Penerbangan 28

17.7K 1.9K 30
                                    

Tidak ada yang istimewa di pagi ini seperti pagi pada hari sebelum-belumnya, rumah yang sepi karena penghuninya banyak berkelana. Dua generasi sama-sama menjadi pilot membuat rumah ini sepi.

Namun paling tidak kepulangan Islean sedikit meramaikan rumah ini. Arianda untuk bulan ini memilih untuk tidak ikut suaminya berkelana, karena dia ingin melakukan quality time dengan Islean yang ia sadari sudah sangat jarang ia lakukan.
Sebentar lagi Islean ulang tahun yang ke 29 tahun. Usia yang sangat dewasa dan kadang Arianda tak menyangka anak-anaknya sudah sedewasa ini.

"Jadi, sudah ada pengganti Jo?" tanya Arianda di sela kesibukannya mengaduk adonan kue dengan mixer.

Islean melirik ibunya lalu mendengus geli. "Gebetan ada, tapi gak tahu deh itu calon apa bukan."

Kini giliran Arianda yang mengeluarkan dengusan geli. Islean memang jarang berurusan dengan asmara layaknya perempuan pada umumnya. Jadi tidak mungkin dirinya bisa secepat itu menemukan calon baru.

"Jadi si Taren gak masuk list calon mantu?" tanya Arianda iseng namun berhasil membuat beku tubuh Islean.

"Taren?"

Arianda mengangguk semangat lalu menatap Islean dengan penuh binar. "Mama sreg lho sama dia. Mukanya keliatan bandel tapi aslinya gak tuh."

"Tahu dari mana dah aslinya gak bandel?" goda Islean diikuti seringai Arianda.

"Ini yang Mama sebut insting emak-emak. Kalau dia memang bandel atau jahat deh, gak mungkin dia mau samperin makmu ini cuman minta izin ngajak jalan walau cuman ke IKEA apa komplek. Ni hari masih ada cowok yang minta izin ngajak jalan tu sama aja kayak cari kembaran Pangeran William yang gak akan pernah ada," kata Arianda dengan bangga lalu menowel pipi anak gadisnya.

"Lagian dia lebih cakep daripada Al. Kalau ada bujangan yang deketin kenapa harus sama duda, Lin?"

Islean menggelengkan kepalanya tanda pasrah dengan kelakuan ibunya. Arianda tergolongan orang tua gaul tapi bedanya gak alay itu aja, Sean juga gaul tapi gaulnya khas bapak-bapak yang baru mengerti sosial media, ya masuk golongan alay tua tapi ya sudahlah selagi mereka gak mengupload masalah rumah tangga mereka di sana Islean dan Gilbert bodoh amat aja.

"Aku gak ngomong mau sama duda lho," ujar Islean sambil menyeringai.

Mendengar jawaban Islean, Arianda langsung memberikan dua jempolnya untuk anak gadisnya itu. "Bagus, Nak!  Selagi ada yang lajang murni jangan sama duda."

Islean tak kuasa menahan tawanya. Arianda sepertinya benar-benar tidak suka dengan Al. Well, Islean sendiri juga tidak mau munafik. Dia juga tidak akan suka dengan Al kalau Al sendiri masih hidup di masa lalunya.

"Sebenarnya dia bukan duda sih Ma," kata Islean berhasil menarik perhatian Arianda.

"Maksud lo? Al punya buntut itu dari dia angkat anak gitu apa dia besarin anak saudaranya kek di novel-novel sama komik gitu?"

Sekarang Islean mengerti kenapa bapaknya itu harus lebih waras satu langkah bukan lima langkah lebih maju karena Arianda punya pemikiran ini aneh, unik, tidak seperti orang biasanya makanya perlu dituntun supaya waras.

"Rebbeca itu anak kandung Al." Islean menegaskan dan penegasan itu benar-benar mengundang perubahan raut Arianda.

"Al punya anak di luar pernikahan?" Arianda menahan suaranya untuk tidak berteriak. Dia tidak tahu ternyata anaknya didekati oleh orang yang menurutnya sudah golongan brengsek.

PRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang