Happy?
More than just that.
Adam merasa lengkap.
Bangun di pagi hari dan menemukan Alethea di sampingnya atau di hadapannya karena terbangun terlebih dahulu menjadi kebiasaan yang sudah melekat di jadwal pagi Adam selama tiga minggu terakhir. Malam hari pun sama. Entah Adam yang memeluk Alethea, Alethea yang tertidur di dadanya karena kelelahan akibat kegiatan rutin mereka, atau mereka akan tertidur saling berhadapan setelah obrolan sebelum tidur yang lama. Memastikan Alethea tidak kemana-mana begitu penting bagi Adam.
Hanya butuh beberapa hari penyesuaian dan Adam menjadi ketergantungan. Beberapa waktu senggangnya lebih banyak ia habiskan di apartemen dan mengobrol dengan Alethea. Terkadang sambil menemani istrinya bekerja, membantunya memasak, atau saling santai sambil menonton film. Tak membuang kesempatan, Adam memanfaatkan saat-saat itu untuk membahas resepsi pernikahan mereka dan saling mengenal satu sama lain.
Ia tahu Alethea adalah salah satu dari sebagian orang yang buta medis, ia tahu perempuan itu tidak suka memakai heels kecuali terpaksa, Alethea lebih memilih gaya maskulin daripada terlalu feminine, Alethea fans berat boyband Westlife hingga setelah boyband itu bubar Alethea mendengarkan apapun yang telinganya mau meskipun sulit menemukannya, Alethea tidak pernah seharipun tidak membuka laptop, dan yang paling aneh menurut Adam adalah Alethea itu socks-hoarder. Bukan dari obrolan-obrolan mereka, tapi saat mereka di apartemen Alethea. Satu kotak penyimpanan terisi penuh dengan entah berapa-pasang kaos kaki lucu versi Alethea. Dan percayalah, semua tidak ada yang tersia-siakan. Tidak satupun.
Alethea tahu Adam terkadang sulit menjadikan profesinya untuk keperluan komersil, Adam memiliki jiwa sosial tinggi, Adam sempat terjebak dalam kehidupan bebas saat di Amerika hingga di Jakarta dua tahun lalu, Adam suka kopinya dengan takaran dan perlakuan khusus, Adam tidak suka nasinya lebih dari delapan sendok di tiap porsi makanannya, Adam adalah salah satu neurologist termuda di Asia-Amerika, dan lainnya lagi Alethea harus memanggil memorinya dengan cara lain untuk menyuarakannya.
Semua berjalan baik untuk mereka. Tapi ada satu yang masih belum Adam ketahui dan belum Alethea yakini. Perasaan Alethea.
Cinta? Nyaman? Atau perlakuannya selama ini hanya demi memenuhi kewajibannya sebagai istri?
Alethea tidak bisa menjelaskan kenapa ia tiba-tiba berubah. Itu nalurinya. Dan ia tidak merasa aneh melakukannya. Ia seakan diciptakan untuk mendengarkan Adam, memastikan laki-laki itu bahagia dan baik-baik saja. Begitu juga dengan tubuh Adam dan tubuhnya yang seakan diciptakan untuk satu sama lain. See? Dengan penjabaran macam itu saja mampu membuatnya merasa aneh sekali.
Adam adalah kebahagiaannya yang baru. Memang, menyatukan pikirannya dengan Adam butuh waktu, berbeda dengan urusan menyatukan badan. Terlebih mengingat mereka tidak begitu mengenal satu sama lain sebelum menikah. Tapi selama hampir satu bulan pernikahan, tidak ada pertengkaran hebat yang berarti di antara keduanya. Perdebatan cukup banyak, tapi toleransi yang sangat besar mampu mengatasinya. Tidak semua pasangan harus memiliki selera yang sama di setiap hal, mereka menyadari itu. Mungkin mereka memiliki banyak kesamaan dalam berbagai bidang, tapi tidak harus disama ratakan dengan bidang yang lain, kan?
Kalau ditanya apakah Alethea siap tinggal tanpa Adam lagi, Alethea kini akan menjawab tidak tahu. Ia berkata sejujurnya.
Baru satu bulan kurang beberapa hari, bukan satu tahun dan efeknya sudah begitu terasa bagi Alethea. Morning kiss, wangi kopi pagi yang khas, hitungan porsi makan, kebiasaan di malam atau pagi hari, dan semuanya begitu mudah untuk menjadi kebiasaan mutlaknya.
Lalu apa kabar dengan dada berdebar dan kepakan sayap kupu-kupu itu?
Mereka dalam kondisi sangat baik untuk mengacaukan pikiran Alethea setiap harinya. Terlebih ketika Adam baru pulang kerja di malam hari. Seakan menemukan seorang Davian Adam Firdaus di balik pintu adalah hal terbaik yang terjadi hari itu bagi Alethea, tak peduli meskipun ia telah menonton puluhan video konser Westlife sambil tersenyum dan tertawa seperti orang gila seharian.
Yang Alethea baru sadari beberapa hari ke belakang adalah pelukan Adam. Racun baginya. Pelukan Adam bisa berarti banyak hal bagi Alethea. Hangat, erat, posesif, obsesif, manja atau memanjakan, panas, penuh kasih sayang, atau mungkin memberi ketenangan. Semua mampu membuat Alethea ingin menghentikan waktu dan tak rela untuk lepas barang sedetikpun.
Gila? Mungkin. Tapi mencari alasannya pun akan membuat Alethea semakin kehilangan akal.
Adam tampan, terlebih saat bulu-bulu di dagunya baru tumbuh dan memberikan sensasi aneh di kulit Alethea setiap menyentuhnya. Laki-laki itu juga tidak ragu memberikan semua yang ia miliki untuk Alethea. Terbukti dari satu pagi saat Adam dengan mudahnya memberikan pin semua kartu atm nya kepada Alethea yang langsung kebingungan. Komitmen yang Adam jalankan masih terlalu mengejutkan bagi Alethea.
Ketika Adam menatap istrinya duduk tegak menghadap layar laptop, Adam selalu betah berdiam diri hingga berjam-jam memandanginya. Alethea bahkan tidak sadar apa yang Adam lakukan hingga pekerjaannya benar-benar selesai. Sambil menikmati kopi panas atau energy bar, Adam bisa berpura-pura menatap pemandangan di luar jendela karena satu waktu Alethea mengetahui Adam menatapnya dan pipi perempuan itu langsung memerah mendengar pengakuan Adam. Mengerti sifat Alethea yang terkadang terlalu rendah diri, bahkan di hadapan suaminya sendiri, Adam berpura-pura menatap pemandangan yang dulunya menarik, tapi kini tidak lagi. Alethea dengan kaus polos atau printed, celana pendek, dan cepol khasnya menjadi pemandangan sempurna untuk matanya.
Ah ya. Di hari pertama Alethea memasak di dapur apartemennya, Adam mengira Alethea mengenakan kausnya dan mencoba berdandan seksi seperti perempuan-perempuan lain di internet. Tapi mendengar Alethea yang sebagian isi lemarinya adalah barang-barang macam itu, anehnya Adam tidak merasa aneh. Well, she likes whatever make sense for her. Itu yang Adam dapatkan selama hampir satu bulan bersama istrinya.
Bagaimanapun Alethea menilai pelukannya, bagi Adam berpelukan adalah interaksi yang luar biasa dengan Alethea tanpa harus mengatakan apa-apa. The way their body mold to each other, either comfortably or sensually, each way works best and tells him their body were made for each other. Lalu ketika hidungnya mencium wangi dari rambut atau pundak Alethea memberikan ketenangan bagi Adam. Menthol, citrus, zaitun, shea butter, freshly cut grass, semuanya bercampur dalam komposisi yang berbeda. Lalu menyentuhkan wajahnya perlahan, dimulai dari ujung hidungnya hingga bibirnya menyentuh pundak Alethea adalah hal yang paling Adam nantikan. The soft and milky feeling that he gets from her skin that gives him a tiny electric shock and somewhat excites him.
Lalu ada hal yang Adam lewatkan setiap kali ia melewati pintu untuk bekerja atau menutup matanya di setiap malam. Bisikan hati Alethea yang mengatakan, "Kamu mungkin belum sepenuhnya mengubah pikiranku, Mas. Tapi kamu mampu membuat aku nggak mau berurusan dengan perceraian."
----------
08/09/2018
edited : 09/24/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Impulse (editing)
Romance(MATURE CONTENT!! PLEASE CHOOSE YOUR STORY CAREFULLY) Bagaimana jika hal yang selama ini kamu hindari adalah sumber kebahagiaan orang tuamu? Selama ini Alethea berpikir mimpinya akan membawa kebahagiaan juga kebanggan bagi orang tuanya. Ia tidak sep...