Bagian Delapan

7.6K 471 0
                                    

Tiga hari setelah hari raya, Alethea mendapati Adam sudah berada di ruang tamunya, mengobrol dengan papi. Alethea yang baru saja selesai sholat ashar di musholla sebelah taman belakang langsung mengernyit heran mendengar papi tertawa di ruang tamu.

"Al, cepet ganti baju kamu. Itu Adam dateng mau bawa kamu jalan-jalan."

Kata-kata bundanya semakin memperdalam kerutan di dahi Alethea. Jalan-jalan? Arghh!! "Sekarang, bun?"

"Ya sekarang. Mau kapan lagi? Itu Adam udah nungguin."

What the hell!

Dengan enggan Alethea naik ke kamarnya dan mengganti baju. Kali ini ia mengenakan kaus distro putih, celana jeans biru pudar dan jaket jeans yang ia kenakan sebagai outer. Dilengkapi dengan jam tangan hitamnya, tas punggung putih, dan sepatu converse putih, Alethea siap turun dan menemui Adam.

"Ini Ale udah siap juga," Suara papi membuat Alethea mendadak sakit perut.

Hhh... Not now, stomach....

"Langsung berangkat aja. Nanti keburu malam."

Dan sekali lagi, Alethea memilih untuk menurut. Ia dan Adam menuju toyota vios hitam milik.... mungkin milik Adam, dan tanpa diduga, Adam membuka pintu penumpang untuk Alethea.

"Thank you," ucap Alethea pelan saat melewati laki-laki itu. What a bastard! Nggak usah sok cakep depan ortu gue lo!

Segera setelah mereka berada cukup jauh dari rumah krem tadi, Alethea menghela napas lega.

"Jadi, kita kemana hari ini?" tanya Adam sambil menginjak pedal rem sehalus mungkin.

Dalam keheningan mobil dan detik suara lampu sen, Alethea menatap Adam heran. "Kenapa tanya saya?" tanya Alethea bingung.

"Mungkin kamu lagi pengen ke suatu tempat hari ini?"

Well, kalau bisa sih gue mending balik aja lagi ke rumah terus kerja di kamar. Atau nggak main sama Malika di rumah Mas Andra, batin Alethea sambil menggeleng tak percaya. "Saya ikut saja."

"So, kita nonton film kalau begitu?"

Pffhh.... "Terserah kamu."

Adam memilih untuk memutar roda kemudi dan membawa mobilnya menuju salah satu mall besar di Surabaya yang memiliki bioskop yang lumayan terkenal. Well, mau bagaimana lagi? Mamanya sudah membeli tiket untuk mereka berdua dan ia tidak tega untuk membuangnya.

"Masih satu jam lagi. Kamu mau nungguin di lobby langsung atau mau lihat-lihat dulu?" tanya Adam.

"Terserah kamu aja."

"Adam?"

Alethea memang menghentikan langkah. Tapi ia tidak menoleh mendengar panggilan perempuan itu. Ia merasa itu bukan urusannya. Ia memilih untuk memperhatikan display kaus kaki lucu di hadapannya.

"Sekar? Kamu di Surabaya juga?" tanya Adam yang tanpa bisa Alethea lihat menggenggam tangan perempuan itu. "Kamu sama siapa, Babe?"

Babe?

Oh.

Si Adam itu sudah punya pacar ternyata. Bagus deh. Biar gampang deh ini nolaknya.

"Aku sendirian, Baby. Kamu sama siapa?"

"Oh aku... sama Ale," jawab Adam ragu-ragu. "Itu."

Pikiran Alethea masih terlalu fokus pada berpasang-pasang kaus kaki di hadapannya hingga tak sadar kedua pasang mata itu menatapnya.

"Mbak Ale! Aaa!! Kok nggak bilang-bilang kalau di sini juga!" omel sebuah suara perempuan lain membuat Alethea menoleh dan seketika tersenyum lebar, bahkan hampir tertawa. Ia sudah melupakan keberadaan Adam karena ulah satu cewek itu.

Impulse (editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang