Penerbangan 31

16.5K 1.8K 22
                                    

"I had met my man. Laki-laki yang gak harusnya gue tinggalin tapi malah gue tinggalin," kata Ina memulai ceritanya. Islean menaruh gelas tehnya di meja kemudian memperhatikan seluruh air muka Ina.

"And?" pancing Islean akhirnya ketika Ina cukup lama memberi jedanya.

Ina menghembuskan napasnya dengan perlahan. Hari ini ia sudah berjanji pada dirinya untuk menceritakan masalahnya kepada orang lain supaya dia bisa menemukan titik terang dari masalahnya dan orang itu adalah Islean. Ina percaya kalau Islean adalah orang yang tepat.

Selama mengenal Islean dia tidak pernah mendengar Islean menyebar luaskan cerita orang. Mungkin memang terkesan mencari teman saat dibutuhka tapi untuk sekarang Ina sendiri tidak tahu harus bercerita kepada siapa selain Islean.

"I feel stupid. Really stupid. Dia laki-laki yang paling baik selama gue pernah menjalanin hubungan, terlepas..." Ina menghentikan perkataannya karena tiba-tiba dirinya teringat akan senyuman manis yang selalu ia sukai itu.

Islean sadar akan kerapuhan Ina secara tiba-tiba, dia mengulurkan tangannya untuk mengelus pelan punggung temannya itu. Elusan yang dilakukan Islean itu direspon kaget oleh Ina karena membuatnya teringat akan apa yang selalu dilakukan dia ketika Ina merasa khawatir, tidak aman, takut, dan sedih.

"Lin?" panggil Ina pelan.

"Tuangkan semua emosi lo baru lo lanjut cerita. Gue ada buat dengerin lo," kata Islean dengan lembut dan tak perlu malu lagi Ina menangis menumpahkan semua perasaannya.

✈️✈️✈️

"Gue pertama kali kenal dia pas gue masih dua satu dan dia dua lima. Kita kenalan gara-gara dicomblangin. Teman gue sama teman dia ternyata teman seminum dari zaman kita masih SMA." Ina membuka ceritanya setelah ia puas menangis di bahu Islean tadi.

Islean tidak risih dengan baju terutama di bagian bahunya agak basah karena tangisan Ina. Dia sadar untuk saat Ina sedang membuka lukanya sendiri dan dirinya cukup untuk mendengarkan cerita asal muala lukanya berasal.

"Kita kenalan di HW, ketemuannya gak di sengaja dan kebetulan waktu itu cuman gue sama dia yang awkard sendiri karena yang lain ternyata sudah saling kenal jadi pas ketemu ya jadi kek reunian kecil gitu. Gara-gara merasa terasingkan gue sama dia kenalan, trus kita ngobrol sampe kita lupa daratan. Dari situ kita mulai dicomblangin dan kita berdua gak ambil pusing gimana toh karena faktanya kami berdua sama tertarik sebagai lawan jenis," sambungnya  sambil menunduk.

"Tiga bulan kita dicomblangin akhirnya kita jadian. Dia gak puas cuman dicomblangin ala-ala jadi akhirnya dia nembak gue dan gue terima. Temen gue sama temen dia ya lo tahu sendiri'lah gimana kalau akhirnya kita pacaran gitu suka kurang ajar sedikit. Minta PJ sampe suka dikomporin pas anniv gara-gara dia terbang mulu," tambahnya yang tiba-tiba membuat insting Islean menajam.

"Terbang? Dia pilot?" tanya Islean agak was-was.

Ina menggeleng lalu tersenyum kecil. "Dia cuman pramugara. Orangnya sabar dan penyayang. The gentleman one."

Pramugara. Satu kata itu selalu memenuhi otak Islean hingga ia teringat akan Al. Dari sepintas cerita Ina, firasatnya mengatakan laki-laki itu adalah Al. Karena ada kemiripan antara cerita Al dengan Ina.

"Gue langsung ke permasalahannya aja ya? Selama gue pacaran awalnya gak ada yang salah tapi semua berubah ketika kita lagi ngerayain one year anniversary dan bodohnya kita berdua sama-sama mabuk mentang-mentang hari besoknya itu Sabtu jadi kita minum sepuas hati. Gara-gara mabuk berat, gue sama dia malah berakhir di apartemen dia dan tentu saja berujung dengan sex karena kita sama-sama mau dan bergairah," ceritanya yang membuat Islean bisa menebak kelanjutan ceritanya.

PRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang