Penerbangan 14

21.5K 2.3K 38
                                    

Islean menghela napas bosan ketika dirinya harus menjadi telinga secara tiba-tiba. Temannya yang membatalkan janji untuk bertemuan di Plaza Indonesia itu menghubungi ketika ia baru mau tidur siang melanjutkan tidurnya yang tadi diganggu oleh Sean.

Dia bercerita kalau dia tengah didekati seorang duda beranak dua yang ternyata merupakan atasannya sendiri. Seperti cerita Wattpad saja.

"Menurut lo gimana, Lin? Terima cinta dia apa enggak?" tanyanya meminta pendapat Islean.

"Pendapat gue, mending lo balik kerja karena ini masih jam kerja! Lo gak takut bos rangkap doi lo negor?" jawab Islean kesal sedangkan Laura sang penelepon sekaligus temannya itu cengengesan saja.

"Tapi gue masih galau... Kalau galau'kan gak bisa fokus kerja..." ngeles Laura mendatangkan dengusan Islean.

"Ra, lo digaji sama mereka karena lo profesional. Please deh asmara tu nanti urusan belakangan lagian lo baru dua delapan," ketus Islean. Dia tidak mengerti kenapa asmara selalu menjadi hal nomor satu untuk orang Indonesia terkhususnya wanita.

"Lin! Itu usia mendekati keramat! Gue udah tua banget! Ini usia telat kawin tau!" pekik Laura heboh dari sana. Islean menjauhkan iPhone miliknya ketika Laura memekik dengan begitu cemprengnya.

"Lo nikah itu buat diri lo atau pandangan orang lain sih?" tanya Islean dengan kesal.

"Ya buat diri gue dong!"

"Then, you not need to worry about people's opinion! Lo nikah itu buat diri lo dan harga diri lo! Bukan cuman sekedar memenuhi pandangan orang!" kesal Islean berhasil membuat Laura terdiam.

"Denger, kalau Tuhan sudah berfirman ke lo pada umur sekian
lo belum menikah maka lo gak bakal nikah sama sekali walaupun lo udah lamaran persiapan kawin segala macem. Tapi kalau Tuhan sudah berfirman juga ke lo pada usia segini lo kawin pasti lo bakal kawin dengan cara yang diluar nalar lo sendiri! Tenang semua udah ada yang atur. Boleh usaha tapi jangan takut bakal jadi PT toh jadi PT gak selamanya buruk amat kalau kita melakukan kegiatan baik dan amal. Udah deh, mending lo kerja lagi sono!" ceramah Islean bagai ibu-ibu berdaster.

"Tapi Lin..."

"Kagak ada tapi-tapian! Kerja sono, gue mau tidur dulu. Masih ngantuk gue. Dah, Laulau."

"Lin! Gue belum selesai-"

Dan Islean memutuskan sepihak panggilan Laura. Kadang Islean bingung, dia orangnya paling malas berurusan dengan orang-orang seperti Laura, tidak tepat janji dan berpikiran pendek. Islean tahu kalau ovumnya dan semua wanita itu  punya masa expired, tapi bukan berarti masa expired itu dijadikan alasan untuk menikah.

Menikah itu bukan satu dua tahun tapi selamanya bila mau idealisnya. Tapi yang namanya sudah jadi pemikiran umum bahkan mengakar kuat, pokoknya cewek harus menikah di usia dua puluhan pantang tiga puluhan, maka terjadilah pernikahan dini tanpa persiapan mental untuk menjadi istri bahkan ibu.

Menikah bukan cuman tentang kita bersumpah di depan Tuhan, setia dam saling cinta lalu bercinta, dan memiliki anak maka bahagialah. Pret. Nyatanya menikah itu tentang kesiapan mental dan psikis seseorang untuk membentuk keluarga kecil yang baru, kesiapan finansial untuk menunjang dan memenuhi kebutuhan rumah tangga khususnya anak yang biayanya tidak murah, dan kesiapan pasangan untuk kembali belajar dan mendalami hidup. Ya kalau itu semua gak siap, bubar lho.

Makanya setelah putus dari Jo, Islean  memilih untuk melajang dulu sebelum kembali berhubungan. Dia masih mau mempersiapkan mentalnya sebelum menuju kepelaminan bersama jodohnya kelak. Entah di usia berapa nanti dia menikah nanti, Islean yakin ketika ia menikah nanti dia sudah siap menjadi istri dan mungkin ibu. Siap secara materi, pendidikan, mental dan psikis tentunya.

PRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang