bangkit menuju kamar mandi. Dua puluh menit kemudian ia sudah muncul lagi dengan kaus putih polos dan celana pendek abu-abu bergaris. Selesai mandi, Alethea menunaikan ibadah sholat dzuhur dan dilanjutkan dengan mengoleskan lotion ke seluruh permukaan kaki dan lengannya. Ditambahkan sedikit pelembab ke wajah dan Alethea siap untuk memasak. Perutnya mulai berulah dan berbunyi karena ia lapar sekali.

Impulse (editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang