Penerbangan 09

23.5K 2.5K 75
                                    

Pesona duda itu kremes-kremes gurih yang bikin perawan ting-ting melting gak jelas.
-Gempita-

✈️✈️✈️

Resiko jadi pilot itu adalah mendapat panggilan untuk menggantikan pilot yang berhalangan. FO Halim yang harusnya bertugas tiba-tiba berhalangan tugas karena sakit. Alhasil Islean yang dihubungi. Sang kakak sedang berada di penerbangan menuju Melbourne makanya Islean yang dipanggil.

For God's sake, Islean memang tahu panggilan pilot itu suka dadakan bagai panggilan dokter yang tiba-tiba harus melakukan operasi. Tapi masalahnya satu Islean kurang tidur dan pantang baginya bekerja dalam keadaan ngantuk.

"Tenang yang on duty itu kapten Langga sama Taren. Sedangkan kapten Markus sama kamu itu jadi pengganti kalau mereka rest. Jadi beberapa jam penerbangan awal bisa tidur dulu."

Mendengar penjelasan itu Islean akhirnya menyanggupi saja. Toh kasihan mereka kalau kekurangan FO. Lagian dia hanya pengganti bukan pilot yang on duty. Mungkin bagi Islean ini adalah hal yang sedikit menyebalkan karena harus tugas lagi namun bagi Taren ini adalah tugas yang menyenangkan.

Satu pesawat sama doi sebagai crew itu adalah hal yang menyenangkan. Mungkin memang agak aneh karena mereka baru kerja bareng sekarang tapi ya begitulah faktanya. Lagian Taren juga golongan pilot 'baru' di maskapai ini.

Setelah pemeriksaan selesai, hanya Taren dan Islean yang menggunakan jas pilot mereka. Bukan malu karena masih bar tiga tapi karena tidak mau seragam putih mereka kotor. Jas kotor ya mereka bodoh amat karena sebenarnya tidak penting-penting amat.

"Your dream become true, huh?" tanya Islean saat melangkah beriringan dengan Taren di belakang dua kapten yang asik bercoleteh panjang.

"My dream?" tanya Taren bingung. Mimpi yang mana?

Islean mendengus kecil lalu menatap lawan bicaranya. "Flight with me. Ya walaupun, gue cuman pengganti lo kalau lo and captain Langga capek."

Taren beroh riah. Mimpinya yang satu itu.

"Not yet. I am still First Office. Kan gue ngomongnya gue mau kerja bareng sama lo kalau gue udah jadi kapten," ralat Taren sembari menatap Islean.

Islean menatap balik Taren. "Is it different? Sama aja'kan lo mau kerja bareng gue?"

"Totally different. You know lah man and his pride." Taren menjawab santai.

Islean tersenyum kecil mendengarnya. Terdengar tidak asing dan pantas saja untuk seorang Taren mengatakan itu. Laki-laki dan harga dirinya.

Ya seperti yang pernah Islean katakan sebelumnya, gak jarang laki-laki zaman sekarang lupa sama harga dirinya sebagai laki-laki. Ada yang mau jadi simpenan tante girang demi uang dan bagi Islean itu cuman sampah sekaligus benalu. Yang namanya laki-laki itu pantang minta uang kalau sudah masuk usia produktif. Harus bisa cari uang sendiri dong gak malu sama itu sperma?

"Okay. I get it."

"Gue tahu kalau lo bakal ngerti itu."

Islean tersenyum samar. Lumayan juga Taren pantas dia jadi playboy cap paus putih.

"Lo baru tiga tahun'kan gabung sama kita?" tanya Islean.

Taren mengangguk.

"Sebelumnya kerja di mana?"

Taren menyebutkan maskapai yang menjadi tempat kerjanya dulu. Hanya sebuah maskapai kecil dengan fokus rute Indonesia khususnya Indonesia bagian timur yang landasan pacunya benar-benar menguji keahlian pilot.

PRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang