Bagian Dua Puluh Empat

6.2K 436 2
                                    

Kalau ada yang bertanya mengapa Alethea membiarkan Adam bebas menarik tangannya dan menciumnya sembarangan, itu karena Alethea pernah mendapatkan perlakuan yang sama. Tak hanya sekali dua kali, tapi berkali-kali. Meski masih saja heran kenapa semua laki-laki itu mau melakukan hal macam itu padanya, tapi Alethea sudah mulai terbiasa. But, this time is different. Well, Alethea merasa pernah merasakan hal yang sama terjadi pada perutnya. persis seperti saat Adam mencium punggung tangannya. Tapi yang Adam lakukan berefek lebih hebat. Saat itu Cameron memintanya untuk menjadi pacarnya. perlakuan pertama yang ia dapatkan. Tentu saja saat itu Alethea shock setengah mati dan gugup. Tapi sekarang?

Alethea sudah terbiasa, kan? kenapa masih harus merasakan hal yang sama seperti pertama kali? Erghh.... Sepertinya bukan pertanda bagus, ya?

"Aku mau menu special," kata Alethea kepada pelayan perempuan di seberangnya.

Hari sudah berganti. Keluarga Aletha dan keluarga Adam sedang duduk melingkari meja yang memuat dua belas orang yang hadir. Farel dan istrinya sedang menghadiri pernikahan teman Shifa sehingga mereka tidak bisa ikut.

Satu persatu pesanan tercatat dan mereka mulai mengobrol sambil membunuh waktu sebelum pesanan datang. Malam ini papa Adam mengundang keluarga Alethea untuk makan malam bersama. Sengaja untuk mempererat persaudaraan. Atau dalam artian lain memperjelas perjodohan antara Alethea dan Adam.

"Itu siapa?" Tanpa sepengetahuan Aletha, Adam sempat melirik ke arah hape Alethea yang bergetar karena satu pesan yang masuk.

"Huh?" Alethea memandang Adam tak mengerti. Alethea bahkan belum sempat melihat notifikasi pesannya dan Adam sudah bertanya.

"Screen lock kamu. Siapa?" Adam bertanya lagi.

Oh... "Conor Maynard."

"Huh?" Kali ini berganti Adam yang bingung.

"British singer."

"Aku pikir kamu bakalan pakai gambar-gambar artistic daripada gambar cowok gitu."

Alethea hanya bisa menaikkan alisnya. Dalam sekejap ia mengambil hapenya dan mengubah screen lock nya dengan gambar laki-laki lain yang sedang bertelanjang dada dan berpose seksi.

"How do you even have that picture?" tanya Adam tak percaya.

Tanpa peduli Alethea hanya mengedikkan bahu dan berkata, "Fetish, maybe."

"You better change your screen lock now."

"Oh, darling. Too bad that I'm still standing on my own now." Alethea menatap Adam dengan dramatis dan kembali menoleh ke depan. Bisa ia lihat beberapa orang menatap geli ke arahnya. beberapa bahkan terlihat memandangnya dengan jail.

"Ale kalau pulang lagi kita ke butik langganan mama, ya? Kita cari gaun yang pas buat pertunangan kamu dan Adam," ujar mama Adam.

Well, persetujuan mempelai wanita bukan rukun pernikahan, kan? Jadi kenapa harus repot menanyakan persetujuan Alethea hanya untuk masalah pertunangan? "Insya Allah, Ma," kata Alethea pelan.

"Kamu sukanya gaun yang kayak gimana? Mau yang banyak rendanya? Atau mungkin yang bunga-bunga terus dikasih berlian?"

Are they planning for the engagement or a mega concert?

"Ah, ale ini sukanya yang simple-simple aja kok," ujar bunda mendahului.

"Iya, Ma. Nggak usah yang mewah-mewah. Ale lebih suka yang biasa aja," imbuh Alethea cepat. bisa kacau kalau kata-kata mama Adam tadi terkabul.

Mengambil kesempatan saat pesanan mereka akhirnya datang, Alethea langsung mengambil hapenya dan membuka notifikasi dari Ramond yang sudah gatal sekali ingin ia sentuh. Kalau saja ia tidak mengenal sopan santun, mungkin ia sudah tau isi notifikasi itu sejak tadi.

Impulse (editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang