Penerbangan 21

20K 2K 50
                                    

Tak pernah berjanji untuk menerima atau membalas perasaan, tapi berusaha mengenal lebih. Urusan hati biarlah nurani dan Tuhan yang bekerja.
-Islean-

✈️✈️✈️

Semenjak mengetahui kebenaran tentang sosok Al, bohong kalau Islean tidak menjauh. Dia sedikit menjauh untuk mengatur emosinya dan mempersiapkan dirinya demi langkah berikutnya. Al sendiri juga sadar Islea butuh waktu mencerna dulu jadi wajar saja bila Islean terkesan menjauhi.

Al tidak bodoh. Ini resikonya bila jujur terhadap statusnya dan kebenaran siapa dirinya. Single dad yang tak pernah terikta dalam pernikahan. Maka dia harus terima semua kenyataan ini ketika dia memilih jujur.

Komunikasi masih jalan tapi tak sesering dulu. Rebbeca juga jarang mencarinya seakan-akan bocah tengil itu tahu kalau ada sesuatu yang terjadi pada mereka. Intinya mereka seperti sudah disetting untuk berjauhan sementara.

"Lin, si Taren sudah datang," kata Ibu Suri kesayangan Bapak Bos Sean kepada anak bungsunya sembari membuka pintu kamarnya.

Wanita yang dipersunting Sean tiga puluh dua tahun silam itu bersiul centil ketika melihat anaknya berpakaian rapi dan sedikit feminim.

"Mau ke mana kalian?" tanya Ibu Suri kepo.

"Ke Grogol," jawab Islean sembari merapikan rambutnya lalu mengambil tas yang akan ia pakai.

"Ngapain?" tanyanya lagi.

"Itu anaknya Restu aqiqahan. Ngundang kami berdua, si Taren nawarin bareng jadi yang ikut aja," jawab Islean jujur lalu menilai penampilannya sekilas.

Ibu Suri beroh riah. Wanita bernama aslikan Arinda Basuki itu berjalan mendekati anaknya lalu membenarkan rok anaknya. "Belakangnya kurang rapi."


Islean berterima kasih kemudian mengecek penampilannya sekilas lalu keluar dari kamarnya. "Aku pergi dulu. Taren udah nunggu soalnya."

"Hati-hati." Arianda berpesan lalu mengikuti Islean yang turun tangga.

Islean bisa melihat kalau Taren sedang menunggunya di ruang tamu. Penampilan Taren sedikit berbeda dan cenderung humble bagi Islean karena laki-laki itu menggunakan batik lengan pendek yang ia padu dengan celana kain hitam.

Islean menghela napas lega. Paling tidak ia tidak akan aneh sendiri bila ke acara aqiqahan anak Restu dengan memakai batik.

Paling gak ada temen kalau salah kostum. Pikir Islean.

"Hei, nunggu lama?" tanya Islean seraya memilih sepatu yang raknya memang terpaksa taruh di ruang tamu karena tidak ada tempat lain.

"Gak juga." Taren menyahuti lalu berdiri dari duduknya. Laki-laki itu mencari sosok Arinda yang tidak tahunya berdiri di sampingnya.

"Tante, saya ajak Islean pergi dulu ya. Pulangnya saya usahakan gak malam-malam banget, kalau macet saya minta tolong Tante maklum ya? Macetnya Jakarta melebihi jam terbang saya dalam sehari," izin Taren yang sepertinya mendapat nilai plus dari Arinda.

Masih ada cowok yang minta izin kalau anaknya mau diajak jalan? Wah, Taren, selamat anda masuk ke jajaran manusia jarang menuju langka.

"Hati-hati ya bawa mobilnya. Kalau ngantuk boleh'lah suruh Islean yang nyetir." Arinda menggerling ke arah Islean sedangkan anaknya mendengus.

PRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang