Bagian Tujuh

7.9K 518 2
                                    

"Gimana, suka nggak?"

"Suka banget, Tante!"

Alethea menerima pelukan di lehernya dari Aira sebelum ia mendengar ucapan terima kasih dari bocah itu.

Di hari ketika akhirnya Alethea sampai di rumah, ternyata semua anggota keluarganya sudah berkumpul semua. Maka saat itu juga Alethea manfaatkan untuk memberikan baju-baju yang telah ia beli khusus untuk ketiga ponakannya. Masing-masing mendapatkan satu baju dan mereka terlihat senang sekali mendapatkannya.

"Kamu tuh, Al," omel Wilona saat anak sulungnya kembali ke kamar untuk berganti baju. "Nanti malah repot kalau kamu udah balik ke Jakarta. Udah gitu kamu kan juga jarang banget pulangnya."

"Ya karena aku jarang pulang itu makanya nggak punya banyak kesempatan manjain ponakan," Alethea membela diri. "Jadi sholat ied di mana?"

"Di masjid kayak biasanya. Kamu sholat nggak? Kalau nggak, nanti jagain Malika waktu sholat, ya?"

"Mmm. Nggak tau sih. Sekarang masih sholat. Tapi liat nanti deh."

Sebuah denting di laptop Alethea yang terbuka mengalihkan perhatian si empunya. Segera ia buka e-mail dari Ramond itu di halaman belakang. Untung saja jangkauan wi-fi rumahnya cukup luas sehingga dari halaman belakang pun ia masih bisa mengakses internet.

"Masih kerja aja, Ra? Udah liburan loh," kometar papi yang kebetulan sedang memberi makan ikan di kolam.

Alethea hanya bisa nyengir menanggapi komentar papinya dan kembali fokus ke e-mail tadi. Bukan sesuatu yang cukup serius, tapi butuh perhatian juga dari Alethea.

"Al, bantuin dong," pinta sebuah suara membuat Alethea mendongak.

"Kenapa, Mas?" tanya Alethea pada Andra, kakak iparnya.

"Laptopku nge-lag nih dari kemarin-kemarin. Bisa dicepetin lagi, nggak?"

"Coba sini liat." Alethea mengambil laptop Andra dan mulai memeriksa. Well, klasik. Laptop Andra terkena virus yang tidak sengaja ikut terunduh ketika kakak iparnya itu berselancar di internet. "Bisa sih. Agak lama tapi. Ntar maleman aja, ya, Mas?"

"Oke deh. Kalau nyariin, aku taruh di lemari atas, ya?"

Alethea hanya mengangguk sebelum kembali ke laptopnya. Ck! Ia tidak begitu suka mengecek hal seperti ini.

"Besok kita buka puasa di rumah nenek Ami, Ra," kata Papi membuat fokus Alethea terpecah sekali lagi.

"Huh? Iya, pi. Makan sate sama gulai lagi, kan?" Seperti tradisi biasanya di malam hari Raya, keluarga Alethea dari pihak bunda akan berkumpul di rumah nenek Ami untuk berbuka bersama. Dan menu yang harus ada adalah sate dan gulai kambing khas buatan nenek Ami yang berkolaborasi dengan bude Lina.

"Gimana posisi baru kamu? Suka?"

Kali ini Alethea mengangguk dengan senyuman lebar. "Alhamdulillah banget, Pi."

"Alhamdulillah kalau kamu suka. Selama nggak jadi beban, Papi bangga dan mendukung kamu. Yang penting kamu happy ngejalaninya."

Oh, my daddy... "Makasih, pi," ucap Alethea tulus. Sebaiknya ia mengerjakan di kamar saja. Suasana di ruang keluarga mulai ramai karena Malika, anak bungsu Wilona dan Sasha, anak pertama Farel sedang bermain bersama dan mengajak Farel. Selalu ramai kalau ketiganya sudah berkumpul.

"Mau kemana, Ra? Kerjaannya sudah?" tanya Papi melihat Alethea bangkit.

"Abang rame, Pi. Mau ngerjain di kamar aja," ujar Alethea sebelum benar-benar pergi ke kamarnya sendiri.

Malamnya, setelah sholat tarawih berjamaah, rumah Alethea kedatangan tamu. Malam itu Alethea sedang berkutat dengan laptop Andra yang terkena virus. Tapi suara pintu kamarnya yang terbuka membuatnya mendongak.

Impulse (editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang