Penerbangan 13

20.8K 2.1K 45
                                    

Rebbeca sedari tadi berusaha membangunkan Al yang masih terlelap karena masih lelah setelah penerbangan panjang dari Jeddah menuju Jakarta. Liburan mereka yang ke London telah usai karena memang mereka hanya berada di sana selama 10 hari lantaran Al harus kembali bertugas.

Dua hari setelah kembali dari London, Al langsung kembali kerja meninggalkan Rebbeca bersama Mbok Sum orang kepercayaan Al yang dulu mengasuhnya juga dan bersama sopir hariannya Pak Kosim. Sedangkan opa dan oma Rebbeca hanya menjenguk sesekali saja.

Mulanya Al sama sekali tidak terusik namun akhirnya ia terusik mana kala anaknya menciumi lengannya lalu dengan isengnya menyemburkan bau naga tepat di hidungnya.

"Beca, don't distrub Papa..." keluh Al sambil berusaha tidur kembali.

"I will distrub you untill you wake! Hari ini hari pertama aku masuk SD!" jawab Rebbeca lalu duduk di atas perut ayahnya.

Merasa berat Al mau tidak mau berusaha bangun dan ketika matanya sudah terbuka lebih lebar dari awal hal yang pertama dicarinya adalah jam.

Al memicingkan matanya untuk melihat lebih jelas jam berapa pagi ini. Bila sudah jam enam mau tidak mau Al harus bangun karena dia berjanji kepada Rebbeca kalau dia akan mengantar Rebbeca di hari pertamanya masuk SD. Namun Al di buat meringis tatkala ia tahu pukul berapa Rebbeca membangunkannya.

"Beca, ini masih jam empat. Sekolahmu bahkan belum buka," tutur Al sembari menaruh kembali bekernya lalu menurunkan Rebbeca dari perutnya kemudian membaringkannya persis di sebelah Al.

"Tidur lagi, Nak," kata Al dengan mata terpejam. Dia masih ngantuk dan ingin tidur hingga jam beker membangunkannya. "Tapi Beca gak ngantuk lagi?"

Al membuka matanya sebelah lalu menghela napas. Bocah dan tenaganya. "Merem. Nanti Papa bantu lewat elus punggung."

"Nyanyi!"

"Papa buta nada," jawab Al asal dan tangannya langsung mengelus punggung Rebbeca.

Gadis kecil itu sedikit cemberut namun karena elusan di punggung yang teratur dan lembut membuat kantuk kembali menyerang seperti kerajaan api menyerang. Tidak butuh lama ayah dan anak itu kembali tertidur.

Al tersenyum dalam keadaan setengah sadar. Dia beruntung anaknya mewarisi bakatnya dalam urusan tidur, cepat terlelap ketika sudah bertemu sesuatu yang bikin nyaman dan tempatnya sejuk, walau fisiknya lebih mirip sang ibu.

✈️✈️✈️

Al mengikat rambut panjang Rebbeca dengan begitu telaten dan sabar. Pagi ini sang anak menginginkan rambutnya dikepang dua dan Al tentu saja mengabulkannya karena dia sudah jago berkat latihannya selama beberapa minggu.

Dulu Al harus berlatih mengepang dengan boneka kepala Barbie ukuran besar supaya dapat mengepang dengan baik dan benar agar ketika mengepang sang anak rambut hitam legamnya tidak tertarik kuat. Namun sekarang urusan kepang mengepang adalah pekara kecil bahkan dia sudah mengepang yang aneh-aneh.

"Oke, selesai." Al membereskan alat tempurnya dan Rebbeca langsung ngacir ke cermin untuk melihat hasil kepangan ayahnya.

Rebbeca menyengir lalu memeluk kaki ayahnya. "Thank you, Papa!"

Al tersenyum lalu mengangguk. "Welcome, Honey."

"Mbok Sumi! Lihat Beca deh! Beca cantik lho!" pekik Rebbeca girang sembari keluar dari kamarnya meninggalkan Al yang terpaksa membawa tas sekolah Rebbeca.

Mbok Sumi tersenyum tatkala melihat anak Al begitu senang dengan tatanan rambutnya. Wanita yang mau memasuki usia senja itu kembali tersenyum tatkala melihat Al keluar dari kamar Rebbeca.

PRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang