Penerbangan 29

17.7K 2K 57
                                    

Taren boleh saja sudah pulang karena dia harus bersiap untuk kerja besok, tapi nama Taren selalu disebut di kediaman Djohan ini. Entah Arianda atau Sean sebagai penimpalnya. Islean cuman bisa jengah mendengarnya bukan karena topiknya Taren tapi desakan tak langsung dari kedua orang tuanya untuk menerima Taren.

"Si Gilbert harus belajar dari Taren. Udah kepala tiga paling gak udah gak tinggal bareng orang tua, persiapan untuk dia nikah nanti. Ya'kan Bapak Bos?" ucap Arianda sambil meyikut lengan suaminya.

Sean hanya mengangguk tanda setuju. Islean lagi-lagi menghela napas. Ini kode kesekian dari ibunya. Arti dibalik pernyataan Arianda yang sebenarnya adalah, 'Taren udah mapan. Dia udah tinggal sendiri paling gak kalau nikah nanti gak usah tinggal bareng mertua atau kita yang nantinya bakalan ada cek-cok.'

Islean sadar kalau ketika anak sudah menikag tapi masih tinggal sama mertua atau orang tua itu bisa mengundang cek-cok tersendiri dan biang keroknya biasanya sih ibu mertua. Nyinyir di mana pun dan kapanpun.

Apalagi kalau beda latar belakang, semakin merdu nyinyirannya. Seperti kata Taren, 'perempuan itu biangnya masalah' dan Islean sebagai perempuan mengakuinya. Tapi perempuan pula satu-satunya makhluk yang tak berdosa karena bila perempuan salah baca aturan satu dengan bunyi perempuan tak pernah salah.

"Doain aja yang terbaik untuk anak bungsumu ini, Ma." Islean membaringkan badannya di sofa dan menjadikan paha Sean bantalnya. Kebiasaan Islean dari dulu kecil yang tak hilang-hilang hingga sekarang adalah bermanja-manja dengan Sean ketika ayahnya pulang.

"Elus," perintah Islean diikuti dengusan geli Sean. Sean mengelus kepala anak gadisnya dengan sayang, walau sudah mau kepala tiga Islean tetap putri kecilnya yang manja.

"Si Taren bakal mau gak ya? Ngelusin kamu kek Papa gini?" tanya Sean dengan tenang namun berhasil membuat Islean melek.

"Ha?"

"Cari laki yang mau gantiin posisi Papa. Dia pernah ngamar atau pernah nakal gak masalah selama dia memang pantas untuk gantiin Papa. Tapi jangan pernah kasih lihat ke Papa pengganti Papa buat kamu itu laki-laki yang gak jelas masa depannya, gak tegas, dan paling jijiknya masih hidup di masa lalu. Papa gak mau pengganti Papa malah membuat kamu susah." Sean menghentikan elusannya lalu menatap putrinya dengan sayang.

"Papa tunggu mantu Papa yang bener-bener bisa gantiin Papa untuk jaga kamu."

Islean tersenyum melihat tatapan hangat sang ayah. Dia mengangguk walau ia tengah tiduran. Nicholas Sean Djohan, bapak boss dari keluarga Djohan yang sering irit ngomong tapi sekali ngomong boros.
Bapak boss gak pernah minta banyak, dia cuman mau anak-anaknya bahagia. Itu saja doa sederhana seorang ayah.

Di tengah momen kekeluargaan ini, sebuah sendawa merusaknya. Islean mendadak ilfeel ketika bapak boss sendawa tepat di mukanya.

"Mulut Papa bau!" Islean bangkit dari tidurnya lalu menjauh dari Sean.

"Kan belom gosok gigi. Panggil Ibu Suri dong, kayaknya masuk angin nih." Sean kembali bersendawa dan Islean cuman bisa menggeleng.

"Makanya pensiun sudah, Papa. Udah soak tu badannya," goda Islean dan dihadiahi pelototan dari Sean.

Islean tertawa lalu ia mencari Arianda yang tadi kabur entah ke mana. Kebiasaan keluarga mereka, kalau Sean mulai masuk angin obatnya cuman satu, bekaman Arianda.

"Ibu Suri. Bapak boss masuk angin," suara Islean sambil menyari ibunya yang entah kenapa selalu menghilang ketika dicari bagai Avatar Aang.

✈️✈️✈️

Jika Gilbert berada di kamarnya sekarang pastilah laki-laki laknat itu akan mengatainya gila karena senyam-senyum sendiri. Bagaimana ia tak senyam-senyum sendiri? Islean baru saja membongkar oleh-oleh yang ia terima dari Taren dan oleh-oleh si mantan kelinci cap kolor itu begitu manis di matanya.

PRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang