Bagian Sebelas

6.4K 432 4
                                    

Selasa pagi, Alethea tidak memesan ojek online seperti biasanya. Melainkan sekarang ia memesan taksi karena berangkat ke kantor bersama bunda dan Malika. Sampai di kantor, setelah menerima sapaan dari respsionis di depan, Alethea memasuki lift bersama bunda dan beberapa orang lain.

Kesan pertama bunda ketika memperhatikan Alethea di kantor adalah kaku dan dingin. Alethea tidak menunjukkan begitu banyak ekspresi yang berarti.

"Selamat pagi, miss Ale, nyonya," sapa Siska yang sudah stand by di mejanya lalu mengikuti atasannya ke ruangan.

"Pagi ini siapkan sarapan saya seperti biasa. Untuk bunda dan keponakan saya pesankan paket spesial saja. Berkas yang saya minta sudah ada?" tanya Alethea sambil menghidupkan komputer-komputer di meja.

"Semua sudah ada di lemari kedua sesuai permintaan miss Ale."

"Good. Jam berapa saya ke ruangan Ramond hari ini?"

"Pukul sembilan pagi, Miss. Bapak ramond berpesan agar Miss Ale datang lebih awal karena bapak harus mengejar pesawat pukul setengah sebelas."

"Atur saja. Ada apa saja hari ini?"

Siska menarik napas dan mulai menyebutkan semua jadwal Alethea hari ini beserta waktu dan keterangannya. Juga ia membacakan e-mail yang masuk dan menanyakan mana saja yang perlu balasan dan mana yang tidak.

"Okay. Makan siang nanti siapkan burrito untuk saya. Untuk bunda..." Alethea melongok dan melihat bunda tengah serius memperhatikan ke arahnya. "Bunda mau makan siang apa? Biar nanti diantar ke ruangan Ale."

"Samain aja sama kamu," jawab bunda.

No way! "Nasi uduk di kantin bawah, yang di pojok. Kalau bisa pesan dari jam sepuluh biar nggak kehabisan. Tolong stand by di depan kalau saja nanti saya butuh kamu."

"Baik, Miss. Saya permisi."

Setelah kepergian Siska, Alethea bangkit dan mulai mengambil berkas proyek baru. Rasanya aneh bekerja dengan diperhatikan begini. Tapi toh itu tidak boleh mempengaruhi kinerjanya. Harus profesional, Al.

Tok! Tok!

"Masuk!" seru Alethea dari mejanya.

Dilihatnya Siska masuk dengan sarapan pesanannya. Setelah meletakkan sarapan mereka bertiga, Siska berkata, "Pak Dion ingin menemui Miss Ale di ruangannya setelah sarapan, Miss."

Alethea hanya mengangguk menanggapinya. "Kalau mau cuci tangan di pojok deket lift tadi ada toilet, Bun. Airnya sebentar lagi diantar sama Siska," ujar Alethea menjelaskan.

"Iya, kamu kerja aja. Bunda nggak pa-pa kok."

Okay. Alethea kembali ke layar komputernya sambil sesekali memasukkan sarapannya ke mulut. Setelah memastikan semangkuk salad buahnya habis diikuti dengan segelas air, Alethea bangkit dan menuju ruangan sebelah tempat mantan seniornya berada. Hanya dalam setengah jam, Alethea keluar tapi tidak kembali ke ruangannya. Ia langsung menuju ruangan bos besar. Di sanapun ia hanya setengah jam lalu kembali ke ruangannya kali ini diikuti Siska.

"Tambahkan jadwal untuk malam ini. Pukul tujuh saya ke ruang teknisi untuk menggantikan Ramond. Bilang ke Hilman untuk mempersiapkan konferensi bersama Ramond juga di sana. Pesankan taksi untuk ibu saya pukul tujuh nanti ke apartemen saya dan jam sembilan atau jam sepuluh untuk saya. Tunggu konfirmasi dari saya. Kamu bisa pulang pukul tujuh nanti. Untuk makan malam nanti tolong siapkan tepat setengah tujuh di ruangan saya. Pesankan steak yang minggu lalu saya bawa. Menu sama, untuk ibu saya yang tanpa lemak. Besok sore jadwalkan saya ke rooftop café untuk menemui client dari Jepang. Hanya dua jam. Pastikan jadwalnya sebelum rapat."

Impulse (editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang