Bagian Tiga Puluh Satu

7.4K 477 3
                                    

Steffan : Hey, I heard you're in Surabaya :)

Satu helaan nafas keluar dari bibir Alethea ketika mendapatkan pesan itu. Sampai kapan laki-laki itu akan terus begini? Apakah dia akan pernah berhenti?

"Are you okay?"

Sebuah pelukan tiba-tiba mengejutkan Alethea. Ia menoleh dan wajah Adam langsung memenuhi penglihatannya.

"I'm fine," jawab Alethea dengan senyuman tipis.

"Nggak lupa, kan kalau udah punya suami?" tanya Adam lagi. Kali ini disertai dengan gelengan dari istrinya. "Meskipun kita dijodohkan, apapun alasan kamu menikah dengan aku, perasaanku buat kamu tetap sama. Don't forget that, okay?"

Satu hadiah berupa kecupan di dahi Alethea mendarat setelah satu anggukan kecil ia berikan. Rasanya belum bisa percaya kalau laki-laki macam Adam mau saja memberikan hatinya pada Alethea.

"Dia masih suka sama kamu?" tanya Adam membuat Alethea mengerjapkan mata.

"Nggak tahu. Cuma WhatsApp gini doang," jawab Alethea jujur.

"Yaudah nggak usah ditanggepin."

"Jahat banget deh, Mas."

Tanpa menghiraukan kata-kata suaminya, Alethea mulai mengetik balasan untuk Steffan dengan Adam mengawasi.

Alethea : Yup. Been 6 days now.

Steffan : wow. bisa ketemu?

"Al," Adam langsung menginterupsi dengan nada memperingatkan. Tapi Alethea lebih pintar dari itu.

Alethea : bawa suami boleh?

Butuh beberapa menit sampai akhirnya balasan dari Steffan sampai.

Steffan : haha. Funny.

Steffan : Seriously, aku rindu. Hari ini jam 3?

Alethea : I'm not joking, Sir.

Steffan : to whom?

Alethea : Davian Adam Firdaus

Lalu Alethea memutuskan untuk menutup aplikasi WhatsApp nya dan membuka e-mail. Seharusnya hari ini ia menerima tugas terakhir dari Ramond sebelum laki-laki itu melepas Alethea dari perusahaan.

"Kerjaan?"

Hanya anggukan yang Alethea berikan sebelum perempuan itu mendongak. "Udah siap?"

"Belum. Masih takut istrinya ketemu sama bapak-bapak genit itu."

"Nggak akan, Mas. Aku kan langsung pulang. Bisa habis digorok sama abang nanti."

"Bener, ya?"

"Iya. Udah sana. Nanti ketinggalan pesawat, mas."

"Yaudah." Dengan berat hati Adam harus melepaskan pelukannya, tapi tak melepaskan Alethea sepenuhnya. "Kalau udah selesai langsung ke Jakarta, kan?"

"Iya, Mas."

"Barang kamu langsung kirim aja ke apartemen aku biar kamu nggak bawa banyak-banyak."

"He eh."

"Hape kamu dibawa. Nanti aku susah kalau mau telfon."

"Iya, beres."

"Aku anter kamu dulu sekalian pamit."

"Iya."

Tadi pagi setelah sarapan Adam menerima pesan kalau ia harus segera kembali ke Jakarta karena ada operasi nanti sore. Dan dengan begitu maka Alethea memutuskan untuk tinggal di rumah saja sekalian membantu bunda merawat papi. Dan ia baru tahu kalau Adam itu sosok pasangan yang posesif. Barusan adalah satu contoh. Sebelumnya Adam juga sudah menanyakan pertanyaan-pertanyaan lain. Benar-benar, kan?

Impulse (editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang