Penerbangan 20

20.6K 2K 40
                                    

Taren percaya yang namanya jodoh itu gak ke mana tapi saingannya di mana-mana. Sama seperti yang baru dia alami sekarang.

Hari ini Taren akan kembali ke Jakarta dengan pesawat airbus A330 yang berapa menit baru mendarat di Hongkong. Pilot yang lain harus masuk terlebih dahulu ke pesawat sebelum penumpang yang lain namun juga menjadi orang terakhir yang keluar dari pesawat bila mendarat.

Di gate spesifiknya belalai Taren bertemu dengan wanita yang ia doakan menjadi jodohnya Islean Djohan. Taren menyengir lebar Tuhan memang punya rencana yang baik untuknya baru saja dia berdoa semoga dia bisa bertemu dengan Islean barang semenit bahkan semenit kurang saja sudah bisa menjadi moodboster untuk dirinya dan Tuhan mengabulkannya.

Berpapasan di belalai kedua co-pilot itu melakukan fist bump layaknya partner in crime.

"Have a safe flight, ex playboy." Islean mendoakan sembari mengakhiri fist bump dengan Taren.

"Good job, bae." Taren memuji Islean diikuti senyuman manis Islean.

"Eh, gak salah nih anaknya Pak Sean dipanggil bae?" usil kapten si biang kerok yang selalu meminta Taren jadi rekannya saat kerja, Erlangga.

"Waduh si Kapten gak tahu baru-baru ini saya minta restu sama Pak Sean." Taren membalas dengan banyolan yang langsung di respon oleh Islean dengan cubitan di pinggang Taren.

"I will kill you." Islean sok mengancam  dan Erlangga dengan isengnya bersiul. "Cubit-cubitnya pas di Jakarta aja."

Taren tertawa mengerti maksud Erlangga sedangkan Islean melotot.

"Sudah kejar sana crewmu. Ditinggal nanti," ujar Erlangga yang langsung diangguki Islean.

"See ya, Captain and playboy." Islean melangkah menyusul crewnya yang lain.

Setelah memastikan Islean sedikit menjauh barulah Erlangga berulah menggoda Taren.

"Undangannya jangan lupa. Yang VVIP," godanya sembari merangkul Taren bahkan bisa dibilang mengkekep Taren di ketiak Rexonanya.

"Doain aja. Doain aja." Taren membalas sembari berusaha melepaskan diri dari kekepan ketiak Erlangga.

Sadar karena dilihati petugas bandara setempat Erlangga langsung melepaskan kekepannya dan membiarkan pilot yang rekam jejak playboynya di mana-mana itu bernapas lega.

Namun sebelum masuk ke pesawat, Al terlebih dahulu keluar dan tersenyum ramah pada dua pilot yang akan terbang itu. Hal biasa yang dilakukan crew adalah menjawab panggilan alam bila terdesak di toilet pesawat ketika semua penumpang sudah turun.

Erlangga dan Taren tentunya menjawab panggilan itu dengan senyuman yang tak kalah ramah juga. Tak perlu banyak cincong karena bukan crew yang sering tugas bersama semuanya berjalan ke arah mereka masing-masing. Erlangga masuk ke pesawat, Al mengejar crewnya yang lain, sedangkan Taren mengawasi Al.

Taren tak terlalu mengenal Al bahkan mantan-mantannya yang serekan kerja dengan Al juga mengatakan tak tahu banyak tentang Al selain telah menjadi ayah.

Mata Taren masih mengawasi Al yang sudah menyamai langkahnya dengan Islean dan kapten mereka tadi. Taren menghela napas lalu melangkahkan kakinya masuk ke pesawat dan bersiap di kokpit pesawat.

Sebelum menduduki kursi kemudi, Taren menyimpan terlebih dahulu koper kecilnya setelah semua rampung barulah Taren duduk dan bekerja dengan beberapa kertas.

"Tar, gak mau didadahin tu jodoh? Masih manteng di situ tuh," goda Erlangga sembari menunjuk Islean yang melihat depan pesawat melalui jendela besar bandara. Taren mengikuti arah telunjuk Erlangga lalu menyengir sebentar sebelum membuka jendela samping dan melambaikan tangannya.

PRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang